Mohon tunggu...
Felix Kusmanto
Felix Kusmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Organizational Psychologist. Sekedar belajar dan berbagi. www.felixkusmanto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapkah Anda Menganggur Akibat Otomatisasi Primitif?

1 Desember 2010   23:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:07 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_77857" align="aligncenter" width="576" caption="Beberapa otomatisasi yang ada di Jakarta (foto koleksi pribadi)"][/caption]

Ingatkah saat anda mengambil nomor urut anda di bank dan saat anda menunggu nomor anda disebut oleh receptionist agar dipersilahkan maju ke teller bank?
Ingatkah saat anda membeli Koran di pojok ruangan dan anda masih dapat berdiskusi dengan penjual "berita apa yang lagi hot?"? Ingatkah saat anda harus ke warung depan untuk membeli minuman. Dan anda masih bertanya "berapa harganya pak (atau bu)? Saya satu ya"? Ingatkah saat petugas tol menatap anda seraya memberikan anda tiket tol? Ingatkah saat anda memasuki mall atau perkantoran, anda akan disambut petugas tiket "selamat siang, ini tiket anda"

Apa Itu Otomatisasi Primitif?

Ya pasti anda masih ingat dengan jelas atau baru saja melakukan hal diatas. Namun demikian semua hal tersebut secara perlahan namun pasti akan menyusut jumlahnya. Teknologi yang bertujuan untuk practical purposes atau demi kepraktisan kini telah datang. Kini kita bukanlah berbicara mengenai teknologi di proyek monorail yang budgetnya menguras kocek. Kita kini berbicara tentang teknologi yang konsepnya, pembuatannya dan kegunaannya terkesan sederhana bahkan primitif namun dapat menawarkan sebuah transformasi yang kaya akan solusi-solusi. Ya kita bicara tentang teknologi otomatisasi primitif. Otomatisasi primitif saya pahami sebagai teknologi yang dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan sederhana, untuk mengurangi peran manusia, demi meningkatkan dan mempertahankan standard pelayanan kepada pelanggan atau customer. Sesuai dengan pemahaman saya, pekerjaan-pekerjaan sederhana  (termasuk ilustrasi-ilustrasi diatas) kini mulai di ambil alih oleh mesin otomatis. Anda akan sadar bahwa receptionist cantik di bank telah digantikan oleh papan nomor antrian otomatis dan speaker di sudut ruangan yang dengan halus memanggil nomor antrian anda. Anda akan sadar kini anda dapat membeli Koran dari box koran otomatis. Anda akan sadar kini anda dapat membeli minum dari vending machine yang sudah sangat jelas menunjukkan harganya. Anda akan menemukan dalam beberapa waktu kedepan tol jagorawi akan menerapkan  pemberian kartu secara otomatis. Anda akan sadar "Loh koq masuk mall ini tidak ada orang yang bagi karcis lagi ya"

Mengapa Otomatisasi Primitif Semakin Banyak?

Otomatisasi primitif saat ini menurut saya cenderung meningkat karena beberapa faktor. Beberapa faktor-faktor yang bisa saya kemukakan adalah faktor ketenaga kerjaan, faktor standard pelayanan dan faktor trend. Dari faktor ketenaga kerjaan, dengan meningkatnya living cost atau biaya hidup maka secara otomatis Upah Minimum Regional pun diharapkan meningkat. Hal ini tentu dalam satu sisi memberikan tanggungan lebih bagi perusahan. Jeleknya lagi jika permintaan kenaikan UMR tidak dapat disepakati bersama kemudian akan sering muncul demonstrasi yang juga sangat mungkin menghambat jalannya perusahan. Oleh sebab itu kemudian otomatisasi menjadi solusi. Karena otomatisasi dapat memberikan solusi ketenaga kerjaan dalam jangka panjang i) Tidak repot mengurusi masalah gaji, ii) tidak repot mengurusi masalah ketenaga kerjaan seperti karyawan bermasalah atau sejenisnya. Dari faktor standard pelayanan, standard pelayanan merupakan tantangan bagi setiap perusahan. Tiap perusahaan di harapkan mempunyai standard pelayanan yang tinggi dan juga konsisten. Dengan menggunakan mesin yang terprogram secara menyeluruh dan sempurna maka standard pelayanan akan dengan mudah tercapai dibandingkan dengan menempatkan tenaga kerja konvensional, yang tentu membutuhkan waktu untuk traning dan resources yang tidak sedikit. Hal ini juga dalam kaitan untuk meminimalkan human error (Kegagalan dari manusia untuk melakukan tugas yang telah didesain dalam batas ketepatan, rangkaian, atau waktu tertentu (Hagan dan Mays, 1981)) yang sering menimbulkan masalah.

Dampak Otomatisasi Primitif

Dari sisi Negatif saya menangkap dua hal yaitu peningkatan pengangguran dan perubahan nilai hidup masyarakat. Jelas bahwa otomatisasi akan membawa efek pengurangan penggunaan tenaga kerja konvensional, yang tentu akan mengakibatkan meningkatnya pengangguran teknologi di masyarakat kita. Apapun namanya Pengangguran tentunya sangat dikawatirkan karena erat kaitannya dengan peningkatan masalah sosial juga. Dari perubahan nilai hidup masyarakat, perlu kita akui dengan otomatisasi kita akan berinteraksi dengan mesin. Bukan lagi dengan sesama manusia walau mesin dapat mengeluarkan suara hasil rekaman. Tentu secara jangka panjang ini akan mempengaruhi cara interaksi masyarakat kita. Sapaan selamat pagi atau ucapan terima kasih akan menjadi hal rutinitas bukan dari hati yang paling dalam karena mesin tidak tahu apa itu selamat pagi dan terima kasih. Mesin hanya mengeluarkan ucapan-ucapan itu karena di program. Sedang manusia mempunyai perasaan yang mana berperan penting dalam cara pengucapan semacam itu. Dari sisi positif sudah jelas bahwa otomatisasi menguntungkan pihak perusahaan karena dengan otomatisasi standard perusahaan dapat di capai dengan lebih mudah kemudian masalah ketenaga kerjaan akan semakin berkurang.

Adaptasi Perlu, Sangat Perlu!

Manusia Indonesia layaknya semua makhluk hidup harus pandai-pandai beradaptasi. Bukan saja dengan perubahan iklim namun juga adaptasi dengan perubahan akibat datangnya berbagai macam teknologi, dimulai dari otomatisasi primitif seperti hal diatas sampai otomatisasi super modern. Manusia Indonesia dengan bantuan pemerintah (jika merasa pemerintah tidak membantu maka coba sendiri) patut berefleksi "apa yang harus saya lakukan untuk berhadapan dengan otomatisasi-otomatisasi ini? Apakah saya tetap akan melawan secara frontal otomatisasi ini dengan skill yang sama? Atau....." Jawabannya terserah anda. Namun bagi saya pribadi, manusia Indonesia sudah saatnya tidak melawan mesin otomatisasi itu secara frontal tanpa nilai tambahan. Karena susah menang. Manusia Indonesia harus memperlengkapi dirinya untuk lebih berdaya saing. Sebagai contoh, persiapkan diri anda (bagi yang berminat) dengan kemampuan makanik untuk menjadi teknisi mesin-mesin ini. Lebih dari itu, otomatisasi semacam ini juga sesungguhnya membuka peluang bagi manusia Indonesia untuk terjun ke dalam bisnis otomatisasi. Sudah jelas bahwa masa depan nanti, teknologi menjadi semakin gencar dan kegunaannya bukan main sangat vital. Membuka bisnis jasa otomatisasi sangat potensial. Bisa dimulai dari hal sederhana seperti dimulai dari teknologi pembuka gerbang secara otomatis. Hal membuka usaha sendiri bisa berfungsi ganda, pertama memberikan anda pekerjaan, dua membuka lahan pekerjaan yang berguna bagi pengerakan ekonomi negara. Negara akan dengan senang hati membantu, apalagi sekarang banyak usaha-usaha dari pemerintah yang dilakukan untuk meningkatkan Usaha kecil menengah di negeri ini, dimulai dari pemberian modal dengan bunga yang baik dan lain-lain Jadi sudah saatnya kita mampu beradaptasi dengan kehadiran teknologi, siapkan diri kita dengan nilai daya saing lebih dan buatlah usaha..hehe. Salam Felix Kusmanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun