Mohon tunggu...
Felgi Kholiari
Felgi Kholiari Mohon Tunggu... Freelancer - Indonesian People

Mahasiswi Komunikasi SV IPB

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lele Asap Desa Pengasinan Tetap Eksis di Pasaran

6 Maret 2020   10:25 Diperbarui: 6 Maret 2020   10:30 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi - Pak Robi Adi (45) salah satu karyawan Pak Sueb sedang melakukan proses pengasapan pada lele.

Gunung Sindur - Di Indonesia, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam menggerakan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Bukti nyata pentingnya UMKM dapat dilihat dari kepedulian pemerintah untuk terus memajukan UMKM yang ada di Indonesia. Pemerintah bertekad untuk meratakan tingkat perekonomian masyarakat kelas menengah dan menengah ke bawah di Indonesia. Berbeda dengan perusahaan besar, UMKM memiliki lokasi di berbagai tempat. Termasuk di daerah yang jauh dari jangkauan perkembangan zaman sekalipun.

Desa Pengasinan, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor merupakan salah satu desa yang perkembangan UMKM nya terus meningkat. Awalnya penduduk di desa ini hanya berpenghasilan dari bercocok tanam padi, namun sekarang terdapat banyak pelaku UMKM mulai dari produktivitas makanan ringan sejenis keripik singkong, keripik pisang, dan ada pula lele asap.

Bapak H. Sueb (61) adalah salah satu pelaku UMKM yang menjual lele asap. Awalnya ia hanya merintis pembibitan lele sejak tahun 1982, namun setiap tahun terus terjadi persaingan yang ketat antar peternak lele. Inovasi yang dilakukannya pada tahun 1990 yaitu beralih usaha menjadi pengolahan lele asap. Para konsumen awalnya menganggap remeh dan mencibir terkait usahanya ini, karena pada saat itu belum banyak orang yang dapat mengolah lele asap menjadi makanan siap saji. Namun ia tetap konsisten menjalankan usaha lele asapnya.

"Saya yakin bahwa prospek lele asap ini bagus untuk ke depannya, karena lele asap ini dapat bertahan 4-5 bulan tanpa menggunakan pengawet sedikitpun. Kandungan air pada lele asap ini rendah hanya 30% yang membuat lele asap bisa bertahan lama" ujar Bapak Sueb.

Ketekunannya telah membuahkan hasil, kini dalam sehari ia mampu memproduksi 4 hingga 5 kwintal dan dijual dengan harga Rp. 100.000,- per-ekornya. Lele asap Bapak Sueb ini rata-rata dipasarkan ke jabodetabek, namun tidak menutup kemungkinan juga sampai ke luar jabodatebek bahkan sampai ke luar negeri, akan tetapi untuk distribusi ke luar negeri ia memilih hanya sebagai pemasok.

Selama merintis usahanya ini tentunya Bapak Sueb tidak sendirian, ia dibantu bersama 4 orang karyawannya yang juga tinggal di Desa Pengasinan. "Saya sudah bekerja disini selama kurang lebih 10 tahun, alhamdulillah dari gaji perbulan yang saya terima mampu memenuhi kebutuhan keluarga, walaupun usaha lele ini berjalan pelan tetapi produksi tetap stabil sampai saat ini" ujar Pa Robi Adi (45) salah satu karyawan Bapak Sueb.

"Tentunya usaha lele asap ini memberikan manfaat terhadap penduduk sekitar. Seperti meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan penduduk, serta meningkatkan kecakapan dan keahlian mereka" jelas Bapak Eddie Kurnia, Kepala Sektor Ekonomi Pembangunan Kecamatan Gunung Sindur.

UMKM sangatlah membantu mengembangkan ekonomi dan kemandirian ekonomi yang didambakan. Tetapi perlu kinerja yang ekstra dalam mendorong kestabilan ekonomi bagi para pelaku usaha, pemerintah menaruh harapan bagi mereka, komitmen dan pengawasan adalah kunci dari sebuah kemajuan ekonomi.

"Walaupun Gunung Sindur merupakan daerah pelosok yang berada jauh dari pinggiran kota, tetapi akan menjadi suatu kebanggaan jika kita berkomitmen untuk mengangkat Desa Pengasinan sebagai desa penghasil lele asap yang tidak kalah enak dari lele asap lainnya", harap Ibu Mila Ketua Forum UMKM dan IKM Kecamatan Gunung Sindur.

Sementara harapan Bapak Sueb untuk pemerintah setempat, agar mendukung para pelaku UMKM di desa-desa seperti dirinya. "Perbaiki tatanan birokrasi mengenai pencairan modal, kami sebagai pelaku UMKM merasa dipersulit soal peminjaman modal, walaupun di dalam forum seringkali dibilang bahwa peminjaman modal mudah, namun realitanya malah sebaliknya" tutur Pa H. Sueb dikediamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun