Mohon tunggu...
Feenda Sekar Dawasti
Feenda Sekar Dawasti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bismillah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM 20107030096

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hindari Silent Treatment, Mualailah Bicara dari Hati ke Hati

3 Juni 2021   20:24 Diperbarui: 3 Juni 2021   20:49 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.ruangmom.com/

Jika kamu pernah merasa bahwa sedang di diamkan oleh orang lain yang hubungannya sangat dekat, seperti pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, atau atasan bahkan tim satu kantor pasti rasanya akan tidak nyaman apalagi kita akan menebak-nebak "sebenarnya aku salah apa sih". 

Nah disini akan membahas tentang apa itu silent treatment, silent treatment ini sangat berbeda dengan fenomena ghosting. Jadi silent treatment ini merupakan salah satu kekerasan emosional yang tanpa disadari membuat efek psikologis yang tidak nyaman bagi para korbannya. 

Dilansir dari psychcentral.com silent treatment ini menurut seorang ahli yang memberikan kajian khusus ternyata merupakan perilaku dimana salah satu pasangan atau individu dalam suatu hubungan mengabaikan yang lain, dan benar-benar memutus kontak melalui segala bentuk komunikasi. 

Contohnya ketika kamu whatsapp tetapi tidak dibalas, telpon tidak diangkat, dan dengan cara apapun tidak akan dibalas, bahkan bisa sampai akun media sosial di block. Sebenarnya untuk era keterbukaan informasi seperti sekarang ini jika kita mau melakukan silent treatment agak sulit, karena pastinya kita tidak bisa terlepas dari yang namanya media sosial. 

Namun, terkadang memilih diam atau menghindari mengatakan hal-hal yang dirasa emosional, takut melukai seseorang yang kita berikan silent treatment, itu jangan salah, hal ini akan membuat korban yang mendapatkan tindakan silent treatment ini merasa kuwalahan dan ada beberapa orang yang menggunakan treatment ini atau teknik silent treatment ini untuk memegang kendali atas sebuah komunikasi.

Seorang Profesor dari University Purdue, Fakultas Psikologi, Kipling Williams mengatakan bahwa perilaku ini dianggap sebagai sebuah kondisi memanipulasi. 

Dengan artian perilaku mengucilkan dan mengabaikan seseorang, seperti bersikap dingin, atau memberikan silent treatment untuk menghukum atau memanipulasi orang lain dapat memberikan rasa sakit yang sama ketika kita mengalami cedera fisik bahkan efeknya lebih sakit dari cedera fisik. 

Dalam penelitian young di tahun 2020, silent treatment ini merupakan kondisi yang kalau dikaji lagi akan mengaktifkan anterior cingulate cortex yaitu bagian otak yang mendeteksi sebuah rasa nyeri sebuah fisik, jadi jika kita menjadi korban silent treatment cobalah untuk mengecek rasa-rasa nyeri di dalam tubuh yang tanpa disadari bangun tidur otot-otot akan terasa lebih kencang pada bagian leher, dada mulai ada chest pink, dan hal ini merupakan efek dari psikologis kita yang mengaktifkan bagian otak kita sehingga rasa nyeri secara fisik ini diakibatkan oleh situasi dimana kita menjadi korban silent treatment ini.

Jika kita lihat sebagai orang yang mendapatkan situasi yang tidak nyaman, mungkin kita bisa menghindari orang tersebut, tetapi jika kita yang melakukan silent treatment ini, apa yang harus kita lakukan? 

Silent treatment ini sering dikaitkan dengan teknik komunikasi seseorang yang membuat relasinya menjadi tidak baik dengan orang lain, artinya jangan sampai kita menjadi pelaku silent treatment tersebut. Maka selalu cek gaya komunikasi kamu, apakah selama ini kamu termasuk orang yang suka menghindar dari masalah?, apakah selama ini kamu termasuk orang yang suka mengakomodasi ketika ada yang mengganjal di hati?, atau kamu tipekal orang yang suka kompromi jika ada sesuatu yang sulit? Atau kamu tipekal orang yang suka bersaing dengan orang lain sampai pada akhirnya silent treatment dijadikan sebagai sebuah tindakan manipulating yang membuat kamu merasa menang dan intimidasi, atau justru kamu tipekal orang yang suka kolaborasi untuk menyelesaikan masalah?

Nah, untuk bisa terhindar sebagai pelaku silent treatment, kita harus melatih diri kita untuk bisa berkomunikasi secara asertif sehingga kita bisa menjadi pribadi yang terus berkolaborasi dan juga komprominya tinggi terhadap orang lain, karena kita tidak bisa memaksa orang lain sesuai dengan ekspektasi kita karena kita belum tentu memberikan ekspektasi yang orang lain inginkan dari diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun