Situasi makin menghangat meski mencair. Namanya juga bulan Ramadhan. Mending banyak berbuat ibadah daripada fokus pada kuasa. Sebenarnya kekuasaan itu menggoda, ada saja alibinya dan sebenarnya tidak sepenuhnya salah berbicara kuasa dan politik selagi ada tanggungjawab demi kebaikan dan kebenaran.Â
Sepertinya inilah konsekuensi jika Presiden yang sudah 2 periode menimbulkan track record dan gerak yang baik ditandai tingginya approval rating terlepas tantangan dan risiko serta kontroversi atau dinamika menghadang. Namun beliau dengan 'alon-alon asal kelakon' dan 'merendah untuk meninggi' ala Njawani Solo mampu menjawab segenap tantangan besar baik eksternal maupun internal yang dihadapi negeri. Presiden memang posisi yang berat, lebih berat lagi memantau siapa yang kelak bisa mengisinya. Sepertinya pertimbangan rakyat sudah semakin matang dan cerdas. Paling tidak sudah ada patokan yang pas untuk melihat siapa yang lebih pasti.Â
Kembali pada narasi Ramadhan. Berkaca pada postingan beberapa waktu selang. Soal plan koalisi ala bukber hingga patuh arahan seolah memberi warna. Bahwa ini adalah kehendak rakyat yang mana umumnya elite biasanya sedikit berjarak kini sudah semakin mendekat. Para Elit utamanya para Ketum Parpol sudah membaca segenap harapan dan pemikiran dari elemen masyarakat yang kritis. Ialah perubahan namun harus kesinambungan alias berkelanjutan memang penataan itu perlu hanya saja jangan mengubah fondasi karena ego politik.Â
Jauhkan semua dari segenap narasi atas relasi sebuah kuasa yang semu. Bukan sekedar pada political appointment melainkan political will. Bukan hanya sekedar ketetapan atau kelengkapannya, melainkan juga melihat pada respons dan gerak aksi yang akan terjadi.Â
Terbayang bahwa yang akan termuat didalamnya ialah bagaimana sebuah koalisi yang akan terskenario dengan matang ialah yang benar-benar mampu menjawab dengan visi bukan soal popularitas. Ya lanskap Pemilu awal Reformasi tentu jauh berbeda dengan saat ini. Barangkali jualannya beda dan demi meraup suara lebih siapapun jangan sekedar menggadai kepercayaan melainkan memastikan bahwa itu dikembangkan.
Tapi itulah misteri, Ramadhan saja punya misteri. Intinya jangan sampai gaduh, dimana semua berhak untuk berserikat dan berkumpul.Â
Presiden hanya sebatas mengawal saja agar kelak akhir jabatan nya dilalui dengan tuntas dan siapapun yang meneruskan posisinya mampu memberi angin segar untuk terus bersinergi meneruskan kebaikan pula. Karena yang diinginkan rakyat bukan sebanyak-banyak argumentasi, melainkan realisasi yang dibarengi dengan manfaat yang pasti.Â
Kita tunggu saja, apalagi PDIP belum bersikap apa-apa. Siapatahu jika PDIP bersikap dengan membangun silaturahmi ala Ramadhan atau mungkin Lebaran. Warnanya bakal bedaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H