Dalam kehidupan sehari -- hari kita sering menerapkan prinsip membuang atau meninggalkan suatu hal yang tidak penting. Sebagai contoh saat memakan suatu makanan, kita akan membuang pembungkus makanan tersebut dan memakan makanannya. Namun, tahukah anda bahwa tubuh kita juga menerapkan prinsip yang hampir sama dengan apa yang kita lakukan. Dalam tubuh kita, tanpa kita sadari ada sebagian organ yang tidak memiliki fungsi namun tetap ada. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas rangka tubuh mahluk hidup yang mengalami rudimentasi.
Rudimentasi adalah proses organ tubuh pada mahluk hidup yang lambat laun akan menghilang atau tidak berkembang karena dianggap tidak atau kurang penting fungsinya. Rudimenter sering digunakan untuk menunjukkan organ tubuh yang tersisa. Pada mahluk hidup, tulang menjadi salah satu organ yang mengalami rudimentasi. Sebelum membahas rudimentasi pada tulang, mari kita membahas apa itu tulang dan kaitannya dengan rangka tubuh manusia.
Tulang merupakan salah satu organ yang penting pada tubuh mahluk hidup. Tulang berperan penting untuk menyokong tubuh sekaligus melindungi organ-organ penting dalam tubuh. Disamping itu tulang berguna untuk pergerakan tubuh dan tempat menempelnya otot. Agar dapat menyokong dan memberi bentuk tubuh tentunya tulang perlu membentuk suatu kesatuan yang disebut rangka. Jadi rangka adalah susunan tulang yang saling berhubungan dan membentuk tubuh bagi mahluk hidup. Fungsi rangka adalah melindungi organ penting, alat gerak pasif, tempat daging dan otot dan menegakkan tubuh.
Pada manusia kita mengenal istilah tulang ekor. Tulang ekor terletak dibagan paling bawah ruas tulang belakang. Tulang ini berfungsi untuk menyangga tulang disekitar panggul. Selain itu, tulang ekor menjadi titik pertemuan beberapa otot dan saraf. Â Dengan adanya tulang ekor, kita bisa duduk dengan lebih nyaman. Meskipun tulang ekor memiliki beberapa fungsi, pernahkah anda bertanya mengapa manusia memiliki tulang ekor pada rangka tubuh ?
Dalam buku "The Origin of Species" karangan Charles Darwin, kita akan menjumpai bahwa mahluk hidup mengalami perubahan secara perlahan (evolusi) agar dapat bertahan di alam. Pada buku ini menegaskan tentang seleksi alam dan bagaimana mahluk hidup mengatasinya. Salah satunya adalah rudimentasi. Pada buku ini dijelaskan bahwa manusia awalnya berasal dari kera dan mengalami evolusi. Hal ini bisa membantu kita dalam menemukan jawaban tentang keberadaan tulang ekor pada manusia.
Ukuran tulang ekor pada manusia memang relatif kecil jika dibandingkan dengan hewan -- hewan vertebrata (bertulang belakang) lainnya. Pada manusia, tulang ekor berjumlah 4 segmen saat masih embrio. Setelah dewasa tulang ekor ini bersatu menjadi 1 segmen. Sedangkan pada hewan yang memiliki ekor, tulang penyusun rangka ekor relatif banyak dan panjang. Selain itu semakin dewasa, tulang ekor pada hewan akan semakin panjang pula. Hal ini disebabkan ekor pada hewan memang memiliki fungsi yang penting.
Fungsi ekor pada hewan sendiri juga beragam. Pada hewan primate, ekor memiliki dua fungsi. Fungsi pertama dalah sebagai alat bantu menjaga keseimbangan. Fungsi kedua adalah sebagai alat bantu mengambil objek yang berfungsi layaknya lengan tambahan. Pada buaya, ekor menjadi salah satu tempat untuk menyimpan lemak. Lain halnya dengan rubah yang memiliki ekor tebal sebagai selimut agar tetap hangat dimusim dingin. Pada hewan pemakan tumbuhan seperti zebra, gajah, dan jerapah, mereka memiliki ekor yang panjang dan sekumpulan rambut pada ujungnya. Hal ini berfungsi untuk melindungi diri dari serangan serangga.
Jika kita bandingkan, fungsi ekor memang jauh lebih penting pada hewan. Hal inilah yang menyebabkan tulang ekor pada manusia mengalami rudimentasi. Rudimentasi ini dapat kita lihat dari ukuran tulang ekor yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tulang ekor hewan. Dalam segi perkembangan, tulang ekor manusia tidak mengalami pertambahan panjang dan ukuran seiring berjalannya waktu. Jika dibandingkan dengan hewan, tulang ekor hewan tentunya mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
Dari segi evolusi, Charles Darwin mengatakan bahwa awalnya manusia berasal dari kera. Hal ini menyebabkan manusia pada perkembangannya memiliki ekor yang panjang layaknya kera. Pada bukunya "The Origin of Species" halaman 451, dikatakan bahwa organ yang tidak dipakai sering dibantu oleh seleksi alam untuk diperkecil bila dianggap tidak atau kurang berguna pada kehidupan sehari -- hari. Salah satunya adalah tulang ekor pada manusia. Awal mulanya kera memiliki ekor panjang. Kemudian dalam proses evolusi, ekor ini menjadi pendek. Hal ini dikarenakan pada proses seleksi alam, ekor dirasa tidak atau kurang penting bagi manusia.
Menurut Dr. Sonja Roesmana, SKM., AAK yang merupakan penulis buku "Pencegahan Dini Osteoporosis" sekaligus perwakilan Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi), tulang -- tulang menjadi berkurang jumlahnya karena menyambung satu sama lain. Ia mengatakan bahwa "Ada tulang yang menyambung satu sama lain sehingga membentuk tulang keras yang lebih kuat, maka dari jumlah tulang yang awalnya tiga ratusan berkurang menjadi 206."