Mohon tunggu...
Muhammad FeisalKhalis
Muhammad FeisalKhalis Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya feisal saya adalah seorang penulis dengan minat yang luas dalam topik-topik sosial, teknologi, dan budaya. Hobi saya meliputi membaca buku non-fiksi, menonton film dokumenter, serta mengikuti perkembangan dunia digital dan startup. Saya juga menikmati kegiatan menulis opini dan analisis yang mendalam mengenai berbagai isu kontemporer, seperti pendidikan, lingkungan, dan gaya hidup modern. Dari segi kepribadian, saya adalah seseorang yang analitis, berpikir kritis, dan selalu berusaha memahami sudut pandang yang berbeda. Saya suka berdiskusi dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ketertarikan saya dalam menulis dimotivasi oleh keinginan untuk berbagi perspektif dan menginspirasi orang lain melalui tulisan. Topik yang sering saya tulis meliputi tren teknologi terbaru, isu-isu sosial yang sedang berkembang, serta ulasan tentang buku atau film.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batik Cirebon, Lebih dari Sekadar Mega Mendung

8 Oktober 2024   22:18 Diperbarui: 8 Oktober 2024   22:18 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Motif batik Cirebon yang paling terkenal adalah mega mendung yang berbentuk gumpalan-gumpalan awan putih. Motif ini memiliki makna kehidupan dunia atas, kebebasan, atau bisa pula awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. Motif mega mendung dibuat oleh Pangeran Cakrabuana, putra Raja Pajajaran dan pendiri kerajaan Cirebon

Pangeran Cakrabuana juga paman dari Sunan Gunung Jati. Versi lain menyebut motif ini diadaptasi dari hiasan keramik yang dibawa Putri Ong Tien, putri Kaisar Hong Gie dari masa Dinasti Ming, saat menikah dengan Sunan Gunung Jati. Pernikahan ini menjadi gerbang masuknya pengaruh budaya dan tradisi Cina, termasuk dalam proses dan seni pembuatan batik keraton.

Ada perbedaan antara motif mega mendung dari Cina dan Cirebon. Misalnya, garis awan pada motif mega mendung Cina berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan motif Cirebon cenderung lonjong, lancip, dan segitiga. Umumnya batik yang berasal dari keraton memiliki warna cenderung gelap. Warna seperti hitam, merah tua, coklat mendominasi. 

Salah satu sentra industri batik pesisir adalah Trusmi, sebuah desa yang berjarak sekira delapan kilometer ke arah barat dari pusat Keraton Kesepuhan Cirebon. Keberadaan desa ini dikaitkan dengan nama Ki Gede Trusmi, seorang pemimpin agama Islam yang juga pengikut setia Sunan Gunung Jati. Dialah yang mengajarkan seni membatik sebagai sarana menyiarkan agama Islam.

Batik pesisir atau dikenal dengan nama batik bangbirong memiliki warna dasar yang cerah, seperti biru, hijau, dan merah. Batik biasanya dikerjakan dalam dua kali proses untuk mendapatkan perpaduan dan persilangan warna (babaran), yaitu satu kali dengan warna merah, kemudian dilakukan pembatikan lagi dan dicelup biru, bahkan kadang dikembangkan dengan celupan kuning.

Di masa lalu, pernah pula berkembang batik pecinan di Trusmi. Salah satu perajin yang terkenal adalah Gouw Tjin Liang, pebatik pecinan asal desa Trusmi yang kemudian menetap di daerah Kanoman. Keturunannya masih mewarisi ketrampilan membatik. Pada masa pendudukan Jepang pernah pula berkembang "batik pagi sore". Dibuat untuk menyiasati sulitnya keadaan ekonomi dan pasokan bahan baku batik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun