Waktu puncaknya yang sudah semakin dekat, saatnya refleksi dan mempertimbangkan diri pada gagasan-gagasan 'manis' para calon. Mungkin karena preferensi saya di Ganjar-Mahfud, mengacu pada postingan-postingan sebelumnya. Saya ingin membahas Visi-Misi sesuai yang saya baca dan amati, tidak hanya pada pengalaman saya membaca langsung pada dokumen visi-misi lengkapnya, melainkan saya juga ikuti dan amati gagasan beliau baik Ganjar maupun Mahfud ke masyarakat atau pada saat diskusi-diskusi diantara kalangan baik internal timses maupun antar timses yang sama-sama menarik, apalagi efektif juga meraih suara Gen Z untuk menilai mana yang realistis.
Satu hal yang ingin saya soroti apalagi ketika pada akhirnya Ganjar telah bersama dengan Mahfud, yang notabene seorang Profesor atau Guru Besar atau Akademisi bukan hanya soal fokus di penegakan hukum saja, melainkan jika memang berpasangan dengan Profesor. Asumsi yang terjadi bahwa roda tatakelola akan menganut pada prinsip ilmu pengetahuan. Kalau bukan di Paslon 03, ada Paslon 01 yang jelas Capresnya adalah seorang Akademisi. Begitu gambaran kasar saya. Sebelumnya, ini hanya opini saya saja yang mana sebenarnya meneruskan opini-opini yang orang lain suka utarakan : Jika Visi Misi Anies-Muhaimin itu terlalu kental dengan paparan teknokratis dari unsur kepakaran/akademisnya sehingga terlalu rumit scientificnya untuk dicerna sampai realisasinya kemudian Visi-Misi Prabowo-Gibran terkenal dengan unsur kepraktisannya dengan mengandalkan para pelaku bidang sehingga pragmatis tapi terlalu simplifikasi. Namun, Visi-Misi Ganjar Mahfud karena berbentuk Living Document sehingga setiap orang bisa beri masukan, adalah mengandalkan keterbukaan jaringan, kolaborasi dan keseimbangan siapapun bisa menyesuaikan entah unsur kepakaran masuk unsur praktisinya juga masuk. Kaya akan penyajian data, juga dengan pengalamannya.
Sama halnya soal Ketahanan Pangan, ada sisi yang harus dilanjutkan sebagaimana arahan Presiden pada Rakernas PDIP belum lama ini dan menjadi amanat kepada Ganjar apabila terpilih langsung fokus disini. Disisi lain, harus ada sentuhan pembeda tidak sekadar antitesa namun soal 'gerak cepat' alias terobosan yang bisa dicapai manakala sistemnya harus lebih tertata lagi. Namanya juga 03 alias Persatuan Indonesia yaitu Persatuan antara yang melanjutkan dengan yang memperbaiki (bukan sekedar perubahan) akhirnya terjadi keseimbangan sesuai prinsip angka 3 dimana ada titik tengah sebagai penyeimbang. Konkritnya, kebetulan saya pernah ikuti adalah Ganjar-Mahfud akan tetap melanjutkan Food Estate di titik-titik yang telah terbangun dengan fokus penyesuaian pendekatan yang lebih sederhana dan tetap terawasi dengan baik (terbuka), di sisi lain jika memang untuk kebaruan (ingat semua Capres pasti perlu sebuah novelty/kebaruan sekalipun taglinenya Melanjutkan, musti butuh) akan fokus di Investasi R&D untuk Pertanian, jika ada teknologi efisien yang bisa diversifikasi pangan lebih mudah, cepat, dan murah bahkan tidak makan banyak lahan. Otomatis akan digalakkan soal itu, jadilah Hilirisasi Tani yang sesungguhnya.
Gagasan-gagasan menarik soal Pertanian pernah saya ikuti dan amati. Tidak hanya mereka memang fokus bagaimana mindset atau orientasi pertanian itu bukan hanya soal konvensional tapi memang harus skala industrialisasi maka perlu ada investasi dan dimulai dari kedaulatan usaha di dalam negeri, yang bersinergi betul dengan para akademisi dan teknokrasi mengusung teknologi yang proper. Pertanian modern yang ramah lingkungan dengan varietas yang unggul, disamping modal sumber daya manusia hingga prasarana memadai juga perlu. Tentunya kelak industri ini akan bergerak dari mulai penanaman hingga pengolahan sampai pada produk-produk jadi pertanian yang pastinya sinergi dengan para pelaku usaha UMKM lokal dan berorientasi ekspor. Hilirisasinya pas, Industrialisasinya juga dan bauran teknologinya juga masuk. Kira-kira waktu itu dijelaskan seperti konsep pertanian ala Jepang untuk diusahakan masuk. Tentunya akan banyak yang masuk dan dikolaborasikan disini, karena prinsipnya tidak hanya Pemerintah semata melainkan unsur Asosiasi yaitu HKTI kemudian Dunia Usaha lain yang mana mendorong pada Poktan (Kelompok Tani) agar link n match dengan perusahaan-perusahaan pengolahan.
Soal infrastruktur penunjang sebenarnya Pemerintah sekarang sudah cukup memadai mulai waduk/bendungan hingga jalan desa. Tinggal maksimalkan, namun fokus terbaru adalah sumber daya statisnya yang berproduksi dan mengolah dengan baik. Saya juga tertarik ketika ada gagasan mungkin dibicarakan adanya Startup Pertanian, dari usaha UMKM-UMKM atau Poktan yang berkolaborasi dengan para Sarjana Pertanian baik dalam maupun luar negeri agar saling memperkuat dan tech-oriented tadi dimana mereka diajak untuk naik kelas dan akses permodalannya juga lebih proper. Ini sudah dibicarakan dengan ICMI, dengan IPB dan juga KADIN, kemudian Habibie Institute juga berencana mempertimbangkan. Lebih realistisnya juga memperkuat Koperasi agar tidak kalah dengan Industri Keuangan lainnya, disamping memperkuat BUMN Pangan untuk menjadi pemain utama memastikan pengawasan hulu-hilirnya (konsep tata niaganya). Startup Pertanian ini dalam seperti Konsep Socio-preneur apalagi banyak sekali milenial yang akan diajak, bisa jadi pengembangan dari program Petani Milenial yang bukan hanya pemuda diajak bertani melainkan memang kreativitas anak muda juga dimainkan disini. Konsepnya tidak kaku.
Konsep Social Enterprise banyak digaungkan dimana Kewirausahaan Sosial sendiri sejalan dengan Doktrin Ekonomi Kerakyatan ala PDIP yang berbasis gotong-royong dengan pengejawantahan yang lebih modern. Peningkatan bisnis-bisnis berkelanjutan dan skema permodalan yang lebih proper semisal dimulai dari Koperasi, kemudian permodalan ala Modal Ventura (Venture) semacam JWC ke UMKM atau mungkin Crowdfunding/Crowdsourcing yang konsepnya seperti Hibah tapi ini Investasi bahkan bisa melantai ke bursa tidak hanya soal inkubasi/pembinaannya saja. Dimulai dari Poktan atau Gapoktan yang bersinergi dimana dunia akademisi juga hadir, melalui para praktisi yang lulusan LPDP (bisa jadi) agar turun serta melalui 'bendera' BUMN dan Swasta bersinergi. Unsur pengabdian masyarakatnya masuk. Konsep Pertanian yang muncul adalah berorientasi inovasi dan efisiensi, soal pengairan yang lebih bagus, soal penyimpanan, ketahanan bibit, unsur tanah yang bagus sampai pada luas lahan yang lebih efisien. R&D secara pentahelix dilakukan dan ada BRIN didalamnya. Prinsipnya adalah kolaborasi dan juga efisiensi dari segala bentuk usaha yang terjadi tadi.Perusahaan Permodalan yang Hibah (sebenarnya) Crowdsourcing, P2P Lending, sampai Venture mendorong Poktan naik jadi Startup lalu innovative dan efficient kolaborasi dengan para pengusaha-pengusaha pengolahan akhirnya bisa orientasi ekspor, tentu ada inkubasi dan kurasi yang lebih proper.
Kira-kira begitu yang saya amati. Sepertinya Ganjar-Mahfud akan lebih concern soal ini. Tinggal dari sisi Pemerintah juga memastikan efisiensi aturan main kemudian kepastian dalam hal teknis dan pengawasan yang stabil dan mendorong BUMN tadi, untuk menjaga kestabilan. Itu sudah lebih dari cukupÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H