Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Potret India Hari Ini: Krisis Kemanusiaan dan Egoisme Elite Politik

10 Mei 2021   11:55 Diperbarui: 11 Mei 2021   10:54 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak serta merta optimistis dari kekuatan vaksin saja. Pemerintah sejauh ini seharusnya belum sepenuhnya mengklaim berhasil bahkan seharusnya merasa bahwa mereka masih memiliki sisi dimana ada sebuah kegagalan dan haruslah diakui dan diperbaiki bersama, bukannya malah ditutupi oleh keberhasilan semu. Sebagai bukti malahan India optimis bilamana mereka membuka kembali izin untuk berkerumun dan bepergian, otomatis tidak sepenuhnya wabah pandemic terjadi tidaklah terbukti malah memperburuk keadaan. 

Tentu ini merupakan kesalahan merespon dan bisa menjadi pembelajaran negara lain untuk tidak terkesan teledor pada kekuatan. Bahkan ketika mereka sudah lengah dan gagal pun mereka masih terkesan tutup mata bahkan cenderung melawan kritik yang dihadapi. Sudah tentu menjadi preseden buruk kedepan. (The Lancet, 2021)

Bisa dikatakan fenomena seperti ini seperti menjadi Landslide Losing dikarenakan praktik yang mengacu pada Logical Fallacy atau sebuah kesesatan pikir Pemerintah dalam menyikapi dinamika yang ada. memang dahulu mereka dianggap sangatlah mampu namun pada akhirnya menjadi takabur dan jelas terlihat bahwa rakyatlah yang menjadi korban. 

Oleh karena keegoisan Pemerintah sepihak untuk mendapatkan simpati tertentu, bilamana dikaitkan dengan konteks Politik di India sekarang ini, memang sedang diadakan Pemilihan Umum di berbagai Negara Bagian yang selama ini menjadi incaran untuk dikuasai oleh koalisi Pendukung Pemerintahan Narendra Modi, yaitu BJP (Bharatiya Janata Party) dengan Koalisi NDA (National Democratic Alliance) yang sangatlah dikenal dengan Ideologi Hindutva-nya yaitu cenderung fanatis terhadap Ajaran Hindu. Modi memang dikenal sebagai Perdana Menteri yang cukup berprestasi, buktinya pada Pemilu 2019 lalu, Partainya memenangkan secara besar kursi di Parlemen sehingga Pemerintahannya memimpin kembali begitu pula berbagai Prestasinya menjadikan India sebagai Emerging Nation yang kini diakui Dunia.

Hanya saja, mungkin seakan semua sirna dan jatuh diakibatkan kesalahan Pemerintah yang cenderung abai, dahulu ketika 2020 dimana Modi memutuskan Lockdown Nasjonal dan juga pendekatan tegasnya yang dibangun membuat masyarakat pun simpati terhadapnya yang dinilai berhasil apalagi pendekatan 3T yang dilakukannya menggunakan komponen lokal sehingga sangatlah mumpuni. 

Hanya saja, beliau seakan lupa begitu saja karena ego politiknya demi menghadapi lawan-lawannya dalam Pertarungan di Negara Bagian seakan melupakan bahaya masih menerpa. Puncaknya ketika ia pun malah terkesan menyambut dan terharu terhadap kerumunan ketika berkampanye di Benggala Barat, Negara Bagian strategis yang menjadi incaran BJP dan Modi. Hanya saja beliau tidak paham bahwa ini berbicara keselamatan, sehingga kampanye yang berjalan menimbulkan malapetaka bukan hanya di Benggala Barat, namun di negara bagian lain yang menggelar Pemilu. 

Imbasnya apa? BJP mengalami kekalahan besar oleh partai Oposisinya baik di tingkat Pusat yaitu Kongres maupun Koalisi Partai Lokal yang kembali menguasai wilayah-wilayah tersebut. Ini sangatlah buruk, menurut Pengamat Politik ini merupakan pertanda buruk kedepannya untuk Pemilu selanjutnya. Bagaimanakah SIkap Modi? Jelas masih terkesan ambisius, dan malah acuh tak acuh pada keadaan bahkan diperburuk dengan melawan seketika koordinasi dengan jajaran dibawahnya yaitu Pemimpin di Negara Bagian. 

Sudah banyak Pemimpin Negara Bagian terutama Ibukota Delhi meminta untuk India kembali Lockdown secara Nasional diakibatkan situasi yang buruk, bisa terbayang bahwa India bukan hanya kekurangan vaksin melainkan APD, Alat Tes, bahkan Ventilator dan Tabung Oksigen pun seakan menjadi barang langka, sehingga manakala masyarakat banyak tak tertangani terkesan 'pertumpahan darah' terjadi begitu saja tanpa diduga-duga. Sungguh ironi yang terjadi, namun Pemerintah seakan diam dan tutup mata.

Kremasi Korban Covid-19 di India (Financial Times)
Kremasi Korban Covid-19 di India (Financial Times)

Tsunami itu memang terjadi namun masih dianggap sebelah mata. Padahal ini terkesan bukan mengada-ada ketika banyak tenaga medis juga ikut berguguran karena lengah begitu saja menghadapi lonjakan pasien, sementara tidak ada dukungan signifikan dari pihak Negara untuk mereka. Meskipun klaim Negara masih mampu, sehingga Modi dan jajarannya sendiri masih meminta untuk terus melakukan Micro Lockdown bukan pendekatan secara Nasional dan Total Agresif, mengingat selalu dikaitkan pada konteks Ekonomi ketika pada akhirnya India sempat terjun bebas dalam Perekonomian dan masih menghadapi banyak tantangan walaupun secara Kuartal I kali ini, India sudah terbebas dari Resesi hanya saja banyak kekhawatiran India bisa jatuh begitu saja bilamana ini tidak dianggap serius meskipun Kemanusiaan cenderung dinomorduakan. 

Kekuatan RS sebesar apapun, secanggih apapun penanganannya tentu akan kelabakan juga menghadapi situasi seperti ini. Oksigen dan Kayu Bakar untuk kremasi seakan menjadi pemandangan biasa disana, malahan menjadi sorotan Dunia tentang kesalahan yang terjadi selama ini. Imbasnya sudah jelas tentu banyak yang bereaksi karenanya, akhirnya ketika Pusat tidak bisa diandalkan kemudian Daerah dalam hal ini Negara Bagian berjalan sendiri-sendiri meskipun mereka paham kemampuan mereka hanya sementara. Diawali dari Delhi sebagai Ibukota Negara memutuskan untuk Lockdown Total meski ditentang oleh Pemerintahan Pusat, Arvind Kejriwal sebagai Pemimpin Delhi merasa bahwa ini tidak bisa ditolerir lagi bahkan Modi pun dianggap sebagai Pemimpin yang kejam dan tak mau mendengar keluhan atau realita yang terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun