Istilah "generasi stroberi" sering digunakan untuk menggambarkan generasi Z. Julukan ini diberikan karena adanya anggapan bahwa anak-anak generasi Z terlihat menarik dari luar, namun mudah hancur saat dihadapkan pada tekanan realita. Banyak dari generasi sebelumnya menganggap bahwa generasi Z cenderung memiliki mental health yang lemah. Mereka juga beranggapan bahwa generasi Z kurang tangguh dalam menghadapi tantangan hidup. Namun apakah benar generasi Z memiliki mental yang lemah atau itu hanya sekedar paradigma negatif yang melekat pada gen Z?
 Generasi Z tumbuh dalam era yang sudah mengalami banyak perubahan dalam berbagai bidang. Perubahan-perubahan ini menciptakan berbagai tekanan yang belum pernah ada di generasi-generasi sebelumnya. Misalnya, media sosial akhir-akhir ini menunjukkan standar kesuksesan dan gaya hidup yang sangat tidak realistis. Hal ini menimbulkan adanya keinginan anak muda untuk mendapat validasi dari lingkungan di sekitarnya. Di samping itu, keinginan tersebut dihadapkan pada krisis ekonomi global yang membawa ketidakpastian di berbagai aspek, termasuk pekerjaan. Apabila dibadingkan dengan generasi sebelumnya, Gen Z dituntut untuk mencapai kesempurnaan dalam segala aspek, sedangkan generasi sebelumnya mungkin hanya fokus pada kebutuhan dasar.
 Disamping semua stigma negatif yang beredar mengenai gen Z, faktanya mereka adalah generasi pertama yang berani untuk secara terbuka menyuarakan isu kesehatan mental. Generasi sebelumnya lebih memilih untuk menyembunyikan rasa sakit untuk mempertahankan ego dan citra kuat mereka. Generasi Z yang lebih menunjukkan kerentanan akhirnya disalahartikan sebagai bentuk kelemahan. Padahal berani speak up mengenai suatu masalah adalah wujud keberanian gen Z untuk mencapai solusi. Apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda, gen Z memiliki cara tersendiri untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi, yang mungkin tergolong unik bagi generasi-generasi sebelumnya. Bahkan sekarang sudah banyak viral di media sosial yang menunjukkan upaya-upaya unik yang dilakukan gen Z untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Upaya-upaya yang mereka lakukan belum pernah ada dan dilakukan sebelumnya, bahkan cenderung tergolong mind blowing.
 Keberanian gen Z dalam menyuarakan mental health issue membuktikan bahwa generasi ini lebih aware akan pentingnya self love. Gen Z juga lebih paham dan mengerti pentingnya merawat diri dan mengusahakan kebahagiaan diri sendiri. Kesadaran ini akhirnya juga mendorong banyak gerakan positif seperti kampanye kesehatan mental di media sosial. Pada akhirnya, pemerintah, sekolah, dan perusahaan juga mengikuti trend positif ini dan menjadi pionir yang menyuarakan kesehatan mental. Dalam hal ini, generasi Z mampu mendorong gerakan positif baru yang jarang dilakukan generasi sebelumya.
 Tiap generasi menghadapi tingkatan tantangan yang berbeda. Setiap generasi tidak bisa dibandingkan hanya dari permukaan saja. Banyak hal unik yang membentuk tiap generasi untuk bertahan. Bahkan tiap generasi pun memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Generasi sebelumya menghadapi perang dan krisis ekonomi, sedangkan generasi Z menghadapi tantangan digitalisasi dan tekanan sosial yang berat dan berkelanjutan. Diperlukan empati dan rasa saling memahami antar generasi untuk mengatasi hal ini.
 Daripada melihat generasi Z sebagai generasi lemah layaknya stroberi yang mudah hancur, alangkah baiknya melihat mereka sebagai garda terdepan dalam mengatasi isu kesehatan mental. Seperti diketahui sekarang banyak sekali terjadi kasus bunuh diri yang mengatasnamakan isu kesehatan mental. Berani speak up mengenai kelemahan bukanlah suatu aib atau kekurangan yang harus dihilangkan, melainkan merupakan keberanian untuk menyatakan apa yang menurut kita baik dan benar untuk dilakukan. Generasi Z mengajarkan bahwa kesehatan mental merupakan isu penting yang perlu diatasi untuk kebaikan bersama. Generasi Z juga menjadi bukti bahwa suatu kelemahan dapat berubah menjadi kekuatan dan membawa dampak positif yang besar bagi banyak orang. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita tidak menganggap remeh dan merendahkan generasi Z maupun membandingkan satu generasi dengan generasi yang lain karena tiap generasi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H