Mohon tunggu...
Ferra ShirlyAmelia
Ferra ShirlyAmelia Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - istri yang suka menulis dan minum kopi

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjamurnya Barbershop dan Pengalaman Menemani Suami

24 Januari 2025   12:10 Diperbarui: 24 Januari 2025   12:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjamurnya barbershop adalah fenomena yang saya dan suami rasakan sendiri. Dulu, mencari tempat cukur yang nyaman dan bersih bukan perkara mudah. Sekarang, hampir di setiap sudut tempat, barbershop dengan berbagai konsep dan layanan menarik bermunculan. Bagi saya, ini bukan sekadar tren, tapi juga membawa pengalaman tersendiri. Suami yang selalu senang jika ditemani kemanapun pergi termasuk saat mencukur rambutnya, membuat saya bersemangat menulis tentang ini.

Saya masih ingat saat barbershop belum sebanyak sekarang. Harga cukur rambut di tempat yang nyaman bisa cukup mahal. Namun, kini dengan semakin banyaknya pilihan, harga pun semakin bersaing. Bahkan, kami pernah menemukan barbershop yang menawarkan layanan cukur, pijat kepala, dan keramas hanya dengan 35 ribu saja. Padahal di tempat lain, layanan serupa bisa mencapai 50-75 ribu, bahkan lebih.

Yang membuat barbershop lebih menarik dibanding tukang cukur pinggir jalan bukan hanya harga, tapi juga kebersihannya. Tempat yang rapi, nyaman, dan bebas asap rokok menjadi nilai tambah. Suami saya yang tidak merokok tentu lebih betah, dan saya sebagai istri yang menunggu juga merasa lebih nyaman. Apalagi, sekarang banyak barbershop yang mengusung konsep kafe. Jadi, saya bisa duduk santai sembari menikmati kopi, menjadikan momen menemani suami terasa lebih menyenangkan.

Namun, di balik kemajuan ini, ada pertanyaan menarik: bagaimana nasib tukang cukur tradisional? Apakah mereka benar-benar tersingkirkan?

Menurut saya, tidak selalu begitu. Justru, ini bisa menjadi peluang kolaborasi. Mencukur rambut bukanlah keterampilan instan, butuh keahlian, diperlukan pengalaman dan jam terbang. Pemilik barbershop bisa merekrut tukang cukur berpengalaman dari sekitar mereka, sehingga para tukang cukur tradisional tetap bisa bertahan dalam industri yang lebih modern.

Karena pada kenyataannya, banyak barber yang ternyata belajar secara otodidak. Dari obrolan saya dengan beberapa barber saat menemani suami, banyak di antara mereka yang belajar mencukur dari teman, orang tua, atau bahkan saat di pesantren. Ini juga menunjukkan bahwa mencukur bukan sekadar pekerjaan, tapi juga keterampilan yang bisa dilatih dengan terus diasah.

Sebagai pelanggan, tentu kita juga harus memahami bahwa setiap barber punya tingkat keahlian yang berbeda-beda. Dengan harga yang lebih terjangkau dan fasilitas yang cukup lengkap, wajar jika hasilnya tidak selalu sempurna. Bahkan, di barbershop mahal pun tidak selalu menjamin semua barbernya benar-benar ahli. Oleh karena itu, jika menginginkan hasil terbaik, kita bisa mencari barbershop yang menyediakan pilihan barber profesional, meskipun dengan tarif yang lebih tinggi.

Setiap kali menemani suami ke barbershop, ada saja pengalaman menarik yang kami temui. Entah itu dari keramahan barber-nya, konsep tempatnya, atau bahkan rasa kopinya. Semua itu membuat perjalanan mencari barbershop terbaik lebih dari sekadar rutinitas bulanan, tapi juga menjadi pengalaman yang mengasyikkan.

Bagi saya, barbershop bukan hanya tempat mencukur rambut. Ia juga menyimpan cerita kecil dalam keseharian rumah tangga kami, tentang menemani, menikmati waktu bersama, dan menemukan hal-hal baru sebagai petualangan kecil kami berdua. Meskipun sekarang sebelum pergi saya sering menyiratkan, "Cari yang ada kopinya ya!" :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun