[caption caption="Pak Sugianto di Museum Kalimantan Barat - Dok Felix Kusmanto"][/caption]
Setelah menjelajah tapal batas Indonesia - Malaysia di Entikong pada hari ke tiga Datsun Risers Expedition Etape 3, besok paginya menjelang siang sebelum waktu solat jumaat, saya dan rombongan dari Datsun, Kompas.com. Kompasiana dan para kompasianer pergi ke Museum Kalimantan Barat yang terletak di Jalan Jend Ahmad Yani.
Dari dalam mobil kami dapat melihat museum yang sudah berdiri sejak tahun 1974 itu. Kami masuk perlahan sesuai arahan dan parkir di depan gedung museum yang serupa dengan rumah pangung ini. Kanan kiri tembok bagian depan gedung ini dipenuhi pahatan cerita dan simbol-simbol khas Kalimantan Barat. Dari tempat kami parkir, saya juga bisa melihat taman belakang museum yang dipenuhi dengan miniatur-miniatur rumah dan replika rumah adat yang ada di Kalimantan Barat ini. "Ada replika rumah Kraton Kadriyah bewarna kuning" seru Debby. "Oh ya!" Jawab saya. Memang di museum ini tersimpan replika rumah kraton Kadriya di dalam display kaca. Sangat mirip dengan apa yang dilihat di hari pertama, hanya saja dengan skala yang jauh lebih kecil.
[caption caption="Sesampainya di Museum Kalimantan Barat , Dok Felix Kusmanto"]
Yang mengejutkan bagi saya pribadi adalah, kesedian Pak Sugianto sendiri untuk menemani kami berkeliling dan menjadi pemimpin dari tur museum yang memiliki 1000 koleksi ini.
[caption caption="Pak Sugianto sangat antusias, Dok Felix Kusmanto"]
Saat di depan display patung-patung asli dayak, saya bertanya singkat kepada pak Sugianto "Pak, dengan kebudayaan yang mirip-mirip dengan yang ada di serawak, malaysia, apakah ada kerja sama antara museum di serawak?". Menurut pak Sugianto, museum Kalimantan Barat ternyata sering melakukan kerja sama bersama, termasuk pameran bersama dan tukaran koleksi dengan museum asal Malaysia yang sudah berdiri sejak 1891. "ya ada, sering. Maklum karena adanya banyak kesamaan budaya dan manusianya. Ada penelitian etnografi, pameran dan pertukaran koleksi" jawab pak Sugianto.Â
Menurut saya, untuk ukuran museum provinsi, Museum Kalimantan Barat ini sangat baik. Koleksinya terjaga dengan baik, bersih dan rapih. Padahal biaya masuk museum hanya Rp. 1000. Pak Sugianto hanya tersenyum saat saya tanyakan rahasia dalam mengelola museum ini. Menurutnya museum yang terkena dampak dari kabut asap baru-baru ini hanya berusaha semampunya dalam melestarikan kekayaan budaya dan manusia Kalimantan Barat. "Ya kita usahakan sebaik-baiknya, dan kebetulan museum ini menang juara 5 dalam kategori museum terbaik Indonesia" terang pak Sugiarto.
[caption caption="Masjid Raya Mujahidin, Dok Felix Kusmanto"]
Akhir tur, kami diminta mengisi buku tamu dan mengisi kesan dan pesan untuk pengembangan pelayanan museum. Dengan bangga saya hanya dapat menuliskan "Sangat baik dan didukung tim yang sangat semangat dan solid".
Kami berpamitan dengan Pak Sugianto dan ibu Agustiah. Pak Sugianto bersiap-siap untuk menunaikan solat Jumaat. Sebelum berkumpul saya berlari menuju pak Sugianto yang sudah bersih-bersih. "Pak, singkat, jika boleh dibandingkan, apa beda museum di Pontianak ini dengan yang di Kuching itu. Toh yang dipamerkan mirip-mirip" tanya saya. Pak Sugianto dengan serius menjawab "Tertinggal jauh, dari Malaysia. Kita hanya terbaik no 5 dengan skala nasional. yang di kuching, bisa dibilang sudah dengan standard Dunia". Saya hanya bisa menatapnya dengan serius juga. "Jangan lupa, malaysia itu bisa dibilang pariwisatanya paling maju di ASEAN" tambahnya. Saya hanya bertanya "apa harapannya pak dari pemerintah?". Singkat pak Sugianto menjawab "Semoga pemerintah lebih memperhatikan usaha pelestarian budaya yang ada di Kalimantan Barat dengan lebih serius. Budaya ini dan budaya yang ada di Indonesia harus terus dilestarikan"