Wanita, entah dia dari rakyat jelata, anak raja bahkan istri nabi, dia pencemburu.
Saat salah satu istri nabi membuat makanan dan memberikannya pd Nabi, lalu nabi menyerahkan makanan tsb ketangan istrinya Siti Aisyah.. saat itu juga makanan tersebut dibantingnya kelantai, disaksikan mertua Nabi, yakni Abu Bakar. Nabi tersenyum menyikapi kecemburuan istinya.
Dikisah lain, siti Sarah begitu naik pitam melihat nabi ibrahim mengusap ngusap perut Siti Hajar yg tengah mengandung nabi Ismail. Â Situasi kehamilan Siti Hajar ini ternyata mengudang kecemburuan yang teramat sangat pada diri Sarah. Perasaan iri bercampur marah, sedih dan haru menyelimutinya. Karena cemburunya, Sarah lalu bersumpah akan memotong tiga anggota badan Hajar. Mendengar sumpahnya, Hajar ketakutan dan memilih kabur dari rumah. Namun, akhirnya ia kembali pulang dan Ibrahim membujuk Sarah agar memenuhi sumpahnya dengan memotong sebagian rambutnya. Mereka lalu hidup bersama kembali, meskipun keduanya belum bisa akur terutama setelah hajar melahirkan puteranya Ismail.
Ibrahim akhirnya membawa Hajar dan Ismail jauh dari Sarah. Mereka di bawa ke Makkah.
Jadi, jika anda tdk bisa tersenyum seperti nabi-nabi saat istri cemburu, maka anda tdk layak memasuki wilayah poligami.
Perlahan aku paham, cinta itu apa dan bagaimana.. serta pilihan rumah tangga yang bagaimana yang pas buatku..monogami atau poligami? Tapi sayangnya pemahaman ini justru kudapat setelah usiaku senja, yang hampir tak berguna dipraktekkan dalam berumah tangga sehingga biarlah catatan ini aku share agar diambil manfaat bagi yang muda muda.
Seorang Habibie tidak pernah menghianati janji setia pada kekasihnya. Padahal jika mau, saat menduda beliau bisa dan mampu mendapatkan istri kembali yang kecantikannya secantik Widyawati. Tapi sampai akhir hayatnya memilih tidak pernah menikah lagi.
Karena semua tahu, bahwa ada seorang wanita jelita -belahan jiwanya- yang telah menunggunya dipintu syurga kelak. Demikian pula seorang Widyawati, secantik dirinya tidaklah sulit jika mau mendapatkan kembali suami yang hebat.. tapi memilih bertahan sendiri demi berkumpul lagi dengan belahan jiwanya di syurga kelak.
Jika kita telah bertemu dengan belahan jiwa didunia, mustahil mau menukarnya meskipun dengan tujuh puluh dua bidadari. Sebab sehebat  Siti Aisyah saja selalu cemburu pada belahan jiwa Nabi Muhammad yakni Siti Khadijah yang sesungguhnya telah lama wafat dan tidak pernah dikenalnya. Tak ada wanita lain yang menyelimuti Nabi lalu membuat beliau menjadi tenang kecuali Khadijah. Mustahil tergantikan sekalipun dengan ribuan bidadari syurga.
So, jika taste cinta kita sudah sampai pada tahap seperti itu, maka tak mungkin bisa melakukan poligami. Sebagaimana yang nyata telah dibuktikan Nabi dalam berumah tangga dengan Siti Khadijah. Selama bersama Khadijah, Rasulullah tidak pernah membagi cinta atau berpoligami dengan wanita manapun sampai Khadijah meninggal.
Diriwayatkan, Rasulullah menjalani hidup berumah tangga bersama Khadijah selama 25 tahun lamanya.
Selama masa hidup, beliau lebih lama hidup bermonogami dibanding dengan beristri lebih dari satu. Satu tahun setelah kepulangan istri tercinta tak punya keinginan menikahi wanita. Diusia 51 tahun beliau baru memulai berpoligami. Karena beliau Nabi, bukan manusia biasa, tapi terikat dengan misi kenabiannya. Tujuan beliau adalah memuliakan wanita bukan untuk kesenangan pribadi, karena semua wanita yang dinikahi Nabi adalah janda paruh baya dan memiliki banyak anak (kecuali Aisyah).
Lalu kita dizaman ini menyikapi poligami secara berlebihan dengan terang terangan menolak mentah mentah. Sebabnya banyak, pertama karena sifat wanita memang pada dasarnya tidak mau berbagi hati, yang kedua karena banyak pelaku poligami yang menyimpang dari persyaratan agama. Bahkan belum banyak yang tahu bahwa suami yang memiliki lebih dari satu isteri diwajibkan adil terhadap semua istrinya dalam empat perkara:
1 tempat tinggal,
2. pakaian,
3 nafkah lahiriah,
4 baitutah atau menggilir.