Mohon tunggu...
Felicia Lana Ursula
Felicia Lana Ursula Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

hobi: bermain dan menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menelusuri Akar Permasalahan dan Dampak Tunawisma di Lapangan Banteng: Sosial dan Tanggapan Masyarakat

29 Agustus 2024   10:30 Diperbarui: 29 Agustus 2024   10:32 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dokumentasi pribadi: tempat tunawisma beristirahat dengan membuat semacam rumah-rumah kecil)

Penduduk kota pasti tidak heran lagi ketika kita menemukan orang yang Homeless. Banyak yang menyangka bahwa berpindah ke kota akan membuka kesempatan bagi mereka untuk lapangan - lapangan kerja yang baru, namun itu bukanlah kenyataannya. Homeless disebut juga dengan tunawisma yaitu seseorang yang tidak memiliki tempat tinggal atau suatu tempat untuk menetap. 

Hal ini dikarenakan ketidak milikan mereka untuk sebuah rumah, orang- orang homeless seringkali berpindah-pindah tempat. Tempat orang-orang tersebut bisa dari kolong jembatan, pinggir jalan atau trotoar, stasiun kereta, taman umum, dan masih banyak lagi. Ini membuka lapisan masyarakat baru yang sudah menyimpang dari norma - norma yang berlaku. Keterkaitan antara homelessness dengan teori-teori permasalahan sosial dapat dirangkum dalam dua teori, yaitu teori fungsionalisme dan teori konflik. 

Teori Fungsionalisme sebagai disfungsi dalam sistem sosial, di mana kegagalan institusi seperti keluarga, pendidikan, dan ekonomi menyebabkan orang menjadi tunawisma. Orang - orang ini dikatakan memiliki disfungsi karena mereka hanya ada dalam sebuah masyarakat, namun tidak memiliki peran khusus dan berdampak bagi masyarakatnya. 

Kedua adalah Teori konflik yang memandang tunawisma sebagai akibat dari ketidaksetaraan kekuasaan dan sumber daya, di mana kelompok yang lebih kuat mengeksploitasi kelompok yang lebih lemah. Ketimpangan ekonomi, kebijakan perumahan yang tidak adil, dan pengangguran adalah faktor yang mendorong terjadinya tunawisma. Lalu, masalah tunawisma termasuk ke dalam masalah sosial manifes karena masalah sosial yang manifes adalah masalah yang jelas terlihat, dapat diukur, dan langsung dirasakan oleh masyarakat. 

Tunawisma termasuk dalam kategori ini karena keberadaannya sangat terlihat di ruang publik, seperti di jalanan, taman, atau tempat umum lainnya. Masyarakat secara langsung menyadari keberadaan tunawisma, dan dampaknya dapat dirasakan oleh lingkungan sekitar, seperti dalam bentuk masalah kebersihan, keamanan, atau stigma sosial.

Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang dapat menjadi tunawisma. Faktor-faktornya antara lain adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, keterbatasan fisik dan gangguan mental, faktor sosial budaya serta usia, dan adanya masalah keluarga. Kemiskinan berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Hal ini dapat berasal dari tingkat pendidikan yang rendah akibat kekurangan akses pendidikan. Selain itu, kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh kesulitan ekonomi, tetapi juga mencangkup aspek kesehatan seperti keterbatasan fisik dan mental. Keterlambatan fisik sering menghambat seseorang dalam mendapatkan pekerjaan yang layak, apalagi jika mereka tidak memiliki pendidikan yang mencukupi. 

Terlebih dari hal itu semua, faktor sosial budaya juga memainkan peran ke dalam faktor terjadi masalah tunawisma. Seseorang yang sudah menjadi tunawisma, seringkali berpikir bahwa lebih baik mereka menjadi pengemis, daripada harus bekerja. Pola pemikiran ini seringkali berasal dari lingkungan sekitar mereka, mulai dari keluarga, sesama pengemis, dan lain-lain. Lama-kelamaan, mereka tidak lagi memedulikan norma sosial, menyebabkan tunawisma lainnya juga terpengaruh untuk tidak peduli pada norma dan terus menjadi gelandangan. 

Tidak lupa, kita biasanya melihat banyak sekali anak kecil dengan orang tua nya yang tidak jauh lebih tua dari mereka menjadi gelandangan. Hal ini disebabkan pernikahan dini atau pergaulan bebas dari kedua orang tua, di situasi di mana mereka belum stabil secara finansial, lalu terjun ke dalam kemiskinan setelah mempunyai anak, akibat biaya kehidupan yang sangat besar. Lalu, lansia juga mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena mengalami penurunan fisik, sampai-sampai harus mengemis di jalan untuk mendapatkan uang. Terakhir, seseorang bisa menjadi tunawisma dikarenakan terjadi frustrasi akibat masalah keluarga yang menyebabkan putus hubungan dengan keluarga tersebut dan akhirnya tidak mempunyai rumah lalu hidup sebagai tunawisma. 

Pada saat kami berkeliling untuk melakukan observasi di sekitar lapangan banteng, kami melihat adanya banyak kasus tunawisma yang berada di tempat tersebut. Kerap kami melihat beberapa orang yang duduk di pinggir jalan, merebahkan tubuh mereka dengan beralaskan kardus, dan juga beberapa orang yang tertidur pulas di atas bangku di pinggir jalan. 

Saat sedang berkeliling, kami juga menemukan sebuah pohon yang digunakan oleh para tunawisma sekitar untuk menggantung pakaian- pakaian mereka. Dari fenomena tersebut, terlihat bahwa masyarakat- masyarakat tersebut memanfaatkan fasilitas di sekitar tempat lingkungan untuk memadai kondisi mereka yang penuh dengan keterbatasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun