Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dilema Program "Vaksin Untuk Semua" (Prioritas, Umum, dan Mandiri) Ditinjau dari Teori Keadilan Rawls

20 April 2021   20:44 Diperbarui: 20 April 2021   20:53 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Vaksinasi Lansia yang dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Sentra Vaksinasi Bersama, Bandung/IDX Channel

Vaksinasi pada saat ini memang menjadi harapan sekaligus tantangan bagi setiap pihak, bukan hanya masyarakat biasa saja yang bertanya-tanya sambil bertarung pada kenyataan melainkan Pihak Negara di Dunia, termasuk Indonesia pun niscaya akan dibuat pusing soal Vaksinasi. Disisi lain, vaksinasi memang menjadi harapan, namun disisi lain pula kita juga dihadapkan pada kekuatan-kekuatan Global yang menuntut Negeri ini untuk membuktikan kesigapannya pada segala sesuatu.

Pandemi saat ini memang menjadi sebuah ujian, rasanya lelah seribu kata seribu tangis membayangkan ketika kita 180 derajat haruslah terbiasa pada kenyataan tidak seperti dahulu yang bebas leluasa. Kita harus kekang namun sekaligus menerima situasi yang terjadi manakala kita tidak terbayang akan protokol kesehatan yang membelenggu sekaligus menjadi ujian bagi kita untuk survive dari kenyataan sejauh ini. Sedih dirasa, melihat saudara-saudara kita yang memang kurang mampu haruslah terhambat oleh karena penyebaran wabah yang mendunia seperti sekarang ini. Bayangkan kecepatannya mungkin melebihi hantu, dan tak satupun tahu apa obat penawar yang pasti. Yang pasti adalah bagaimana kita mencegah dan mempertahankan diri. Begitu saja

Covid memang terkesan menjadi permainan Dunia, namun saya juga tak bisa pungkiri bahwa Covid ini sangatlah adil dan merata, bahkan tidak terkesan pilah-pilih pada mencari mangsa. Semua harus sama merasakan tak terkecuali dia kuat atau lemah, dia kaya atau miskin semua akan bisa terkena. Bahkan mungkin sesuatu yang sifatnya adil kadang memang sulit untuk diratapi. 

Jika adil yang sifatnya positif memang tentu sangatlah menyenangkan ketika adil untuk pembagian warisan, otomatis tidak akan ada pertentangan, karena singkatnya semua sudah terbangun atas dasar kesepakatan alias kebaikan bersama dimana semua masing-masing menerima sesuai lumrahnya berjalan. Tapi, kalau adil dalam masing-masing harus siap dan menerima penyakit seperti sekarang ini. Rasanya agak menakutkan sekaligus menantang juga untuk dipikirkan.

Merujuk pada sesuatu keadilan, saya juga seketika mengingat tentang John Rawls, singkatnya mungkin saja beliau bisa dicap sebagai “Bapak Keadilan” karena kurang lebih berbicara soal Justice tentu akan bertemu dengan orang seperti dia. Memang sangatlah banyak gagasan atau pandangan dia guna menghadapi sebuah keadilan tersebut, namun satu hal yang mungkin bisa menjadi acuan dalam fenomena seperti ini adalah pandangannya tentang Justice as Fairness, itu merupakan sebuah keniscayaan sekaligus realita sekarang ini apalagi soal abstraksi yang menjelaskan sebuah prinsip bahwa adanya sebuah selubung ketidaktahuan atau veil of ignorance (Rawls, 1971:35). 

Singkatnya kurang lebih dengan akal rasional kita namun dengan segala ketidaktahuan kita untuk menyadari dan memahami realita yang terjadi, suatu saat kita akan menikmati atau mengalami hal yang terjadi berdasarkan pada aspek keuntungan dalam diri kita. Dan Wabah ini pun tak disadari kita juga akan mengalami, dan tentu lama kelamaan menjadi sebuah bentuk kewajaran apalagi disituasi yang mengacu pada ketidakpastian namun bisa disepakati. Saya pahami bahwa bukan hanya soal kejatuhan rejeki atau bagaimana, terkena Covid pun bisa saja situasinya demikian manakala semua bebas akan terkena. Itu bicara soal keadilan dikaitkan dengan konteks kesehatan dan wabah seperti sekarang ini.

Hanya saja yang sangatlah disayangkan adalah ketika kita dalam situasi adil dan wajar menghadapi atau mengalami wabah seperti ini tidak serta merta sejalan dengan bagaimana jalan atau langkah yang mau kita pegang untuk kita lawan. Kadang, pemikiran saya bahwa keadilan dalam tantangan tidak selamanya keadilan pula dalam senjata atau jalan yang mau kita raih. Tiap orang tentn memiliki persepsi sendiri soal keadilan tersebut. 

Dan saya ingin soroti sedikit banyak soal vaksinasi, sebagai cara atau ikhtiar manusia untuk mampu menaungi itu semua. Memang berdasarkan pandangan para ahli termasuk WHO sekalipun berkata bahwa Vaksin tidak 100 persen menjamin kita untuk bebas bahkan kebal terhadap Covid ketika kedua hingga ketiga kalinya terkena Covid. Namun paling tidak kita bisa mencegah dan meminimalisir dampak yang ada.

Kita melihat bahwa soal penyebaran wabah seperti ini saya rasa sudah adil ketika kita melihat Negara yang maju sekalipun gundah gulana tak berdaya menghadapi ratusan, ribuan, jutaan disekeliling mereka terkena bahkan wafat begitu saja. Ini juga yang menjadi kritik saya terhadap kapitalistik yang terjadi selama ini bahkan menjauhi rasa kemanusiaan itu sendiri. Bagaimana tidak? Virusnya sama, tapi penanganannya berbeda disesuaikan dengan kemajuan masing-masing negaranya.

 Tentu Negara yang telah lama menganut kapitalis apalagi yang memang menguasai sektor produksi baik Obat hingga Vaksin akan lebih dahulu menikmati Dunia yang dirasa “Baru” oleh karena cepat mencapai Kekebalan Komunal (Herd Immunity) ditandai dengan proses vaksinasi prestisius sebanding dengan kapasitas produksinya, apalagi kesannya juga WHO cenderung membela atau mempermudah akses terhadap Negara-Negara yang umumnya di Barat tersebut untuk berusaha memenuhi bahkan melebihi kapasitas vaksinasi dalam negaranya. Lebih menjengkelkan lagi, ketika beberapa waktu lalu WHO menyerukan agar negara-negara maju sendiri untuk mau adil memberikan jatah vaksinnya berlebih terhadap negara-negara yang membutuhkan biasanya di belahan bumi selatan seperti Afrika. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun