Sering kali kita mendengar istilah seperti Generasi X, Milenial, Gen Z, dan Gen Alpha yang terkadang disebut juga Beta, seolah-olah tahun kelahiran menjadi penentu utama karakter dan kepribadian seseorang. Namun, benarkah generasi bisa digeneralisasi hanya berdasarkan masanya? Jika kita telaah lebih dalam, bukankah perilaku dan pola pikir anak-anak lahir dari cara orang tua mendidik, lingkungan yang membentuknya, serta nilai-nilai yang ditanamkan sedari kecil?
Selanjutnya, perkembangan teknologi yang pesat tentu membawa kemudahan, tetapi juga menjadi tantangan besar bagi keluarga, terutama orang tua. Banyak orang tua saat ini, sadar atau tidak, mulai kehilangan kendali dalam pola asuh.Â
Kehadiran dunia digital yang begitu memikat sering kali menjebak, bukan hanya anak-anak, tetapi juga bagi orang tua sendiri. Ketika orang tua lebih sering tenggelam dalam layar gawai, waktu yang seharusnya dihabiskan untuk memberikan kasih sayang, perhatian, dan bimbingan kepada anak-anaknya menjadilah berkurang. Akibatnya, anak-anak pun tumbuh dengan perhatian yang teralihkan, minimnya interaksi langsung, dan pengaruh besar dari dunia digital yang tidak selalu positif.
Dulu, tanpa teknologi canggih, hidup memang terasa lebih sederhana, tetapi hubungan dalam keluarga jauh lebih kuat. Meski hidup serba pas-pasan, banyak orang tua mampu mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Anak-anak diajarkan untuk menghadapi kesulitan, bekerja keras, dan memahami nilai dari setiap usaha. Bahkan, dalam keluarga besar sekalipun, setiap anak memiliki tanggung jawab, baik membantu pekerjaan rumah, merawat adik, dan saling membantu satu sama lain sesuai usia mereka. Pola asuh seperti inilah yang mampu membentuk generasi dengan kepribadian kuat dan penuh empati.
Namun, kini tantangan besar muncul. Media sosial, dengan berbagai konten yang tidak selalu mendidik, menjadi salah satu penyebab rusaknya pola pikir anak-anak. Mereka disuguhkan tontonan flexing gaya hidup mewah, viralitas hal-hal yang tidak bermakna, hingga budaya instan yang merusak mentalitas. Anak-anak menjadi kehilangan orientasi hidup, menjadi sulit bersyukur dan cenderung malas menghadapi tantangan. Padahal, tugas utama mereka sederhana yaitu belajar diselingi dengan bermain serta membangun keterampilan hidup.
Keterampilan hidup ini juga sering terabaikan di masa kini. Orang tua lupa akan pentingnya melibatkan anak-anak dalam pekerjaan rumah sehari-hari. Kegiatan seperti menyapu, mencuci sepatu, membantu memasak, atau merapikan kamar sendiri adalah cara sederhana untuk menanamkan tanggung jawab. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang justru terlalu memanjakan anak-anak mereka hingga terbiasa menjadi "raja kecil" di rumahnya, sementara orang tua melakukan segalanya sendirian. Pola asuh seperti ini hanya akan melemahkan mental anak, membuat mereka kurang mandiri, dan tidak siap menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.
Maka, sudah saatnya kita sebagai orang tua merenung dan mengambil tindakan nyata. Pola asuh yang baik tidak membutuhkan kemewahan, melainkan kehadiran, kasih sayang, dan komitmen. Orang tua perlu menjadi teladan yang baik, membatasi penggunaan media sosial, mengarahkan anak-anak pada kegiatan yang bermanfaat, dan kembali menanamkan nilai-nilai tanggung jawab, kemandirian, serta kerja keras.
Ingatlah, generasi hebat tidak ditentukan oleh zaman, tetapi oleh pendidikan dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini. Anak-anak adalah amanah yang akan orang tua pertanggungjawabkan, maka mari wujudkan generasi masa depan yang lebih baik dengan menjadi orang tua yang hadir sepenuhnya. Jangan biarkan teknologi atau dunia luar mengambil alih peran orang tua. Sebelum terlambat, segeralah mengambil langkah nyata demi masa depan yang lebih baik.Â
Memang, mendidik anak sangatlah tidak mudah. Dibutuhkan kesabaran, pengorbanan, dan konsistensi dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan. Namun, seberat apa pun perjuangan mendidik, akan jauh lebih berat jika orang tua salah mendidik. Anak yang tumbuh tanpa bimbingan yang benar hanya akan membawa dampak buruk, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang tuanya. Ketika orang tua gagal menanamkan tanggung jawab, akhlak, dan kemandirian, beban itu pada akhirnya akan kembali kepada mereka. Maka, meskipun berat, mendidik dengan benar adalah investasi terbaik untuk masa depan keluarga dan generasi selanjutnya. Bersemangatlah, sembari terus memohon pertolonganNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H