Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

2023: ERP hingga Subsidi Motor Listrik, Win-win Solution?

27 Januari 2023   16:00 Diperbarui: 27 Januari 2023   16:07 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kalau menurut saya alternatif adalah ERP itu bisa screening mana yang berhak dan tidak untuk ditarifkan, sekalipun disiapkan alat hanya terpotong nol saja cuma untuk scanning ibarat masyarakat naik Jaklingko dengan kartu cuma untuk tap tanpa saldo hangus. Sebaiknya memang demikian, disamping motor juga sudah menyemut dan berkontribusi terhadap polusi dan saatnya dikonversi dengan energi yang lebih ramah dan terbarukan. 

Toh juga sekarang gencar-gencarnya bahkan muncul instruksi bahwa setiap titik dimulai dari gedung kantor dibuat SPKLU, andaikata kendaraan listrik masif kan tidak repot juga SPKLU dicari. Karena akan berbarengan dengan laju pertumbuhannya.

Dan saya juga mendukung kalau yang diprioritaskan adalah roda 2 dahulu kemudian bus barulah roda 4. Dengan harapan bahwa ada pemerataan dan ini menyangkut golongan ekonomi menengah kebawah. Begitu juga dengan ERP bahwa pertimbangan masyarakat menengah kebawah juga harus diperhatikan, selain juga mengakomodir penumpang angkutan umum yang eksisting agar tetap terjaga haknya ditengah kepadatan akibat yang roda 4 beralih ke angkutan umum bahkan sebagai kompensasi mereka mendapat diskon ketika rush hour. 

Disisi lain para Ojol juga tetap terjaga manakala mereka bisa bekerja untuk mengantar penumpang dan barang yang sangat berarti bagi kegiatan ekonomi di jalan ERP, karena ada diskresi bahwa kendaraan listrik roda 2 tidak dikenakan biaya saat melewati jalan ERP. 

Terus terang memang tidak populer bahkan bisa menggerus elektabilitas. Namun mengapa harus secepatnya, mumpung yang menjabat adalah birokrat yang ditunjuk bukan hasil Proses politik. Lebih baik lanjutkan saja, daripada cuma awang-awang sementara berbagai rekayasa lalu lintas lainnya sudah sangat prematur mengatasi kemacetan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun