Ketika aku akan meninggalkannya, di bandara itu, ia bertanya apakah langit lebih luas dari samudera. Aku tak menjawab sepatah kata pun, sebab aku tahu bahwa ia sedang bersedih.
"Apakah kau akan kembali?" Ia bertanya.
Seorang petugas menyapu lantai yang tidak begitu kotor. Seorang yang lain menawarkan kursi yang bisa memijit. Masing-masing kita mempunyai pekerjaan untuk dilakukan, bukan?
Aku bertanya apakah ia membawa mantel. Hari akan hujan dan ia akan menjadi basah.
Itu tidak berguna bila aku menangis, ia menjawab.
Apakah kau akan menangis? Aku bertanya.
"Jika mataku tidak menangis," ia menjawab, "hatiku telah dahulu hancur."
Aku melihat matanya dan ia melihat mataku. Aku ingin melangkah pergi tetapi aku tidak ingin meninggalkannya. Di pelataran itu aku memeluknya. Tubuhku menjadi kaku dan tenggorokanku seperti diganjal sesuatu yang pahit dan berat, dan susah bagiku sekadar hanya untuk bernapas.
"Apakah kau akan melupakan aku?" Ia bertanya.
Jangan tanyakan sesuatu yang tidak ingin kau dengarkan jawabannya.
Di bandara itu hujan turun sebelum pesawat berangkat. Aku tahu tak akan ada badai di kota itu, tetapi dua orang manusia telah menjadi hancur hatinya.Â