2. Mengabaikan Konteks Operasional
Data sering kali tidak mencerminkan dinamika yang terjadi di lapangan. Dalam industri jasa, interaksi manusia, kebutuhan customer yang unik, dan upaya membangun hubungan jangka panjang adalah elemen yang sulit diukur.
3. Fokus pada Output, Bukan Proses
Pendekatan berbasis data sering kali terlalu fokus pada hasil akhir, seperti pendapatan atau jumlah customer, tanpa melihat proses di sebaliknya. Padahal, proses yang baik adalah fondasi dari keberhasilan jangka panjang.
Solusi: Mengintegrasikan Angka dan Realita
Untuk menciptakan keputusan yang lebih adil dan efektif, perusahaan perlu mengintegrasikan data dengan pemahaman mendalam tentang konteks bisnis. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Libatkan Tim Lapangan dalam Analisis Data
Sebelum mengambil keputusan besar, penting untuk mendengar perspektif karyawan yang terlibat langsung dengan customer. Mereka sering kali memiliki wawasan yang tidak terlihat dalam angka.
2. Gabungkan Data Kuantitatif dan Kualitatif
Data kuantitatif memberikan gambaran besar, tetapi wawasan kualitatif membantu memahami detailnya. Misalnya, survei atau wawancara dengan customer dan karyawan dapat melengkapi laporan angka.
3. Berikan Edukasi kepada Data Analyst
Data analyst harus memahami konteks bisnis dan operasional perusahaan. Dengan pemahaman ini, mereka dapat menghasilkan analisis yang lebih relevan dan berempati.
4. Evaluasi Kinerja dengan Pendekatan Holistik
Alih-alih hanya berfokus pada hasil akhir, perusahaan perlu mengevaluasi kinerja berdasarkan proses, upaya, dan tantangan yang dihadapi karyawan.
Kesimpulan: Jadikan Data sebagai Panduan, Bukan Penguasa
Data adalah alat yang sangat berguna, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam industri jasa, di mana manusia adalah elemen inti, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan yang lebih humanis dengan menyelaraskan angka dan realita. Dengan cara ini, keputusan tidak hanya akan lebih adil tetapi juga lebih efektif dalam jangka panjang.
Pendekatan berbasis data memang sangat cocok diterapkan pada perusahaan manufaktur atau teknologi yang prosesnya sebagian besar terotomatisasi. Dalam industri-industri ini, angka dapat menggambarkan realitas operasional dengan lebih akurat karena aktivitas yang terukur dan konsisten. Namun, pendekatan ini kurang tepat jika diterapkan secara kaku di perusahaan jasa yang melibatkan manusia sebagai tenaga kerja utama. Perusahaan jasa memerlukan pendekatan yang lebih fleksibel dan kontekstual untuk menghargai peran manusia, baik sebagai karyawan maupun customer, sehingga keputusan yang diambil dapat mencerminkan nilai-nilai empati dan keadilan.
Akhir Kata, pendekatan data-driven memang memiliki keunggulan, tetapi hanya jika digunakan dengan bijaksana. Dengan mempertimbangkan angka sekaligus memahami cerita di sebaliknya, perusahaan dapat menciptakan ekosistem kerja yang lebih sehat, menghargai karyawan, dan tetap mencapai kesuksesan.