Mohon tunggu...
Felicia Rachel M
Felicia Rachel M Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Angkatan 2008 Universitas Atma Jaya..\r\nsimple..\r\nBersemangat..\r\nGila Bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Twitter, Dunia Baru Sang Jurnalis

15 Mei 2012   14:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:15 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjadi seorang jurnalis di era cyber media seperti sekarang kita dituntut untuk lebih berhati-hati dalam memberitakan sesuatu terutama lewat media sosial twitter. Tweet yang kita buat setiap detiknya sebagai seorang jurnalis harus benar-benar berbobot. Maksudnya, benar-benar mengandung unsur berita meskipun dengan tidak lebih dari 140 karakter.

Dengan topik “Professional Standart in Journalis: Twitter, Ethics, Cyber Media” Prof. Mindy McAdams dari University of Florida membuka topik pembicaraannya dengan pedoman pemberitaaan media siber. Dalam seminar pada hari Rabu 9 Mei 2012 yang lalu, ia juga memaparkan beberapa kode etik jurnalis yang harus dijalankan dengan benar dan diharapkan menjadi dasar atas kinerja seorang jurnalis profesional.

It Doesn’t Mean Be Nice but Be Fair

Seorang jurnalis tidak perlu berpura-pura baik dalam mengumpulkan fakta, namun yang terpenting adalah ia harus adil. Rasa keadilan dan akurasi mewajibkan seorang jurnalis untuk bisa menyuarakan kebenaran sekaligus perbedaan yang ia rasakan dalam menulis dan menshare berita.

Dalam seminar yang bertempat di Auditorium Fisip Universitas Atma Jaya Jogyakarta ini Prof. Mindy mengungkapkan bahwa seorang jurnalis harus benar-benar bisa membedakan mana berita yang menarik atau yang dibutuhkan oleh masyarakat, sekalipun hal itu menyangkut masalah pribadi. “Social media put the power of broadcasting in the hands of individuals”, semua berawal dari diri kita sebagai seorang jurnalis. Ditangan kitalah sebuah berita dibentuk.

How Journalist Use Social Media ?

Twitter, hanya dengan 140 karakter, kemampuan jurnalis benar-benar diasah untuk menuliskan sesuatu yang pendek namun berisi padat dan jelas. Dengan menggunakan hashtag jurnalis dapat memberikan informasi lewat link yang dicatumkan dalam twitternya mengingat keterbatasan karakter yang dimiliki twitter. Dengan hashtag, topikdapat dengan mudah di akses oleh pengguna twitter yang lain.

Dengan twitter kita dapat menemukan dan menjadi folllower berbagai macam informasi dari berbagai macam sumber. Bukan hanya dengan menjadi follower kerabat dan orang-orang terkenal saja, namun kita juga bisa mendapat berbagai macam informasi dari banyaknya sumber jurnalistik yang ada di twitter.

Selain itu juga lewat twitter kita bisa belajar dari jurnalis lain bagaimana membagikan berita dan melihat kualitas berita yang mereka buat. Membagikan link yang berisi berita dan informasi yang berguna dan dapat melaporkan atau membagikan berita live dari tempat kejadian adalah salah satu kecanggihan media sosial yang satu ini. Di akhir pembicaraannya Prof. Mindy sekali lagi mengingatkan bahwa sebagai jurnalis harus selalu check list, dalam arti kita harus selalu mencari tahu kebenaran atas berita yang kita buat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun