Mohon tunggu...
Ferra ShirlyAmelia
Ferra ShirlyAmelia Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

10 Langkah Bebas Finansial: 2025 Sudah Saatnya Bebenah

4 Januari 2025   09:00 Diperbarui: 4 Januari 2025   00:33 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: https://www.pexels.com

Dalam hidup, sering kali kita terjebak pada keinginan untuk terlihat lebih di mata orang lain. Sayangnya, gaya hidup yang berlebihan tanpa perencanaan hanya membawa masalah finansial yang berkepanjangan. Akibatnya, banyak orang mengorbankan stabilitas keuangan demi mempertahankan citra sosial.


Padahal, hidup bukanlah tentang gengsi, melainkan bagaimana kita bisa bijak mengelola apa yang kita miliki. Tahun 2025 adalah momen yang tepat untuk melakukan perbaikan menuju kebebasan finansial secara pasti dan terus bertumbuh dari hari ke hari. Karena kebebasan finansial tidak hanya terpaku pada berapa banyak uang yang sudah kita miliki, tetapi lebih pada bagaimana kita bisa mengelola dan memanfaatkannya dengan bijak, bisa hidup nyaman tanpa tekanan hutang dan kekhawatiran di masa depan.


Namun, kebebasan finansial akan menjadi mustahil tanpa kita usahakan. Karena ia adalah hasil dari keputusan-keputusan kecil yang kita ambil setiap harinya. Pola lama yang salah dalam mengelola keuangan seperti berikut ini harusnya segera kita hindari dan perbaiki. 10 diantaranya yaitu:
1. Lebih Mengutamakan Gaya Hidup daripada Kebutuhan
Membeli gadget terbaru atau mengikuti tren fashion hanya untuk terlihat up to date, padahal kebutuhan pokok belum terpenuhi.
2. Tidak Punya Dana Darurat
Banyak orang hidup tanpa cadangan keuangan, sehingga ketika terjadi situasi darurat, seperti sakit atau kehilangan pekerjaan, mereka terpaksa berhutang.
3. Impulsive buying
Terlalu mudah membeli sesuatu tanpa perencanaan atau pertimbangan matang sebelumnya, seperti lapar mata saat bepergian, saat di mall, online shop, atau melihat iklan di media sosial. Termasuk mudah tergiur membeli barang diskon atau promosi padahal sebenarnya kita tidak membutuhkannya.
4. Mengandalkan Kartu Kredit termasuk pay later
Sudah hutang, riba lagi. Meskipun dengan iming-iming bunga 0%, saya pribadi sebagai muslim tetap memilih menjauhinya dan tidak mau menggunakannya lagi, karena:
a). Bunga yang Membengkak: Baik kartu kredit maupun pay later biasanya memiliki bunga tinggi. Jika kita tidak mampu melunasi pembayaran tepat waktu, hutang kita akan terus bertambah dan sulit dilunasi.
b). Perilaku Konsumtif: Kemudahan bertransaksi sering kali membuat seseorang membeli barang yang tidak diperlukan, sehingga pengeluaran semakin tidak terkendali.
c). Menjadi Beban Finansial Jangka Panjang: Ketergantungan pada utang konsumtif dapat menguras pendapatan, karena sebagian besar uang hanya digunakan untuk membayar bunga dan cicilan.
d). Konsekuensi Moral dan Spiritual: Dalam pandangan agama Islam, bunga atau riba adalah sesuatu yang dilarang dan merugikan, baik secara finansial maupun spiritual. Hal ini membuat hutang riba menjadi beban yang lebih berat secara emosional.
5. Tidak Mencatat dan Mengontrol Pengeluaran
Tidak mencatat pengeluaran harian menyebabkan kebocoran kecil yang tidak terasa, seperti membeli rokok, sering makan di luar, belanja tanpa rencana, boros dalam pemakaian listrik, langganan streaming yang tidak dibutuhkan, dsb.
6. Tidak Menyisihkan Uang untuk Tabungan dan Investasi
Selalu menghabiskan seluruh pendapatan setiap bulan tanpa menyisihkan untuk masa depan, sehingga tidak ada aset yang bisa dikembangkan.
7. Tidak Bijak Membelanjakan Bonus atau Pendapatan Tambahan
Menggunakan bonus akhir tahun untuk belanja barang mewah atau liburan tanpa menyisihkan sebagian untuk tabungan/investasi.
8. Hutang Konsumtif Tanpa Perencanaan
Berhutang untuk barang yang nilainya menurun, seperti mobil mewah atau barang elektronik, tanpa mempertimbangkan kemampuan membayar cicilan.
9. Tidak Mempelajari Literasi Keuangan
Tidak memahami konsep dasar keuangan seperti bunga pinjaman, inflasi, atau diversifikasi investasi, yang menyebabkan pengambilan keputusan finansial kurang tepat.
10. Menunda Perencanaan Jangka Panjang
Seperti tidak mempersiapkan dana pensiun sejak dini atau aset produktif untuk hari tua.


Selanjutnya, mengubah kebiasaan keuangan yang sudah melekat memang bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang mustahil. Langkah-langkah kecil yang konsisten adalah kunci untuk mencapai perubahan besar. Dengan memulai dari hal sederhana, kita dapat membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat dan berkelanjutan.


Kebebasan finansial bukanlah hasil dari keberuntungan semata, melainkan buah dari perencanaan matang, pengendalian diri, dan kesadaran dalam setiap keputusan yang kita ambil. Dan inilah 10 langkah kecil yang harus kita mulai untuk memperbaiki kehidupan finansial kita:
1. Merencanakan Masa Depan dengan Matang
Perlunya memiliki rencana keuangan jangka panjang yang jelas, mulai dari tabungan, investasi, hingga dana darurat. Berhenti fokus pada kepuasan sesaat tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Fokuslah pada tujuan keuangan. Tetapkan target spesifik, seperti membeli rumah, menabung dana pendidikan, umroh/haji, atau mempersiapkan pensiun.
2. Mengelola Pengeluaran dengan Bijak
Pengeluaran difokuskan pada kebutuhan utama, sementara keinginan ditunda hingga kondisi keuangan stabil. Tak ada lagi gengsi-gengsi apalagi sampai berhutang terlebih mengorbankan kebutuhan pokok. Fokuslah pada kebutuhan yang produktif.
3. Hidup Sederhana Meski Rezeki Melimpah
Jangan sampai ketika pendapatan meningkat, disiplin keuangan justru menurun. Kita harus mampu memahami bahwa gaya hidup sederhana mencerminkan kedewasaan finansial, bukan keterbatasan.
4. Mensyukuri yang Dimiliki
Tidak membandingkan diri dengan orang lain. Kebahagiaan datang dari hati yang selalu merasa cukup, pandai bersyukur dengan apa yang dimiliki termasuk mensyukuri setiap pencapaian kecil.
5. Sadari Pola Pengeluaran
Catat setiap pengeluaran untuk menemukan kebiasaan yang perlu diperbaiki.
6. Buat Anggaran Realistis
Pisahkan kebutuhan pokok, tabungan, dan hiburan dengan porsi yang proporsional. Jangan lupa sedekah. Tapi, bayar utang lebih utama dari sedekah.
7. Terapkan Prinsip "Simpan Dulu, Baru Belanja"
Segera alokasikan pendapatan untuk tabungan dan investasi sebelum menggunakannya untuk belanja.
8. Batasi Belanja Impulsif
Buat aturan sederhana: tunggu 24 jam bahkan 1 pekan sebelum membeli sesuatu yang tidak direncanakan. Pikir matang-matang seberapa penting kita butuhkan barang/jasa tersebut serta manfaatnya untuk jangka panjang.
9. Pelajari Literasi Keuangan
Manfaatkan sumber belajar seperti buku, seminar, atau kursus daring untuk meningkatkan wawasan finansial.
10. Lingkungan yang Mendukung
Bergaul dengan orang yang memiliki pola pikir positif tentang keuangan akan membantu kita tetap termotivasi.


Setelah mempelajari 10 langkah di atas, janganlah lagi menunda perbaikan finansial, jadikan 2025 sebagai momen kita untuk mengubah kebiasaan menjadi lebih baik. Dan yang harus selalu diingat, perbaikan finansial tidak bisa kita ubah secara instan apalagi berhasil dalam hitungan hari bahkan bulan. Tindakan dan keputusan kecil yang kita lakukan setiap hari secara konsisten, itulah yang akan membawa pada keberhasilan. Lalu, iringilah dengan sabar dalam prosesnya. Sebagaimana kita menanam benih, kita membutuhkan waktu, kesabaran, dan perawatan untuk melihat hasilnya.


"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri", (QS. Ar-Ra'd: 11). Semoga, Allah mudahkan langkah kita untuk memulai, senantiasa menolong dan meridhoi terwujudnya segala hajat baik kita. Semoga, 2025 menjadi awal perjalanan kita menuju stabilitas dan kebebasan finansial yang lebih sukses dan berkah.
Semangat teman-teman!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun