Siapa yang tidak kenal dengan Teory Vygotsky? Seperti Jean Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Menurut Vygotsky anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong. Jadi dalam teory Vygotsky, orang lain memegang peran penting dalam perkembangan kognitif anak.
Teori vygotsky berfokus pada tiga faktor  yaitu ZPP, Scaffolding, Bahasa dan Pikiran.
ZPD
Faktor kunci dari Vygotsky adalah zona jarak perkembangan atau ZPD. Zona jarak perkembangan atau ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan sebenarnya dan tingkat potensial dari anak. Itu berbeda antara tingkat sebenarnya yang termasuk proses yang sudah berkembang, dan ZPD Â yang termasuk proses atau fungsi-fungsi yang masih belum matang/dewasa. Maksudnya adalah rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa.
Faktor utama dari teori ini adalah peran guru atau ahli lainnya yang berpengalaman . Â Ide Vygotsky adalah guru atau orang lain yang berpengalaman memberikan peran utama dalam menuntun anak, memberi masukan-masukan, memberikan strategi-strategi.
Scaffolding
Konsep yang terkait sangat erat dengan konsep ZPD yaitu konsep Scaffolding. Scaffolding adalah perubahan tingkat dukungan.
Tidak seperti Piaget, Vygotsky tidak memikirkan bahwa anak-anak butuh persiapan untuk belajar konsep yang baru, tapi mereka perlu diberikan dengan masalah-masalah diatas tingkat perkembangan mereka. Misalkan, anak belajar tugas baru, guru atau pembimbing menggunakan instruksi langsung. Setelah kompetensi anak meningkat, pendampingan dikurangi.
Bahasa dan Pikiran
Vygotsky menyatakan bahwa kita mengartikan dan mewakili dunia kita melalui bahasa, bahasa adalah sistem simbolis yang mana kita berkomunikasi dan bahwa bahasa adalah alat budaya. Padawalnya bahasa dan pikiran berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan kedalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara eksternal menjadi internal. Ketika anak berbicara pada diri sendiri, mereka menggunakan nahasa untuk menata perilaku dan membimbing mereka. Contohnya, seorang anak yang sedang bermain puzzle mungkin bicara pada dirinya sendiri “ Bagian mana ya yang harus kupasang lebih dulu? Aku coba yang warna hijau dulu, ah. Lalu, aku perlu yang warna biru. Oh, tidak, yang warna biru tidak cocok diini. Aku akan coba yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H