Mohon tunggu...
Felix S Nunang
Felix S Nunang Mohon Tunggu... Lainnya - pembelajar yang berefleksi pada kekurangan diri

Pekerja Swasta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengagas Model Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara

24 Februari 2021   15:26 Diperbarui: 25 Februari 2021   06:14 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berada di tengah dua tuntutan, menuntut seorang pemimpin organisasi bisnis harus memiliki kecakapan yang mumpuni guna menjembatani target perusahaan dan tuntutan karyawan. Masa pandemik memberikan tekanan tambahan, karena perusahaan mengupayakan segala daya untuk tetap bertahan, termasuk merekturisasi beban.

Karyawan yang adalah ujung tombak perusahaan diminta untuk tetap semangat, tetap menghasilkan produk dan jasa dengan kualitas bagus, sementara pendapatannya berkurang drastis karena kebijakan perusahaan.

Memberi target pada organisasi untuk menghasilkan produk berkualitas sementara isi kepala para ujung tombak terus berputar, bagaimana melunasi utang, bagaimana kelanjutan hidup, memberikan tantangan yang sangat berat untuk setiap pemimpinan khususnya untuk mereka yang berada di antara karyawan dan pengusaha.

Ada begitu banyak teori kepemimpinan. Ketika kita berselancar di mesin pencari geogle maka ada 424,000,000 artikel atau tautan hanya dalam waktu 0.63 detik. Lalu, teori dan model kepemimpinan milik siapa yang cocok dengan situasi saat ini.

Bahwasannya Hersey-Blanchard dengan Situational Leadership Theory,memang dikenal luas di kalangan praktisi dan ahli kepemimpinan, namun mungkin tidak banyak sekolah bisnis di Indonesia yang memberikan mata kuliah dengan pendekatan kepemimpinan yang berkiblat pada gagasan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara, salah seorang bapak bangsa dengan visi kepemimpinan yang tidak lekang oleh zaman. Paul Hersey dan Ken Blanchard meletakan gagasan kepemimpinan, dalam buku edisi pertama mereka, Situational Leadership, enam puluh tahun berselang sejak Ki Hadjar Dewantara meletakan gagasan kepemipinanya, Juli 1922

Ing ngarsa sung tuladha, yang di depan memberi contoh dan teladan. Sejalan dengan apa yang dikemukan Hersey-Blanchard enam daswarsa kemudian, yang dilihat dari seorang pemimpin bukanlah apa yang dibicarakan tetapi apakah dia melakukan apa yang dia bicarakan.

Ing madya Mangun Karsa, yang di tengah menggugah semangat. Penulis melihat sebagai ini adalah satu keutamaan yang oleh Hersey-Blanchard dirinci dalam dua point Inspire a Share Vision dan Challenge the process. Ki Hadjar Dewantara dalam visi kepemimpinannya, mengatakan bahwa pemimpin dibutuhkan di tengah kelompoknya, agar mampu mengispirasi, agar mampu menggerakan orang lain untuk bergerak maju.

Tut Wuri Handayani, berada di belakang untuk memberikan dorongan. Bandingkan dengan Encourage the Heart-nya Hersey-Blanchard. Memberi dorongan tentu menyentuh aspek terdalam dari kemanuasian agar orang bergerak dengan sadar karena tahu arah dan tujuannya. Dorongan yang berlebihan akan menimbulkan perlawanan dan keenganan.

Bagaimana relevansi Model Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara di tengah kelesuan organisasi ( bisnis ) saat ini? Dalam diskusi kelas, kuliah Pengembangan Kepemimpinan, mahasiswa pada umumnya mengemukakan situasi yang cukup seragam, tantangan menjaga performa tetap optimal di tengah semangat organisasi yang cendrung turun.

Tunjukkan bahwa anda adalah pemimpin yang memiliki semangat, apapun situasinya. Pemimpin yang memiki semangat akan menularkan energi yang sama untuk organisasinya. Semangat dan daya juang akan diikuti oleh organisasi jika hal itu tidak hanya sampai pada retorika pemimpin di ruang rapat, tapi tercermin dari laku dan keputusan-keputusan yang diambil. Ing ngarsa sung tuladha, telah memberi landasan yang tepat untuk seorang pemimpin.

Seorang pemilik bisnis yang penulis kenal, di paruh pertama pandemi, dengan berat hati harus melakukan pemotongan gaji karyawannya. Mari kita buang muatan yang tidak berguna di perahu ini agar semua kita bisa sampai ke seberang,"ujarnya. Bertahan hidup selama mungkin adalah hal yang utama bukan untuk mencari keuntungan. Ing Madya Mangun Karsa, memberikan visi yang jelas dan menginspirasi organisasi agar tetap bergerak di tengah gempuran ombak yang tidak berujung.

Karyawan yang datang ke tempat kerja dengan beban di kepala memerlukan seorang pemimpin dengan keutamaan Tut Wuri Handayani. Siap mendengarkan setiap curahan hati, memberikan dorongan penyemangat, bahwa tidak ada badai yang abadi untuk setiap pejuang yang gigih bertahan dan berjuang.

Ing ngaros sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani, seyogyanya menjadi dasar Ilmu Kepemipinan asli warisan pendiri bangsa ini. Pemimpin yang memberi teladan, pemimpin yang memberi semangat, pemimpin yang mendorong setiap orang untuk tetap berjuang dan bergerak maju, semoga memberi inspirasi setiap organisasi melewati masa sulit ini,

Tulisan ini dibuat sebagai refleksi awal Seminar Kepemimpinan " Leadership in NavigatingThe Wave of Uncertanity & Organization Resilience" oleh Mahasiswa MME69, Sekolah Tinggi Manajemen PPM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun