Tradisi Mubeng Benteng
Malam satu syuro menjadi malam yang spesial bagi masyarakat Jawa karena pada saat melam satu syuro akan terjadi pergantian tahun Jawa. Terjadi berbagai macam upacara ataupun tradisi yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta yang nantinya tradisi tertentu dapat diikuti oleh semua kalangan masyarakat khusunya masyarakat Yogyakarta.Â
Keraton Yogyakarta memang masih memegang teguh tradisi-tradisi leluhur untuk memperingati suatu hari besar seperti malam satu syuro. Salah satu tradisi yang hingga sekarang masih dilakukan adalah upacara mubeng benteng. Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta pada saat malam satu syuro.
Pelaksanaan upacara ini dapat diikuti oleh setiap lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial, umur dan jenis kelamin, bahkan masyarakat dari luar kota Yogyakarta boleh mengikutinya. Proses pelaksanaan upacara ini dilakukan dengan melakukan topo bisu  atau hening tanpa mengucapkan satu patah katapun saat berjalan.
Sementara itu menurut Pribadi Wicaksono dalam artikelnya dalam tempo.co  menyebutkan "Rute yang ditempuh saat Mubeng Beteng dimulai dari pelataran Kamandhungan Lor (Keben)-Ngabean-Pojok Beteng Lor Kulon-Pojok Beteng Kulon-Jalan MT Haryono (lewat selatan Plengkung Gading)-Pojok Beteng Wetan-Jl.Brigjen Katamso-Jl. Ibu Ruswo, Alun-Alun Utara-lalu kembali lagi ke Kamandhungan Lor. "
Identitas Budaya
Collier dalam (Iskandar : 2004) menyebutkan bahwa " Identitas budaya merupakan karakter khas dari sistem komunikasi kelompok yang muncul dari situasi tertentu. Identitas budaya terbentuk melalui simbol dan pemaknaan mengenai simbol yang diberikan tersebut.
Selanjutnya simbol dan pemaknaan tersebut akan turun temurun dipercayai oleh suatu kelompok ataupun masyarakat yang memiliki budaya tersebut, sehingga menjadilah suatu identitas budaya pada suatu daerah. Simbol-simbol yang ditunjukan pada suatu kebudayaan dapat berwujud pada berbagai bentuk dan proses pemaknaanya dapat dilihat berdasarkan representasi simbol yang ingin ditunjukkan oleh suatu kebudayaan tersebut. Simbol dapat dilihat melalui prosesi upacara, cara melakukan upacara tersebut, tradisi dan masih banyak hal lagi.
Setiap upacara atau tradisi pasti bertujuan untuk memberikan pesan verbal maupun non-verbal mengenai kebaikan dan cara berperilaku menurut kebudayaan tersebut. Collier dalam (Iskandar : 2004) juga menyebutkan bahwa simbol dan pemberian makna pada simbol tersebut pasti berhubungan mengenai norma baik dan buruk pada sistem kebudayaan itu.
Norma yang ada pada setiap kebudayaan tentu saja berbeda-beda. Tergantung dari sejarah dan pemberian makna terhadap simbol budaya yang menjadikan norma-norma yang ada di suatu kebudayaan tertentu akan berbeda-beda
Identitas Kebudayaan Jawa dalam Upacara Mubeng Benteng
Orang Jawa suka  menggunakan pola pikir yang simbolik yang menjadi pijakan untuk berpikir positif  (Musman : 2018). Orang Jawa sangat jarang untuk berbicara secara langsung atau blak-blakan, tetapi orang jawa biasanya menyampaikan pesan secara simbolik. Maka dari itu banyak bermunculan upacara-upacara dan tradisi yang sebenarnya ingin menyampaikan suatu pesan secara simbolik. Seperti upacara atau tradisi mubeng benteng yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta dan diikuti oleh masyarakatnya.
Tradisi mubeng benteng ini memang membingungkan bagi orang yang tidak mengerti akan maksud dan tujuan dari tradisi ini. Selanjutnya dalam bukunya (Musman :2018) mengatakan "Inti pandangan hidup jawa yaitu di belakang gejala-gejala lahiriah terdapat kekuatan-kekuatan kosmis numinus sebagai realitas yang sebenarnya dan bahwa realitas sebenarnya manusia ini adalah batinnya yang berakar dalam alam numinus itu".Â