Mohon tunggu...
Politik

Rakyat Dapat Melihat dan Dapat Memilih

26 November 2016   20:53 Diperbarui: 26 November 2016   20:59 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Abraham Lincoln mengatakan “Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.”

Seperti yang telah kita ketahui telah terjadi unjuk rasa pada Jumat, 4 November 2016 terkait kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta non-aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Unjuk rasa pada awalnya berjalan dengan tertib dan damai, tetapi kemudian pada malam harinya terjadi bentrok antar warga dan aparat keamanan. Dari dua bentuk dan fase unjuk rasa tersebut kita sebagai warga negara Indonesia semestinya dapat memilih unjuk rasa yang mana yang hendak dilakukan dan harus mengingat dampak dari unjuk rasa tersebut.

Unjuk rasa tertib dan damai lebih banyak membawa keuntungan karena penyampaiannya secara baik dan tanpa kekerasan.  Pada 4 November 2016, kronologi unjuk rasa tertib dan damai adalah seperti berikut : (sumber : PUT/SGH. 2016. “Pergerakan Massa Unjuk Rasa 4 November 2016”. Kompas. 5 November 2016.)

  • Pukul 06.00-07.00 - Peserta unjuk rasa memadati Masjid Istiqlal melakukan persiapan.
  • Pukul 07.00-08.00 - Peserta unjuk rasa dari sejumlah ormas Islam di Kota Bekasi berangkat menuju Jakarta.
  • Pukul 08.50-09.00 - Massa yang berkumpul di Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, menuju Masjid Istiqal. Bus-bus yang mengangkut peserta aksi dari sejumlah daerah tiba di sekitar Jalan Medan Merdeka Timur.
  • Pukul 10.00-11.00 - Massa mulai tiba di kawasan Istana Merdeka dari arah Jalan Medan Merdeka Barat.
  • Pukul 11.00 - Polisi melantunkan “Asmaul-Husna” di hadapan peserta unjuk rasa di kawasan Istana Merdeka.
  • Pukul 11.52-13.00 - Para demonstran melaksanakan shalat Jumat di Masjid Istiqlal.
  • Pukul 13.00-14.00 - Massa bersiap menuju depan Istana Merdeka, Jakarta.
  • Pukul 15.30 - Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menemui Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) Bachtiar Nashir dan Wakil Ketua GNPF Zaitun Rasmin di dalam Istana Negara. Perwakilan resmi peserta aksi menyampaikan keinginan untuk bertemu Presiden Joko Widodo. Namun, Presiden tidak di tempat.
  • Pukul 17.36 - Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima Bachtiar Nashir, Zaitun Rasmin, dan Misbachul Anam. Selain Wiranto, Tito Karnavian, dan Gatot Nurmantyo, pertemuan tertutup itu juga dihadiri Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama), Pratikno (Menteri Sekretaris Negara), Pramono Anung (Sekretaris Kabinet), Teten Masduki (Kepala Staf Kepresidenan), Arsul Sani dan Abu Bakar Alhabsy (anggota DPR), serta Farouk Muhammad (anggota DPD). Peserta unjuk rasa menuntut proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama atas dugaan penistaan agama. Kalla mengatakan, kasus ini akan diproses secara hukum yang tegas dan cepat.
  • Pukul 17.45-19.30 - Sebagian peserta unjuk rasa sudah membubarkan diri.

Seperti kita yang dapat kita lihat dari kronologi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jika melakukan unjuk rasa tertib dan damai pun akan menghasilkan keputusan yang demokratis.

Dari kronologi tersebut ada juga pihak yang berperan serta (berpartisipasi) dengan bersih-bersih sampah bekas para demonstran. Mereka mengumpulkan sampah-sampah plastik kemudian untuk disumbangkan. Dan tidak hanya itu ada juga yang bertugas sebagai penjaga taman sehingga taman tidak rusak diinjak oleh para demonstran dan juga sebagai tim penyapu yang membersihkan jalan-jalan setelah para demonstran lewat. Mereka melakukan hal tersebut dengan sukarela dan dengan kesadaran masing-masing.

Sebaliknya unjuk rasa yang anarkis lebih banyak membawa dampak negatif karena penyampaiannya secara tidak baik dan dengan kekerasan yang dapat berujung dengan korban. Pada 4 November 2016, kronologi unjuk rasa anarkis adalah seperti berikut : (sumber : PUT/SGH. 2016. “Pergerakan Massa Unjuk Rasa 4 November 2016”. Kompas. 5 November 2016.)

  • Pukul 19.35 - Kericuhan terjadi antara aparat keamanan dan sebagian peserta unjuk rasa di sekitar Jalan Medan Merdeka.
  • Pukul 20.40 - Massa di Jalan Medan Merdeka Barat mulai meninggalkan lokasi.
  • Pukul 20.53 - Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menenangkan aparat dan massa.
  • Pukul 21.30 - Sebagian massa bergerak ke arah Semanggi.
  • Sekitar Pukul 22.00 - Kericuhan terjadi di Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Aparat keamanan berhasil mengendalikan.
  • Pukul 23.00 - Situasi Jakarta sudah terkendali, massa masih berkumpul di depan gedung DPR.

Seperti kita yang dapat kita lihat dari kronologi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jika melakukan unjuk rasa anarkis bukan menyelesaikan masalah tetapi menambah masalah yang semakin rumit dan juga dapat menyebabkan korban.

Pada artikel ini saya sama sekali tidak beropini negatif untuk unjuk rasa anarkis atau beropini positif untuk unjuk rasa tertib damai pada 4 November 2016. Tetapi saya hanya memberikan suatu pandangan atau ulasan sederahana kepada seluruh warga negara Indonesia mengenai unjuk rasa, sehingga sebagai masyarakat yang hidup dalam alam Demokrasi Pancasila tentu kita dapat memilih sesuai hati nurani, mana bentuk unjuk rasa yang pantas dan benar untuk dilakukan  dan mengetahui dampak dari unjuk rasa serta tujuan unjuk rasa yang benar. Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun