Mohon tunggu...
Felia Siska
Felia Siska Mohon Tunggu... Dosen - Blogger

Hidup adalah Pilihan dan perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi "Lapau" di Era Minimarket

28 November 2022   11:37 Diperbarui: 28 November 2022   11:50 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hay kompasiner yang Budiman...

pernah nggak dengar istilah lapau ? Lapau adalah sebuah istilah di Minangkabau untuk warung atau kedai yang digunakan untuk sarana jual beli kebutuhan sehari-hari. Lapau adalah perpaduan antara sarana jual beli dengan tempat nongkrong atau tempat makan, silaturrahmi masyarakat suatu kampung. Bisa jadi lapau di daerah lain seperti toko kelontong, toko P&D, Kedai dan beberapa sebutan lainnya

Pada masa zaman dahulu, lapau adalah sumber informasi baik seputar kehidupan masyarakat, panggung politik, dan bertukar informasi. Untuk kaum pria sebagai tempat tongkrongan sambal meneguk segelas kopi atau susu. Lapau tidak pernah sepi pengunjung, semakin malam semakin ramai dengan sorak sorai pemuda yang bermain domino atau hanya sekedar bercerita.

Lapau juga menjual semua kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan mandi, persabunan, bahan masak, sayur mayur dan bahkan menjual makanan siap saji, seperti mie, nasi goreng, berbagai jenis minuman dan lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana lengkapnya yang dijual pemiliknya di lapau.

Bagaimana posisi lapau hari ini, ditengah  maraknya mini market yang super bersih dan super modern. Minimarket berjamuran di sudut-sudut negeri. Masyarakat yang memiliki modal berlomba-lomba merombak lapaunya menjadi sebuah minimarket.

Namun, sebenarnya kebutuhan lapau melebihi dari fungsi lapau itu sendiri, Dimana lapau mempertemukan seluruh masyarakat dari berbagai kalangan, lapau tidak mengenal istilah strata, lapau tidak terikat dengan hukum dan undang-undang yang mengikat. Setiap orang bebas beragumen dan bercanda di lapau tanpa harus saling melapor ke ranah hukum. Demokrasi lapau menunjukkan bahwa berapa luasnya cara pandang masyarakat tentang suatu peristiwa atau kejadian yang dijadikan bahan debat dan analisis di masa lalu.

Kompasianer yang Budiman ? apakah lapau masih mempunyai tempat tengah masyarakat yang mulai berfikir kapitalis ? saya pikir lapau masih hidup di era post modern sekarang.

Coba lihat, wajah baru lapau di lapak-lapak kopi yang berjamur di tengah-tengah kota. Tempat tongkrongan anak muda dengan iming-iming wifi gratis sambal meneguk segelas kopi.

Jadi kesimpulannya yang menjadi saingan lapau bukan minimarket, tetapi lapak-lapak kopi yang berkedok caf-caf penyedia wifi gratis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun