Kira-kira seperti itulah gambaran mengenai debat tadi malam dimana realistis saja bahwa kita menduga-duga bahwa Prabowo dengan segala kapabilitas nya kemudian dia juga telah mengaku bahwa dia punya pendirian yang bertenang dan bertenaga. Dalam hal ini komitmen secara obyektif untuk memberikan gagasan yang rasional dalam membentuk sebuah konsensus. Yaitu soal pertahanan keamanan yang solid dimana lumrahnya seorang ahli strategi mampu kuasai nyatanya debat ini malah membuat seorang Prabowo Subianto jadi underestimate.
Justru seorang Ganjar Pranowo yang tadinya underestimate bahwa dirasa memang sangat minim kiprah. Dia sangat memahami kajian data utamanya soal indeks yang dirasa mengalami penurunan. Memang data ini berasaskan pada jurnal jurnal yang memang dibahas betul dengan Andi Widjajanto dan juga Andika Perkasa. Duet Akademisi dan Praktisi yang memang sangat mahfum pada isu Militerisme kedepan yang selayaknya mampu menjawab tantangan secara asimetris. Secara relevan saya menduga memang Prabowo bisa jadi memang sudah down diawal atas statement Anies Baswedan yang memang sudah mengarah-ngarah.
Dimana jelas sekali mengkaitkan setengah dari prajurit (dari pangkat apapun) banyak tak punya rumah tapi Menterinya punya lahan ratusan ribu hektar yang sebenarnya kalau bukan karena Jokowi yang bocorkan dan gaungkan. Mana mungkin ini jadi perbincangan. Kalau dibilang sebenarnya debat memang sangat mendalam pula soal pertentangan didalamnya. Seninya memang sejak Prabowo pertama jadi Capres pun demikian. Sampai pertarungan di kali ketiga yang tiada habis, apalagi soal isu ini. Ganjalan untuk akhirnya berseteru keras sekalipun memang diupayakan substantif memang benar-benar dijaga betul
Intinya kalau saya melihat, itulah keajaiban sebuah momentum debat. Kalau saya secara obyektif memang inilah kuasanya bahwa peringkat debat saat ini disesuaikan dengan nomor. Anies yang di debat pertama sangat punya poin plus tentang pemerintahan bersih dan juga soal penegakan hukum dimana soal Wakanda No More Indonesia Forever yang mana narasi perubahan juga sangat menekankan prinsip keadilan dan ordal clubnya. Kemudian di debat kedua, terus terang terlepas hapalan contekan memang Gibran sangat realistis menjelaskan pada pengetahuan mendalam akan ekonomi utamanya digitalisasi mungkin sampai pada pragmatisme isu yang mengacu pada ekonomi muda dan UMKMnya seperti apa. Sedangkan Ganjar? Sosok yang minim pengalaman ini justru lebih kaya bahkan tidak kalah elegan dalam fokus membangun tatanan dunia baru dalam gagasannya yaitu memastikan bahwa isu fundamental pragmatisme yaitu kekuatan sumber daya manusia menjadi penting. Bukan narasi tapi substansi konkrit yang mampu mengatasi.
Kira-kira kata kuncinya adalah harus tetap fokus saja. Abaikan pertentangan oleh karena terlalu jumawa. Cuma rada menariknya begini, dikala Prabowo juga banyak sepandangan dengan Ganjar dimana Ganjar memang sudah rada progresif tapi tetap membumi, Prabowo terkesan retorika dimana narasi seorang patriot dari beliau seolah sirna apalagi pada saat malah menantang dengan Anies. Jika awalnya dia bertenang, dia pun tak kalah panas bahkan Anies pun jadi luntur gagasan-gagasan cerdasnya. So itulah seninya. Wait n see lah untuk debat debat berikutnya seperti apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H