Laki-laki itu melihat hujan dan bertanya apa yang membuat kota ini menjadi begitu sepi. Orang keluar dan masuk rumah, tetapi tidak ada yang ingin berbicara. Dua anak kecil tanpa payung menyeberang Jalan Agnesia dan bertanya berapa harga bunga di ujung rak itu. Sang penjaga menatap mereka dan berkata ia tidak menjual bunga untuk anak-anak. Bukankah kau yang mencintai guru kami yang hidungnya besar itu? Salah seorang anak bertanya kepadanya. Aku mencintai seorang guru tetapi aku lupa bentuk hidungnya.
Laki-laki itu melihat ke toko bunga dan bertanya apa yang dibeli oleh dua anak tanpa payung. Itu seperti muridnya tetapi ia tidak melihat dirinya di jejak mereka yang tertinggal.
Seorang laki-laki lain yang lebih besar, seperti kuda Sumba tubuhnya itu, dan bibirnya menggantung seperti susu anjing tua berjalan keluar dari kamar dan bertanya apa yang membuat beringin bisa tumbuh beratus tahun.
Musim, Sayangku, penjual bunga itu menjawab.
Tetapi apakah kau tahu apa yang membuat aku terus mencintaimu?
Perempuan itu tidak menjawab sebab ia tidak ingin tersipu. Ia tidak ingin tersipu di hadapan murid seseorang yang ia cintai. Seseorang ia cintai itu berdiri di kejauhan -- ia berdiri di kejauhan, dengan payung murid-muridnya, sambil melihat perempuan itu tidak ingin tersipu, di hadapannya godaan suaminya.
Jalan Antarnusa, 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI