Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gerilya Prabowo, Khofifah Harapan, Jatim Kawah Candradimuka

14 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 14 Februari 2023   12:07 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jawa Timur sejak lama merupakan Provinsi kunci dalam menentukan kemenangan seorang kandidat dalam kontestasi politik di Negeri ini. Mengingat Jawa Timur merupakan Provinsi yang strategis di Pulau Jawa yang sama strategis namun dia juga menjadi pintu pembuka menuju timur Indonesia. Provinsi ini merupakan Provinsi tertua dalam peradaban, sekalipun dahulu Kerajaan pertama di Indonesia berada di Kutai Kalimantan. Namun tua dalam arti secara kematangan peradabannya bukan soal duluan mana yaitu Jawa Timur. Mulai dari Mataram Kuno akhirnya pindah ke Timur dari Jawa Bagian Tengah dan sebagian Yogyakarta di masa sekarang, akhirnya Peradaban semakin eksis puncaknya hingga Majapahit dimana ketika Kerajaan ini berdiri saat itulah Nusantara terbangun dimana seluruh Indonesia merupakan wilayah kekuasaannya bahkan Asia Tenggara sekalipun. Memang sangat tinggi bahkan di masa modern. Kita juga memahami bahwa disini lahir para tokoh-tokoh yang hadir sebagai negarawan seperti Soekarno sebagai Proklamator hingga di masa Reformasi ada Abdurrahman Wahid sebagai Bapak Pluralis ketika konteksnya tokoh yang menjadi pemimpin Bangsa ini hingga Susilo Bambang Yudhoyono dimana beliau muncul sebagai Pemimpin pilihan rakyat pertama setelah negara ini Merdeka. Intinya Jawa Timur tidak bisa lepas begitu saja dari sejarah Bangsa ini. Belum lagi di Provinsi ini lah moderasi digaungkan yang mana dipopulerkan oleh Organisasi Kemasyarakatan yang kaya akan Intelektual seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Sehingga Jawa Timur bisa menjadi rumah yang nyaman bagi semua insan dari penjuru negara. 

Intro yang disampaikan juga relevan pada situasi politik sekarang ini. Jawa Timur diperhitungkan sebagai 'medan juang' atau 'kawah Candradimuka' yang mana ketika pertempuran berlangsung dan niscaya menang maka akan menentukan arah kemenangan secara luas. Bahasa mudahnya, jika Jawa Timur berhasil ditaklukan, yang barang tentu melalui proses tempaan dan goncangan yang tak kalah hebat dengan Provinsi semisal Ibukota Jakarta. Maka seterusnya akan mudah terlampaui. Sebegitu pengaruhnya Jawa. Timur dimana 2 Presiden yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo sebagai sosok beruntung memenangkan Jawa Timur sebagai 'medan juang' kunci dalam kontestasi. Apabila Jawa Timur ditaklukan maka akan mudah menaklukkan seterusnya, wajar pula karena Jawa Timur termasuk 3 besar Provinsi dengan Penduduk Terpadat berikut Ekonomi yang Terbesar. Yaitu sekitar 40 juta jiwa. Serta PDRB Jawa Timur mencapai 2700 Triliun Rupiah, salah satu yang terbesar di Indonesia. Memang sangat menjanjikan belum lagi selain maraknya industri kita tahu bahwa Jawa Timur gudangnya ilmu berarti gudangnya generasi muda ditandai banyaknya Universitas Favorit di Negeri ini sehingga banyak yang ingin tinggal dan menyambung hidup untuk lebih baik disini. 

Lantas, kesannya bahwa 'Bonus Demografi' di Jawa Timur sangat mujarab apalagi di 2024 nanti yang mana Negeri ini sudah memasuki puncaknya dan Jawa Timur akan 'kebanjiran' pemilih muda potensial. So pasti, siapapun yang berhasrat untuk menjadi Pemimpin takkan melewati kesempatan emas ini. Seperti yang pernah dinyatakan dalam berbagai kesempatan bahwa JATIM adalah KUNCI. 

Kini Prabowo Subianto sebagai sosok yang sudah mendeklarasikan diri untuk maju di Pilpres mendatang sudah ancang-ancang untuk menduduki Jawa Timur sebagai basis kemenangannya. 2014 dan 2019 memang bukan tahun dia karena kalah oleh Presiden Jokowi. Namun Jokowi sebentar akan usai, barang tentu kerja keras Prabowo untuk membantu Jokowi di periode kedua akan jadi perhitungan matang elektoral di Jatim untuk menambatkan hati kepada Prabowo Subianto. Sosok yang dianggap ikhlas oleh Gusdur, tokoh intelektual asal Jatim yang juga jaringannya sangat kuat baik Nahdliyin maupun Gusdurian dimana jelas sekali yang dilihat adalah prospek masa depan agar Pancasila tetap kokoh diatas kepentingan pribadi dan golongan. Prabowo dirasa cukup memenuhi atas dasar kebesaran jiwa dia mengakui kekalahan dan belajar dari pengalaman sekaligus memperkuat pengabdiannya bagi Nusa dan Bangsa sekalipun belum menjadi Presiden. Makanya belum lama ini beliau safari ke para Santri dan Ulama selalu disambut hangat apalagi ketika Harlah NU kemarin, semua gegap gempita lantangkan Presiden kepada beliau. Karena tidak salah, sosok yang bisa mempersatukan adalah Prabowo Subianto

Selain dengan Kalangan Agama, dengan Kalangan Pemimpin yaitu Kepala Daerah dia juga intens. Apalagi Kepala Daerah Jatim kini yaitu Khofifah Indar Parawansa merupakan sosok yang berpengaruh dalam kancah Politik Nasional. Sebelum ia menjadi Gubernur, dia adalah Menteri zaman Gusdur dan zaman Jokowi. Belum lagi beliau aktif di Nahdliyin sebagai Ketua Muslimat sehingga secara basis massa sangat kuat. Jatim seakan kembali ke masa keemasanya dalam arti bahwa pengaruh Jatim semakin seksi ketika Khofifah 'bertahta'. Prabowo juga tidak salah perhitungan manakala dia sudah berulang kali dan kini sudah semakin intens antara keduanya untuk merancang masa depan Bangsa Indonesia melalui jalan politik yang semakin solid. Apalagi Khofifah terafiliasi dengan PKB sebagak Partai yanf sudah berkoalisi dengan Gerindra melalui Kebangkitan Indonesia Raya dimana PKB di'cap' sebagai partai NU. So Pasti chemistry itu akan mudah terbangun diantara keduanya. Prabowo seorang Nasionalis dan Patriotik sedangkan Khofifah seorang Religius yang Moderat. Kalau istilah sekarang, boleh lah barang tersebut dimainkan. Kita tunggu saja 'kejutan-kejutan' apa yang ingin dicapai?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun