Pekerjaan rumah sering dianggap sebagai rutinitas biasa, sesuatu yang kita lakukan hanya karena perlu, padahal ada banyak sekali makna yang bisa kita gali darinya. Jika kita mau merenung lebih dalam, setiap tugas yang kita jalani di rumah mengajarkan banyak hal tentang ketenangan, kenyamanan, dan bahkan kebahagiaan keluarga.
Lebih dari itu, rutinitas ini juga bisa menjadi pengingat bahwa kita perlu terus memperbaiki diri, bertaubat atas dosa-dosa, dan tidak menyia-nyiakan waktu yang Allah berikan. Terlebih bagi seorang istri, pekerjaan rumah bukan sekadar tugas harian, tetapi juga ladang pahala. Membersihkan rumah, memasak untuk keluarga, dan merawat kenyamanan tempat tinggal adalah bentuk pengabdian, yang jika dilakukan dengan ikhlas akan bernilai ibadah di sisi Allah.
Salah satu contoh sederhana adalah mencuci pakaian. Setiap hari, pakaian yang kita pakai pasti akan kotor. Jika kita menunda mencucinya, tumpukan cucian akan semakin menggunung, memenuhi jemuran, membuat kita malas mengangkatnya, hingga akhirnya bertambah lagi dengan cucian baru.
Setelah kering pun, jika tidak segera dilipat, pakaian akan menumpuk di sudut rumah, menciptakan pemandangan yang berantakan dan memicu stres. Begitu pula dengan kehidupan kita, jika kita terus menunda memperbaiki diri, menumpuk kesalahan tanpa segera bertaubat, maka dosa-dosa itu akan semakin menggunung, membuat hati terasa berat dan jiwa menjadi resah. Kita sering menunggu "mood" yang tepat untuk berubah, padahal semakin lama kita menunda, semakin sulit kita memperbaiki keadaan.
Kemudian, lihatlah bagaimana kita membersihkan rumah. Setiap hari kita menyapu, mengepel, dan merapikan segala sesuatu agar tetap nyaman. Tapi sebersih apa pun rumah kita hari ini, besok pasti ada debu yang kembali menempel. Rumah yang merupakan benda mati saja butuh perawatan setiap hari, apalagi hati kita yang rentan ternoda karena masalah dunia dan problematikanya.
Hati yang tidak sering dibersihkan akan dipenuhi dengan 'debu-debu' dosa. Jika dibiarkan, debu-debu itu akan semakin tebal, menghalangi masuknya cahaya keimanan, pun membuat kita sulit merasakan ketenangan. Kita sering lupa bahwa hati pun perlu dibersihkan dengan dzikir, shalat, membaca dan mentadabburi Al-Qur'an, serta amal kebaikan lainnya. Namun, kita lebih sering menundanya, membiarkan hati kita kotor dan tanpa terasa semakin jauh dari Allah.
Sebenarnya, bukan hanya malas dan menunda saja yang menjadi masalah, tetapi juga cara kita menghabiskan waktu. Berlebihan dalam bermain gawai atau bersosial media sering kali menjadi penyebab utama waktu kita terbuang sia-sia.
Kita sibuk scroll layar, menonton video, atau membaca berita yang sebenarnya tidak terlalu penting, hingga tanpa sadar lupa membersihkan rumah, lupa memperbaiki diri, bahkan lupa untuk mengingat Allah.
Akibatnya, waktu yang dihabiskan terlalu lama dengan gawai membuat rumah terbengkalai, hati pun semakin jauh dari ketenangan. Padahal, rumah dan hati adalah dua hal yang harus kita jaga agar hidup lebih nyaman dan bahagia. Rumah yang bersih membawa ketenangan bagi raga, hati yang bersih membawa ketenangan bagi jiwa.
Namun, ada satu hal yang perlu diingat, jangan sampai kita terlalu sibuk mengurus rumah, hingga lupa merawat hati. Jangan pula terlalu sibuk beribadah, tetapi membiarkan rumah dalam keadaan berantakan.