Mohon tunggu...
FELASUFA CHANUN
FELASUFA CHANUN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNIVERSITAS NEGERI SUNAN KALIJAGA

-not everything must be shown to the world -I just do it for myself

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dibalik Merdeka Belajar : Tantangan Tersembunyi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di Era Society 5.0.

13 Desember 2024   13:10 Diperbarui: 14 Desember 2024   14:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan fondasi yang paling penting untuk membentuk suatu individu dan masyarakat yang siap menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat pendidikan yang membuahkan teori-teori baru. Kurikulum merdeka adalah penyempurnaan kurikulum sebelumnya sebagai upaya pemulihan pendidikan akibat pandemi Covid 19. Pada agustus hingga september 2021 dinyatakan bahwa capaian belajar peserta didik menurun drastis di masa itu. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan kurikulum yang berlaku saat itu tidak dapat dipenuhi dan tidak terlaksana dengan baik. Menanggapi terkait hal tersebut sebuah kurikulum baru dirancang oleh kemendikbudristek untuk menyerderhanakan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum K-13 revisi. Pada kurikulum merdeka terdapat beberapa poin yang terdapat dalam kurikulum k-13 yang dimodifikasi atau di ubah. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat memperbaiki kualitas pendidikan di indonesia terutama dalam bidang literasi membaca.

Kurikulum di pandang juga sebagai rencana kegiatan pembelajaran bagi siswa disekolah yang bertujuan sebagai bahan ajar kegiatan belajar dan evaluasi. Salah satunya adalah kurikulum yang saat ini sedang di gunakan yaitu kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka adalah pendekatan pendidikan yang mengadopsi prinsip-prinsip untuk menyiapkan siswa menghadapi era Society 5.0. pendekatan ini fokus pada kemandirian belajar siswa, memberikan kebebasan dalam merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran siswa. Kurikulum merdeka juga menekankan pengembangan keterampilan relevan dengan tuntutan era Society 5.0. seperti keterampilam digital, berpikir kritis, kolaborasi, serta pemecahan masalah dengan memanfaatkan teknologi. Terlihat di berbagai sektor atau bidang terutama pada pendidikan, faktor ini adalah perubahan kurikulum yang ada  di Indonesia. Ada banyak negara yang terus menerus memperbaharui kurikulum yang di buat sebelumnya yang awalnya dianggap ideal, tetapi malah memiliki kekurangan dan perlu di ubah bahkan di ingkatkan. Berikut ada beberapa tantangan tersembunyi dalam menghadapi kurikulum merdeka di era Society 5.0.

1. Tenaga Pendidik  

  • Perubahan Mindset: Dengan adanya kurikulum merdeka guru perlu beralih dari model pembelajaran yang berpusat pada guru ke model yang berpusat pada murid.
  • Desain Pembelajaran: merancang pembelajaran yang menarik dan relevan dengan minat siswa membutuhkan kreativitas dan keterampilan khusus yang mungkin belum dimiliki oleh semua guru
  • Asesmen : kurikulum merdeka menekankan asesmen yang autentik dan berkelanjutan.
  • Profesionalisme Berkelanjuta : Guru perlu terus belajar dan mengembangkan diri untuk mengikuti perkembangan kurikulum merdeka. Hal ini perlu dukungan dari sekolah dan pemerintah dalam bentuk pelatihan dan pengembangan profesional

2. Siswa 

  • Motivasi Belajar : kurikulum merdeka menuntut siswa memiliki tingkat kesiapan yang sama dalam menghadapi pembelajaran yang lebih mandiri dan berpusat pada siswa. Ada yang sudah terbiasa dengan pembelajaran aktif, namun ada juga yang masih lebih nyaman dengan model pembelajaran tradisional.
  • Akses terhadap Sumber Belajar : Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap sumber belajar yang beragam seperti buku, internet, atau tutor. Hal ini dapat menghambat proses pembelajaran mereka.
  • Kondisi Emosional dan Psikologi : kondisi emosional dan psikologi siswa juga sangat mempengaruhi kemampuan mereka dalam belajar. Masalah seperti stres, kecemasan, atau gangguan belajar dapat menjadi hambatan dalam mengikuti kurikulim merdeka.

3. Orang Tua 

  • Kurangnya Informasi : banyak orang tua yang belum mendapatkan informasi tang cukup mengenai kurikulum merdeka. Hal ini menyebabkan kehawatiran dan ketidakpastian.
  • Perbandingan dengan Sistem Pendidikan Sebelumnya : orang tua cenderung membandingkan kurikulum merdeka dengan sistem pendidikan sebelumnya. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan dan kehawatiran jika sistem yang baru kurang efektif.
  • Ekspektasi yang Tinggi: banyak orang tua yang memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap prestasi anak-anak mereka. Kurikulum merdeka yang lebih fleksibel mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut.

Berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat pendidikan yang membuahkan teori-teori baru. Kurikulum merdeka 5.0 memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun masalah implementasi kurikulum merdeka belum berjalan secara efektif dikarenakan ada beberapa hal, Pertama, belum semua pengajar mendapatkan pelatihan, banyak pengajar yang belum bisa menerapkan pembelajaran tematik dan saintifik, serta banyak pengajar yang belum bisa melakukan penilaian autentik. Kedua, pengajar belum memahami substansi kurikulum sehingga tidak bisa menerapkannya dengan baik.  Di era sekarang ini mestinya implementasi kurikulum juga dilakukan secara desentralistik. Kunci utamanya koordinasi yang baik antar berbagai jenjang pemerintahan dari pusat, provinsi, hingga kabupaten atau kota. Saran-saran untuk perbaikan dalam implementasi Kurikulum merdeka dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan di atas adalah sebagai berikut: Pertama, perlu adanya perencanaan yang matang mulai penentuan target, pengadaan sarana, pelatihan, implementasi dan pendampingan, serta evaluasi. Kedua, meningkatkan koordinasi antara Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam memberikan pelatihan terhadap pengajar, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Termasuk di antaranya adalah koordinasi dalam pengadaan buku dan proses pengirimannya hingga ke sekolah-sekolah sehingga tidak mengalami keterlambatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun