Mohon tunggu...
Hillary Felicia Purnama Pukiat
Hillary Felicia Purnama Pukiat Mohon Tunggu... Bidan - ibu

Menulis adalah sebuah terapi untuk pembelajaran hidup, termasuk di dalamnya proses. Sebab Proses pasti memberikan hasil, entah itu cepat atau lambat. Karena aku adalah perempuan bahagia dan perempuang paling beruntung :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kritis dalam Hari Pahlawan

11 November 2015   22:56 Diperbarui: 11 November 2015   23:36 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari Pahlawan memang diperingati setiap 10 November..Tapi memperingati Hari Pahlawan itu bukan hanya 1 hari saja, secara pejuang2 kemerdekaan berjuang kan bukan hanya tanggal 10 November, ada 365 hari mereka berjuang dengan gigih bahkan sekian tahun.

Mereka berjuang dengan tulus tanpa mengenal SUKU, AGAMA, dan RAS. Mereka bahu membahu demi satu tujuan MERDEKA ATAU MATI !!! . Berapa banyak air mata, darah, cinta, sakit yang harus dialami oleh pejuang bahkan keluarga dan orang2 yang mereka cintai. Begitu banyak kepulan asap yang menggelapkan langit bumi pertiwi hari itu.

Lalu, begitu banyak penderitaan, kehebohan, kesederhanaan yang terjadi hari itu yang dibayar hebat oleh para pejuang dan keluarga mereka, apakah pantas sekarang kalian yang mengaku diri "PRIBUMI" mengkotak-kotakkan suku dan agama ini ndak tidak bisa bergabung dengan yang ini. Aduh, harusnya malu lah sama senior , para pejuang yang notabene hari itu mereka terbatas untuk mengenyam pendidikan tidak seperti sekarang.

Jadi, bersikaplah bijak dalam menghadapi perbedaan, percaya deh saya meyakini perbedaan itu sangat indah. Tujuannya adalah bagaimana menjadikan Indonesia lebih nyaman untuk menajadi Warga Negara Indonesia, mengkotak-kotakkan itu adalah mental bawah, alias mental kacau.

Ada lagi, orang tua asli Indonesia, anak lahir di Indonesia tapi tidak bisa Bahasa Indonesia. Saat orang tuanya ditanya...dia hanya jawab biar Bahasa Inggris anak saya lancar. Kenapa saya pake subjek "dia", karena entah kenapa saya malas saja menghormati orangtua seperti ini. Ada lagi, menggunakan Bahasa Mandarin, entah dari Kalimantan atau Medan, alasannya seupaya bisa Bahasa Mandarin dengan lancar. Aduh, kok bisa ya ada orangtua seperti ini..dan ini buanyak sekali terjadi di kota-kota besar. Biar terlihat keren mereka cus cas cus menggunakan Bahasa Asing. Harusnya sih malu, moso Bahasa Indonesia tidak bisa, bisanya menggunakan bahasa asing. Ini tidak logis !! 

Bijaklah mempelajari Bahasa asing, gunakan bahasa asing sebagai perkembangan strategi untuk hidup bukan untuk gegayaan. Alasannya di Indonesia tidak diakui sebagai WNI, mereka mengkotak-kotakkan. Nah ini juga lingkaran setan, kalo mau Indonesia mau ya harus berpikir terbuka tapi juga ada aturan. Maaf, ada keturunan Tionghoa WNI yang bagus untuk memajukan Indonesia, uda disodorin "pedang".  Ya sudah otomatis lah pada kabur, sy juga pasti kabur ke negara lain daripada tidak diakui dan istilahnya mati konyol. Nah, yang bawa "pedang" itu boro-boro mau majuin Indonesia, ada juga pemikiran dangkal, mau enak tanpa usaha...

Maka, bersikaplah bijak untuk tau diri karena para pejuang sudah membantu Indonesia merdeka, tau bagimana menempatkan sikap dan pribadi sebagai WNI, dan mengerti Kontitusi Indonesia, apa itu Demokrasi Pancasila secara menyeluruh, kalo setengah-setengah ya gitu agak riweh !

 

Rabu, 11 November 2015

Pk 22.56WIB

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun