Siapa yang tidak kenal cerita Malin Kundang si Anak Durhaka. Cerita rakyat yang berasal dari tanah Minangkabau, Sumatera Barat. Saking populernya cerita Malin Kundang ini, kisahnya bahkan dijadikan film, sinetron, pementasan drama dan materi edukasi untuk anak-anak disekolah. Namun dibalik kisah Malin Kundang yang viral dan terkesan kurang baik, sebenarnya ada sisi positif dari sudut pandang yang berbeda tentang si tokoh Malin Kundang, yakni kepiawaiannya sebagai entrepreneur.
Ide ini muncul dari hasil diskusi dengan Bapak Toto Suryana, seorang penulis yang sudah menerbitkan puluhan buku, ratusan artikel. Beliau juga seorang Kepala Sekolah di SMAN 15 Kota Bandung. Pertemuan dan diskusi hangat tentang entrepreneurship hingga kisah Malin kundang. Â Saya merasakan aura positif dari Bapak Toto yang memiliki pandangan yang berbeda tentang karakter si Malin Kundang.
Malin kundang sebagai anak yang lahir dari keluarga nelayan yang sangat miskin dan tinggal hanya berdua dengan Ibunya. Kondisi inilah yang membuat Malin (sebutannya) memutuskan hijrah atau merantau, dengan harapan bisa mengubah hidup. Dengan memutuskan pergi merantau saja itu sudah merupakan ciri-ciri entrepreneurship, yakni "kreativitas" bergerak. Malin tidak mau berpangku tangan dengan keadaan yang ada sehingga harus pergi ke daerah lain untuk mengubah nasib. Bisa kita bayangkan, ya ini bisa dibayangkan bagi yang sudah terbiasa merantau atau jauh dari orang tua. Suka duka hidup diperantauan menjelang sukses tidaklah mudah, butuh "kerja keras", etos kerja, tahan banting dan dapat dipercaya. Dengan demikian Malin Kundang bisa membangun ROTAN (ini meminjam istilah bukunya pak toto) yakni Read, Opportunity, Trust, Adapting & Networking. Si Malin terlatih, pandai mengambil kesempatan dari kepercayaan yang ada, dan membangun relasi yang bagus. Itulah yang mengantarkan kesuksesan seorang Malin Kundang.
Namun Malin Kundang tetap manusia biasa, yang lemah iman dan takut kehilangan harta dunia. Lupa ranah tapian, lupa tanah asal, dan yang paling naas adalah menyakiti sumber energi kesuksesannya yaitu Ibunya sendiri.
Jadi, point penting dari kisah ini yang dijadikan sebagai karakter entrepreneurship adalah
1). Hijrah/Merantau, pepatah minang mengajarkan  "Karatau madang di hulu, Babuah babungo balun, Marantau Bujang daulu, dirumah baguno balun. Artinya merantau ketika muda karena belum berfungsi di rumah. Hal ini penulis maknai bahwa dengan melakukan hijrah maka adan ada perubahan hidup asal kita mampu bertahan dan sabar.Â
2). Kreativitas, dengan adanya keberanian untuk meninggalkan kampung dengan bekal seadanya merupakan salah bentuk dari kreativitas. Karena tidak bisa kita bayangkan kondisi pada masa dahulu dengan dunia sekarang yang serba online dan terkoneksi satu dengan yang lain.
3). Kerja keras, seseorang tidak akan pernah berhasil dan sukses jika tidak bekerja keras atau bersungguh-sungguh. Malin Kundang membuktikan mampu berhasil secara ekonomi.
4). Memiliki Trust, dari cerita yang beredar, bahwa Malin Kundang awalnya seorang yang bekerja pada orang lain, karena mampu menjaga kepercayaan tuan, maka kesuksesan mengikuti perjalanan Malin Kundang.
5). Memiliki jaringan yang luas, Malin kundang juga mampu membangun jaringan bisnis yang baik.
Itulah kisah dan nilai-nilai karakter yang bisa diambil dari seorang Makin Kundang dari perspektif yang berbeda dari penulis-penulis sebelumnya.