Mohon tunggu...
Felix Kusmanto
Felix Kusmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Organizational Psychologist. Sekedar belajar dan berbagi. www.felixkusmanto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Suku Dayak: Penjaga Terakhir Hutan Kalimantan

16 Juni 2010   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:30 2905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Publik Indonesia tidak banyak yang tahu bahwa pada tanggal 27 Mei 2010, di sela-sela konfrensi Hutan dan Iklim Oslo, Indonesia yang diwakili oleh menteri luar negeri Marty Natalegawa telah menandatangani sebuah surat perjanjian (letter of intent/LOI) kerja sama penurunan gas rumah kaca. Penandatanganan yang disaksikan oleh kedua kepala Negara ini menjadi tahapan baru bagi Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari penggundulan dan degradasi hutan, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Reducing Emissions from Deforestation and Degradation. Sebagai kompensasi atas program ini Indonesia akan mendapatkan pembayaran tunai atas kenaikan stok karbon tahun 2013. Tidak banyak yang tahu juga bahwa Indonesia akan mendapatkan secara hibah 1 MILIAR DOLLAR AMERIKA untuk program ini [caption id="attachment_168621" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock)"][/caption] Yang publik Indonesia sadar adalah Indonesia mempunyai hutan yang besar, INDONESIA MERUPAKAN PARU-PARU DUNIA, dan Indonesia mempunyai Kerusakan hutan yang tak kalah besar. Hal ini adalah wajar, normal dan namun juga MEMPERIHATINKAN. Suku Dayak dan Hutan Kalimantan Lalu mengapa Suku Dayak dipilih menjadi judul tulisan ini dan apakah hubungannya? Tidak yakin apakah publik Indonesia tahu akan fakta ini atau tidak, tapi dari makalah yang dibuat beberapa anak SMA dari Purwokerto terlihat bahwa pemahaman atas hal ini adalah ada (lihat link ini). Bahwa orang-orang Suku Dayak pada hakikatnya sangat menghormati alam. Hakikat ini ada karena berasal dari kepercayaan "Pamais" mereka yang melihat alam sebagai penjaga mereka, dan dengan merusak lingkungan seperti menebang pohon-pohon secara tidak bertangung jawab adalah sama artinya dengan menebang Tuhan-nya. Suku Dayak dengan seadanaya tetap menanamkan dalam benak mereka bahwa alam adalah tumpuan mereka. Alam yang memberikan yang terbaik untuk mereka dan oleh sebab itu juga sebaliknya. Tidak heran masyarakat Dayak menjadi sangat hati-hati dan selective dalam pelaksanaan mengolah lahan dan hutan mereka. Dalam mengelola hutan lahan dan hutan mereka, mereka secara sederhana membedakan antara lahan yang boleh di gunakan untuk pertanian atau keperluan sehari-hari dan mana yang tidak boleh. Ada aturan dan tindak lanjut yang sangat tegas antara mereka jika salah satu anggota mereka melanggar kesepakatan bersama itu. Memang dalam kenyataannya suku dayak melalukan pembakaran lahan. Namun hal ini dilakukan agar menjadikan lahannya subur. Suku Dayak tidak melakukan proses penyuburan tradisional ini untuk membuka daerah baru. "Setiap keluarga mempunya lahan, tahun ini mereka pakai satu, tahun depan mereka bakar lahan pertama dan menggunakan lahan yang kedua, beberapa tahun kemudian kembali ke laham pertama" analoginya seperti itu jika boleh kita pahami pernyataan Kole Adjang, seorang kepala badan pengelola hutan desa Setulang. Singkat kata orang dayak menggunakan lahan mereka dari tahun ke tahun dan mereka tetap jaga kelestarian hutan sekitar. Disamping lahan dan hutan produksi mereka, Suku dayak mempunyai daerah hutan terlarang atau yang di sebut "Tana Olen". Daerah yang sudah pasti bebas dari perusakan dan penebangan hutan. Dengan berdasarkan komitmen yang mantap, mereka rajin menjalankan patroli secara berkala untuk menghindari para PENGUSAHA-PENGUSAHA tamak dan tidak bertangung jawab untuk melakukan pembalakan liar. Kebiasaan mereka tetap mendarah daging dalam hidup mereka.Selalunya mereka merasa terberkati oleh alam. Karena itulah tidak heran jika banyak dari mereka berhasrat dan berinisiatif untuk memberikan hal lebih ke pada alam. Hal ini dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah seperti yang apa dilakukan oleh bapak Januminro Bunsal yang mengabdikan dirinya melaui penelitian rotan-rotan di Indonesia. Tulisan menariknya dapat dilihat di beberapa blog sepertihttp://www.rotantaman.blogspot.com/ dan http://rotanindonesia.yolasite.com/ Suku Dayak dan pasca penandatangan perjanjian Menurut pernyataan Kole Adjang, beliau tahu bahwa dia memahami konsep isu modern seperti pemanasan global dan beliau secara pribadi pernah berdialog dengan peneliti yang menyatakan bahwa hutan bisa menjadi penyaring udara dan dapat menjadi pengurang dampak pemanasan global. Kole Adjang juga pernah di ceritakan mengenai trend perdagangan karbon seperti apa yang pemerintah pusat telah tanda tangani. Kole Adjang pernah di janjikan akan diberikan imbalan atas pohon-pohon yang tetap lestari. Hanya kelanjutannya tanda Tanya ........ Namun logikanya tentu uang yang diberikan Negara Norwegia tidaklah hanya untuk suku dayak, tentu prioritas tetap nasional. Kisah Suku Dayak dalam tulisan ini hanya salah satu contoh perjuangan masyarakat lokal dalam menjaga kelestarian alam dari serbuan para pengusaha-pengusaha dan konco-konco yang tidak bertangung jawab. Namun harap-harap pihak-pihak yang selama ini telah berkecimpung di dalam ini seperti Kole Adjang di cerita ini diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan pemerintah terharap pelestarian alam, sehingga uang dan sumber daya yang tersedia tidak terbuang sia-sia. Apakah kita, rakyat, dan pemerintah ingin melakukan sesuatu yang serius terhadap ini? Atau biarlah suku dayak tetap menjadi penjaga terakhir hutan Kalimantan? Atau biarlah kita, rakyat dan pemerintah menjadi "dayak" lain? Sumber pendukung: Norwegia Bayar Tunai Stok Karbon Isu Emisi Belum Jelas The Forbidden Forrest of Dayak Borneo, Indonesia (youtube) The Dayak's An Amazing Ethnic In Indonesia http://www.theburningseasonmovie.com/ http://www.walhi.or.id/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun