Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kala Hankam (telat) Mengalami Reformasi Birokrasi

14 Januari 2024   20:43 Diperbarui: 6 Februari 2024   15:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat Capres Ketiga, Ganjar sampaikan data (Foto by Antara)

Gagasan Ganjar Pranowo ini yang dilancarkan pada saat debat ketiga saat ini dalam kacamata sebagai seorang sipil nyatanya menunjukkan bahwa beliau betul-betul sosok yang menjunjung tinggi efisiensi sehingga pangkalnya adalah integritas dalam memastikan kekuatan pertahanan keamanan itu optimal. 10 tahun Ganjar Pranowo sebagai Gubernur yang notabene adalah Wakil Pemerintah Pusat di Provinsi melihat bahwa proses koordinasi dan sinergi dalam rangka mendorong pengamanan secara semesta dirasa menjadi PR panjang karena sulitnya birokrasi oleh karena banyak tangan yang berperan pada sektor super vital tersebut.

Ganjar merasa bahwa Reformasi TNI belum sepenuhnya baik oleh karena mekanisme prosedural yang lahir dari pembentukan kinerja lembaganya sangat rumit dan semua berlindung dibalik pada aset rahasia yang implikasinya pada realisasi kinerja yang condong tidak progresif dan produktif. Bukan hanya TNI tapi instansi bersenjata secara umum sehingga mereka kurang responsif melihat keadaan. Yang ada maraknya pelanggaran utamanya tantangan asimetris yang dirasa cenderung terlambat untuk dituntaskan secara serius. Pemerintah hanya fokus pada narasi Bela Negara tanpa mau berupaya untuk menata Bela Negara sampai pada konsep konkrit.

Konsep konkrit yang dimaksud adalah bagaimana perwujudan Bela Negara yang kolaboratif tentunya sebenarnya tidak banyak mata dan tangan yang cenderung ingin mencari peluang dalam pengembangan sektor super vital tersebut. Maksudnya adalah ketika kata tumpang tindih menjadi kunci bahwa Pertahanan Keamanan dalam indeks cenderung melamban. Mungkin bahasa kasarnya terlalu banyak bermukim pada 'air keruh'. Bagaimana air bisa 'mengalir' kalau tidak 'disodet' maka harus ada integrasi. Ganjar menyebutkan contoh Kontraterorisme belum lagi masalah Keamanan Pantai dan Laut. Sehingga menjadi rumit saat ini.

Lebih nyatanya adalah ketika penanganan KKB di Papua. Ilegal Fishing di Natuna. Seolah menunjukkan bahwa banyak pintu itu menyebalkan sehingga tidak selesai. Kala di satu sisi Reformasi Birokrasi Layanan Publik sedang gencar dengan MPP Satu Pintu. Soal Hankam spesifik kita tidak satu pintu. Perlu wadah baru dengan skema baru, sistem operasional baru, anggaran baru dan personel dengan tatakelola baru yang lebih komprehensif menjawab segala kekurangan dari institusi sebelumnya. Konkritnya Bakamla harus setara Coast Guard, Angkatan baru Pertahanan. Kemudian BNPT juga demikiaj bukan Lembaga Koordinasi tapi langsung Eksekutor. 

Baca juga: Kala Siti Atikoh

Sehingga tidak lagi terlalu banyak ruang untuk malah memakan waktu untuk penuntasan. Efektif dan efisiennya dapat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun