Mohon tunggu...
Felicia Pradwita
Felicia Pradwita Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Hi, nice meeting you!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Project LuCa: Lukis Bersama Archa

3 Juli 2023   13:40 Diperbarui: 3 Juli 2023   13:44 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kalian tahu kalian dapat mempelajari cara berwirausaha dengan cara yang menyenangkan? Lewat experiential learning, saya belajar bagaimana saya bisa menghasilkan uang tanpa uang. Ini saya pelajari selama saya mengikuti kelas kewirausahaan bersama Ibu Diah Widiastuti Th.,SE.,M.Si., selaku dosen saya pada semester kedua masa kuliah saya.


Dalam berbisnis, kita memahami dasarnya dahulu, yaitu kita menghabiskan uang untuk menghasilkan uang, bukan malah menghabiskannya. Lewat mindset ini, aku dan kelompokku memiliki tugas untuk menjalankan bisnis kecil-kecilan lewat modal kecil menjadi laba yang besar. Hmm, terdengar begitu meragukan bukan? Bagaimana bisa kok untung gede dari modal yang amat kecil. Kenyataannya, tentu bisa. Dengan teliti melihat peluang dan perbandingan biaya dan pendapatan, maka akan tercipta laba. Mungkin menjelaskannya akan lebih mudah lewat proses berikut ini, jadi tolong dicermati ya.


Pertama, kami melakukan brainstorming, ide bisnis apa yang tepat ya? Lalu muncul ide dalam membuat sepatu lukis, tepatnya jasa sepatu lukis. Lalu mengingat kami sendiri bukan seniman, maka kami menghubungi seniman dari organisasi pelukis, ARCHA PROJECT untuk bekerjasama dengan mereka. Kami sebagai mahasiswa manajemen yang akan menangani soal konsep dan bisnis, sedangkan mereka sebagai seniman yang memberikan jasa lukis di sepatu pelanggan kami. Setelah perjanjian dibuat, kami membuka pre-order jasa lukis sepatu dengan harga 200 ribu rupiah. Kami pikir dengan begitu bisa terjual dengan lancar. Nyatanya, tidak laku dan ini memaksa kami memutar otak lagi.


Akhirnya, kami datang dengan ide yang lebih meyakinkan bagi kami. Kami menjual bucket hat lukis, dengan harga 72 ribu rupiah. Tidak ingin jatuh pada ekspektasi yang terlalu tinggi, kami berpikir saat membuka pre-order tidak akan laku lancar jaya seperti saat kami membuka jasa lukis sepatu. Tapi, tahukah kalian? Kali ini berbeda, produk ini terjual laris dengan total penjualan 50 topi. Padahal, kami kira penjualannya tidak akan selaris ini dan kami harus menjual sisa stok di atma market. Alhasil, saat di Atma Market, kami menjual makanan dan minuman sebagai penggantinya. Nah, keuntungan dari penjualan topi tadi kami gunakan untuk membeli makanan dan minuman yang nantinya kami bagikan keliling kota Jogja pada mereka yang membutuhkan.


Pada akhirnya, experiential learning ini sungguh membawa pengalaman yang baru bagi diriku. Aku juga yakin ini juga pengalaman berbeda bagi teman-temanku, karena lewat pengalaman langsung bukan sekedar teori atau omongan belaka. Melainkan, secara nyata
merasakan dan berpikir di lapangan dan mencari tahu cara penyelesaian sebuah masalah bisnis. Seperti yang pernah kami alami, saat bisnis pertama kami, jasa lukis sepatu tidak laku, maka yang kami lakukan adalah harus fleksibel dalam situasi. Kami dengan segera mengganti bisnis kami ke produk yang mungkin lebih menarik pelanggan. Ternyata, itu berhasil. Dalam bisnis trial and error itu pasti, bukan hal yang bisa kalian hindari. Jika kalian tidak mau mengalami kegagalan, maka berpikir dua kali jika ingin berbisnis. Menjadi wirausahawan tidaklah muda, kegagalan pasti ada, namun kesuksesan adalah hal yang tidak pasti, tidak selamanya bisa dipastikan.


Seperti itu, ceritaku dalam experiential learning selama kira-kira 4 bulan ini, bersama teman sekelompokku di bawah bimbingan Bu Diah. Sebuah pembelajaran yang amat menyenangkan tapi juga menyenangkan. Bagaimana tidak, kami dipaksa menjalankan bisnis kecil-kecilan yang nantinya harus untung lewat modal kecil dalam waktu yang singkat. Kalau dipikir-pikir ini terlalu mustahil terjadi tanpa dorongan Bu Diah dan kerjasama dengan teman-temanku. Akhir kata, saya Felicia Prawita belajar banyak dari kegiatan ini.


Terima kasih sudah mau membaca :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun