Salah satu inti dari integrasi adalah penerimaan dan toleransi terhadap perbedaan. Dalam proses integrasi, individu atau kelompok belajar untuk menerima keberadaan dan pandangan pihak lain, meskipun berbeda. Toleransi merupakan landasan penting untuk menghindari konflik. Namun, permasalahan dalam terwujudnya integrasi nasional di Indonesia telah menjadi tantangan serius sejak awal kemerdekaan, terutama karena keberagaman etnis, agama, dan budaya yang sangat kompleks.
Di tengah upaya menyatukan bangsa, berbagai pemberontakan dan gerakan separatis muncul yang mengguncang stabilitas nasional. Contohnya, gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo di Jawa Barat pada tahun 1949, bertujuan mendirikan negara Islam terpisah dari Republik Indonesia.
Pemberontakan ini memperlihatkan adanya ketidakpuasan terhadap bentuk negara kesatuan yang dipilih, terutama di kalangan kelompok yang menginginkan dasar negara berbasis agama. Selain itu, pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan pada 1950 merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap integrasi politik yang dilakukan pemerintah pusat di wilayah bekas Negara Indonesia Timur (NIT).
Gerakan separatis seperti ini menunjukkan bahwa integrasi nasional di Indonesia tidaklah mudah, mengingat perbedaan ideologi dan kepentingan regional yang sering berseberangan dengan visi nasional. Konflik-konflik tersebut menegaskan bahwa integrasi nasional membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif, toleransi, serta kebijakan yang mampu mengakomodasi keragaman tanpa mengorbankan persatuan.
Bentuk-bentuk perlawanan tersebut disebut disintegrasi. Dimana disintegrasi merupakan sebuah ancaman bagi bangsa Indonesia karena dapat menyebabkan perpecahan atau pertikaian. Oleh sebab itu disintegrasi harus dihindari. Dalam menghadapi ancaman disintegrasi ke depan, bangsa Indonesia perlu melakukan berbagai upaya strategis yang berfokus pada penguatan persatuan dan kesatuan nasional.
Â
Terdapatnya banyak upaya yang dapat di lakukan di era sekarang untuk menghindari terjadinya perpecahan atau disintegrasi. Salah satu langkah yang dapat dilakukan di bidang pendidikan adalah dengan memperkuat pendidikan karakter yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, yang mengajarkan pentingnya toleransi, kebhinekaan, serta rasa kebersamaan di tengah perbedaan.
Tidak hanya itu saja, sekolah juga dapat memberikan seminar terkait hal yag dapat menyadarkan siswa mengenai persatuan. Banyak pelajar di Indonesia yang menyepelkan perpecahan, sehingga hal tersebut harus segara dihentikan. Pemerintah juga perlu memperkuat kesejahteraan ekonomi dengan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah, terutama di daerah-daerah tertinggal yang rentan terhadap gerakan separatis.
Selain itu, pemerintah juga harus bersikap adil sehingga tidak terjadi pemberontakan,  Terlebih kelompok-kelompok minoritas dan lokal, yang harus dipastikan bahwa semua pihak merasa didengar dan dilibatkan dalam proses pembangunan negara. Sehingga tidak ada pihak yang merasa  tidak adil.
Sebagai masyarakat kita juga harus bisa mewujudkan tolernasi. Banyak upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti dengan saling berkeja sama, bergotong royong, dan menghargai satu sama lain. Masyarakat juga tidak boleh menyepelehkan upaya menjaga persatuan bangsa ini.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional merupakan proses yang sangat penting dalam mempersatukan keberagaman Indonesia. Meskipun Indonesia memiliki tantangan besar dalam menghadapi perbedaan budaya, agama, dan lainnya. Integrasi yang baik dapat mencegah perpecahan dan konflik, tanpa integrasi, ancaman disintegrasi akan semakin besar. Terdapat upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan pelajar, agar Indonesia dapat terus menjaga stabilitas dan harmoni di tengah keragaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H