Pemilu 2024 sudah menghitung mundur dan akan digelar delapan bulan dari sekarang. Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan konsisten menghiasi hasil survei dari berbagai lembaga independen sebagai bakal calon presiden dengan elektabilitas tertinggi (top three). Menilik presidential threshold—jika tidak ada pergeseran koalisi partai politik—maka ketiganya dipastikan akan mendaftar di akhir tahun ini. Begitu pula dengan bursa calon wakil presiden yang mulai digodok. Erick Thohir, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) konsisten melakukan akrobat politik agar namanya tak luput dari buah bibir publik.
Pemberitaan bursa cawapres terhangat antara lain; pertemuan AHY dengan Puan Maharani, digelarnya pertandingan oleh PSSI (dibaca: Erick Thohir) antara tim nasional Indonesia menghadapi tim juara dunia, Argentina, dan berlabuhnya Sandiaga Uno sebagai Ketua Bappilu DPP PPP sekaligus pengusulan dirinya sebagai calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo oleh partai belambang Ka'bah tersebut.
Khusus nama Sandiaga Uno, sebagaimana sudah diprediksi oleh para ilmuwan sosial-politik. Pekan lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabinet Indonesia Maju tersebut resmi bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan secara resmi pula diusulkan sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo melalui hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ke-6 DPP PPP. Akankah daya tawar dari Sandiaga Uno menjadikannya kata sandi menuju istana bagi Ganjar Pranowo?
"Hasil Pilpres 2024 sudah bisa dibaca dari akhir tahun 2022", ujar Fikri Tamau, Akademisi Ilmu Politik sekaligus anggota KPU Kota Depok saat ditemui penulis di kediamannya (14/07/2022)
Pada penghujung tahun 2022, Ganjar Pranowo sudah memuncaki berbagai hasil survei elektabilitas calon presiden 2024—sekalipun terdapat friksi di internal PDI Perjuangan antara pendukungnya dengan pendukung Puan Maharani. Hal tersebut dapat disidik dari ungkapan Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia pada acara Musyawarah Nasional (Munas) Himpunan Pengusahan Muda Indonesia (HIPMI) di Surakarta (21/11/2022)
Selang beberapa waktu, Sandiaga Uno sudah dirumorkan akan hengkang dari Partai Gerindra. Disinyalir nampak 'ketertarikan' Sandiaga Uno terhadap Partai Kabah setelah dirinya tidak pernah absen dari undangan kegiatan PPP di berbagai daerah, 'tiket' pilpres adalah alasan kuat rumor kepindahannya. Hal tersebut tidak dibantah oleh Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco (29/12/2022)
Konsisten, dua tokoh tersebut selalu mengisi deretan hasil survei elektabilitas calon presiden dan wakil presiden 2024. Hingga terang benderang tatkala di penghujung April 2023, PDIP secara resmi mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dan disusul oleh PPP beberapa hari berselang. Tidak terlalu mengejutkan jika beberapa hari terakhir kabar duet antara Ganjar Pranowo dan Sandiaga Uno dipastikan 'lari' bersama pada pesta demokrasi tahun depan. Secara historis, fenomena Mega-Bintang pada pemilu 1997, koalisi Banteng-Bintang pada pemerintahan 2001 - 2004, dan terkahir pada pemilu 2019 sudah membuktikan bahwa formula nasionalis-religius gaya Megawati Soekarnoputri yang diwarisi dari Bung Karno—pada pemilu 1955 hingga gagasan Nasakom 1956—telah teruji mulus di kancah perpolitikan Indonesia.
Berbeda dengan Megawati, Presiden Joko Widodo sebagai zoon politicon memiliki formula tersendiri. Survei elektabilitas dan persepsi publik merupakan tolak ukur Joko Widodo dalam merumuskan kerjasama politik. Oleh karena itu, elektabilitas tokoh di 'public market' sangat memengaruhi restunya. Ganjar Pranowo merupakan sosok suksesor idelogis Presiden Joko Widodo. Kesamaan partai politik, almamater kampus, hingga latar belakang kelas sosial-ekonomi di masa muda, dan hasil survei elektabilitas Gubernur Jawa Tengah tersebut berhasil membuat Joko Widodo memberikan lampu hijau. Setali tiga uang, nama Sandiaga Uno yang potensial di survei elektabilitas calon wakil presiden turut membuat Presiden Joko Widodo bersedia memberikan 'arahan' untuk anak buahnya di kabinet tersebut.
Dalam rentang waktu satu semester ke belakang, dinamika politik yang berangsur-angsur sudah mengerucutkan segelintir nama dari masing-masing koalisi peserta Pemilu 2024. Salah satunya dari kerjasama politik (dibaca: koalisi) antara PDI Perjuangan dan PPP. Tidak akan lama, kerjasama politik partai pengusung ini akan mengumumkan secara resmi calon presiden dan wakil presiden bersama dengan partai-partai pendukung lainnya.
Potensi dari pasangan Ganjar Pranowo yang diusung PDI Perjuang dan Sandiaga Uno yang diusung oleh PPP relatif baik. Sekalipun rentang usia antara keduanya terpaut dekat, ceruk pendukung (pemilih) dari keduanya sangat berbeda. Ganjar Pranowo memiliki basis pendukung mayoritas nasionalis, non-muslim, mendomonasi Jawa Tengah-Bali, dan lintas generasi. Sedangkan Sandiaga Uno memiliki basis pendukung umat Islam, di luar Jawa, dan generasi milenial. Jika Prabowo Subianto identik dengan budaya militeristik, Anies Baswedan dengan gaya akademisi, Ganjar Pranowo memiliki tipe kepemimpinan berbasis pop-culture, luwes, dan gaya aktivisme merakyat ala Joko Widodo. Sandiaga Uno melengkapi dengan gaya kepemimpinan yang profesional dan moderat.
Sandiaga Uno adalah bakal calon wakil presiden yang pertama kali diusulkan secara resmi oleh partai politik. Jika Zulkifli Hasan, ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN), mengutarakan akan mengusung Erick Thohir sebagai calon wakil presiden tanpa sikap resmi partai. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) melalui mekanisme resmi partai, yakni Muspimnas, telah mengamanatkan Plt. Ketua Umum-nya, Muhammad Mardiono, untuk segera melaksanakan pembicaraan terkait calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo—Sandiaga Uno. (18/06/2023)
Sandiaga Uno disinyalir oleh penulis sebagai bakal calon wakil presiden paling potensial dan menguntungkan jika dipinang. Hal tersebut, karena sosoknya sudah dikenal secara nasional pasca pencalonannya pada pemilu 2019 silam. Selain itu, basis massa yang dimilikinya dari kalangan Islam non-Jawa juga menjadi bagian penting dari proses elektoral. Tidak ketinggalan, kemampuan finansial yang mandiri menambah daftar political capital sehingga membuat daya tawar pria kelahiran Riau ini meningkat.
Melalui pendekatan kebudayaan Weton Jawa Islam-Mataraman (nujum), Ganjar Pranowo yang lahir pada Senin Wage, 28 Oktober 1968, memiliki jumlah neptu 8 (delapan) yang diumpamakan 'lakuning geni' (bersikap seolah api), artinya sosok tersebut merupakan sosok yang berani, berambisi, dan menghangatkan. Sedangkan Sandiaga Uno yang lahir pada Sabtu Pahing, 28 Juni 1969, memiliki jumlah neptu 18 (delapan belas) yang diumpamakan 'lakuning paripurna/api gedhe' (penyempurna), artinya sosok tersebut merupakan sosok yang adaptif dan 'loveable'. Jika keduanya dipasangkan maka neptu akan berjumlah 26 (dua puluh enam) yang berarti 'ratu', maknanya keduanya akan berjodoh dan perjalanan hajatnya akan harmonis.
Elektabilitas dan kiprah dari Sandiaga Uno seolah menjadi kata sandi menuju istana. Sosok calon wakil presiden yang memiliki paket komplit untuk menyempurnakan pasangannya jelang dan pasca pemilihan presiden 2024. Pada artikel ini, penulis memuat opini futurologi-politik (jangka/ramalan/prediksi) yang berdasarkan berbagai displin ilmu secara holistik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H