Mohon tunggu...
feliciatandiono
feliciatandiono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Merupakan mahasiswa semester 1 jurusan Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gen Z, Generasi Mental Lemah?

6 Januari 2025   09:01 Diperbarui: 6 Januari 2025   09:01 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyaknya kasus bunuh diri di kalangan generasi Z kini menjadi trend yang meningkat pesat. Mengapa hal ini bisa terjadi?

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sebanyak 720 ribu jiwa meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Ironisnya kasus-kasus bunuh diri ini lebih banyak ditemui pada remaja hingga dewasa. Sepanjang Januari-Oktober tahun 2024, tercatat sebanyak 1.023 kasus bunuh diri terjadi di Indonesia. Apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan pada generasi Z ini hingga angka ini terus meningkat setiap tahunnya?

Kesehatan mental sebetulnya adalah fondasi mendasar untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan seoptimal dan semaksimal mungkin. Apabila kesehatan mental ini terganggu, banyak dampak negatif yang dapat terjadi. Mulai dari terganggunya konsentrasi, aktivitas, komunikasi, perilaku, kondisi fisik, hingga ke kecenderungan untuk menyakiti diri sangat rentan untuk dialami. Generasi Z di masa sekarang sangat akrab dan bergantung dengan teknologi yang mengakibatkan pembatasan interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar. 

Masa pandemi Covid-19 yang sempat terjadi pada tahun 2020 hingga 2023, mengharuskan generasi Z ini untuk belajar secara daring atau pembelajaran dari rumah masing-masing. Aktivitas akademik dengan penggunaan teknologi membuat generasi Z semakin melekat dan kecanduan. Ketika aktivitas akademik sudah mulai berjalan normal, banyak dari generasi Z yang mengalami fenomena sulit beradaptasi bahkan berinteraksi di lingkungan sosialnya. Selain karena faktor tersebut, pola asuh orang tua dan hubungan komunikasi ikut memperkeruh keadaan generasi ini untuk adaptasi. Perkembangan anak dari segi emosional pada titik ini sebenarnya sangat dibutuhkan. Sayangnya tuntutan pekerjaan yang tinggi memaksa orang tua tak dapat memfasilitasi tumbuh kembang emosi generasi Z. Kesulitan untuk menemukan solusi dalam situasi yang membuat stres atau tertekan ini menjadikan gen Z mengalami keputusasaan kehidupan. Saat tekanan ini terus menerus dialami tanpa solusi, aksi bunuh diri lah yang tampak paling benar di mata mereka. 

Aksi bunuh diri ini kian marak terjadi di kalangan generasi Z lantaran tak mampu mengatasi tekanan tinggi dalam tuntutan akademiknya. Tindakan ini bukanlah solusi untuk menghadapi depresi yang dialami dan tak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Dalam kondisi darurat sekalipun, masih banyak cara yang dapat dilakukan tanpa harus mengakhiri hidup. Kata “bertahan” adalah kuncinya. Tanggung jawab yang jauh berbeda dari peralihan masa remaja menuju dewasa serta kendala interaksi sosial memang menjadi masalah utama dari generasi Z. Serumit apapun masalahnya, pasti ada solusinya dan masalah dalam kehidupan selalu beruntun. Manusia akan selalu dituntut untuk terus maju, belajar dari kesalahan, terus mencoba, hingga akhirnya bisa sukses. Akan tetapi, semua itu tidak akan terjadi jika kita memilih untuk menyerah pada rintangan yang ada. Rintangan akan menemukan solusinya di masa yang tepat asalkan kita terus bertahan. Selalu bangkit ketika mengalami kegagalan yang membuat kita kecewa dan tertekan. Tindakan bunuh diri memang terlihat mudah untuk dilakukan. Namun, sebenarnya aksi tersebut adalah bentuk dari kata menyerah. Jika kamu berhenti, kamu tidak akan pernah belajar dan melihat dirimu sendiri berhasil. Berbeda jika terus bertahan dan berkembang di segala situasi, keberhasilan itu akan muncul dengan sendirinya. 

Generasi Z hanya memerlukan penyesuaian diri di masa sekarang. Generasi ini bukanlah generasi yang bermental lemah, tetapi penuh dengan potensi adaptasi yang tinggi. Berbeda dengan generasi sebelumnya, kita telah difasilitasi dengan teknologi digital yang penuh informasi akan dunia luar. Gen Z sudah terlatih untuk menggunakan keunggulan ini dibandingkan generasi lainnya. Penuh wawasan yang luas, pandangan lebih terbuka, dengan akses informasi tak terbatas, membawa generasi ini mampu menuangkan kemampuan dan kreativitasnya menjadi agen perubahan bagi sekitarnya. Mental kita bukan mental sampah yang dengan mudahnya terbang karena tiupan angin kecil. Generasi kita adalah generasi yang melek akan segala isu-isu global. Dengan munculnya isu tersebut, gen Z dengan keunggulan dan kesadaran penuh dapat menciptakan inovasi baru yang dapat mengubah dunia. 

Menghadapi banyak masalah tentu akan meningkatkan kemampuan adaptasi dan problem solving yang kita miliki. Potensi untuk terus maju dan menciptakan masa depan yang lebih baik ada di tangan generasi ini. Selalu memperhatikan isu yang terjadi di sekitar membuat gen Z hadir dengan tanggung jawab besar dan kepedulian besar akan bangsa kita. Walaupun potensi dan kesempatan sudah ada di depan mata, keberhasilan tidak dapat diraih jika kita tidak mengalami sebuah proses. Dengan satu kesulitan saja, tidak akan muncul keberhasilan. Gagal adalah bagian dari proses karena kesuksesan selalu diawali dengan perjuangan tanpa henti. 

Setiap orang memiliki cerita suksesnya masing-masing. Porsinya pun juga berbeda. Akan tetapi, selalu ada harga yang harus dibayar dari sebuah pencapaian. Rasa lelah, frustasi, depresi, bahkan tertekan, memang harus dilalui untuk mencapai tujuannya. Kegagalan adalah peluang baru untuk sukses. Semakin banyak kita mengalami kegagalan, semakin banyak hal baru yang kita pelajari.

Generasi Z bukanlah generasi bermental lemah. Generasi ini kaya akan potensi sejati yang perlu dikembangkan dan dapat mengubah dunia. Pencapaian hanya akan diperoleh jika kita terus mencoba dan mencoba. Berulang kali gagal dan tertekan, itulah harga yang harus dibayarkan. Dengan segala potensi yang ada, kita harus mengenali diri sendiri. Memahami bagaimana mengatasi masalah yang ada melalui pribadi dan karakter masing-masing. Bertahan dan terus maju menjadi pesan bagi agen-agen perubahan bangsa Indonesia, yakni generasi Z. Ingat! Generasi ini bukan generasi remeh, bukan generasi sampah. Mengakhiri hidup bukanlah jalan terakhir dari masalah yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun