Pandangan matanya kosong, badannya kaku sebelah kanan, bapak itu menepis tangan saya dengan tangan kirinya ketika saya mencoba melihat respon bapak tersebut. Anak perempuan yang berumur 40 tahunan dengan jilbab biru menutupi dadanya menemani saya pada saat pemeriksaan. " Bapak sudah 10 tahun yang lalu didiagnosis alzheimer", " bapak sudah tidak ingat apa-apa, pikirannya kosong, suaranya pun hanya bisa aaa, aaa, atau eee, eee belakangan ini."
Seorang ibu tua berjilbab coklat keluar dari kamar mandi dan bergegas menghampiri bapak dan anaknya. Ibu jilbab biru yang notabene anaknya si bapak, memperkenalkan kalau itu adalah mamanya. Sayapun memperkenalkan diri," Assalammualaikum bu, nama saya dr anisah, saya spesialis bedah saraf, perkenankan saya bertanya dahulu tentang kondisi bapak, sebelum saya mendiskusikan penyakit bapak dengan ibu sekalian." Saya mencoba selalu membuka pecakapan dengan ice breaking dengan mengucapkan salam dan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Agak sulit memang memulai tradisi demikian, apa lagi bangsa kita masih memegang kuat adat timur, yang malu memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Saya mulai bertanya lebih lanjut, "Bagaimana jika bapak lapar, bu?" Sehari-hari dia sudah tidak mengenal lapar atau haus. Kami hanya memberikan makan dan minum sesuai jamnya, misalnya pagi, jam 8, kami berikan makan pagi, selanjutnya jam 12, makan buah, jam 2 siang, makan nasi lagi dan jam 8 malam makan lagi. Bapak sudah sama sekali tidak pernah mengenali anaknya, ataupun mau makan, minum .
Saya melihat kelelahan yang sangat dari sorot matanya dan sambil bicara matanya sudah berkaca-kaca, menahan kesedihan luar biasa. Ibunya berucap, " sudah sepuluh tahun kami merawat bapak begini, awalnya kami tidak tahu penyakit apa, baru begitu salah seorang dokter mengatakan kepada kami diagnosis alzheimer, kami mulai ke sana kemari mencari pengobatan sana-sini. Mulai dari medis, sampai tradisional kami lakukan, dok, tetapi makin lama kelamaan ingatan bapak menghilang sedikit-sedikit. " Padahal bapak itu tidak pernah sakit selama hidupnya, saya kadang sedih, kenapa sekarang seperti ini. Sudah sepuluh tahun kami menjaga bapak."
Kemudian saya jelaskan penyakitnya,"Jadi begini yah, bu. Di otak itu ada namanya oli, seperti oli mesin untuk mobil. Tugasnya melumasi otak dan membuang zat racun dari otak. Nah, di bapak ini, sudah tidak jalan sistem pembuangan olinya, sehingga membengkak terus seperti balon dan menekan otaknya. "
Saya mencoba menjelaskan dengann bahasa yang mudah dimengerti. Ibaratnya kamar ini saja , bu. Luasnya kan dibatasi tembok, itulah gambaran otak kita semua yang dibatasi tengkorak. Nah pada bapak ini, otaknya sudah mulai keriput, ibaratnya banyak orang kurus memenuhi ruangan ini, terus ditambah lagi 1 orang gemuk, kan masih tidak apa-apa. Jadi kondisi alzheimer atau kepikunannya ngak akan membaik dengan jalan tindakan pasang selang di otak.
Saya mencoba diskusinya seinteraktif mungkin, saya lihat dia mengambil handphonemya dan merekam pembicaraan kami. Hmm, saya hanya melirik dan seharusnya dia meminta ijin ke saya untuk merekam pembicaraan. Sopannya demikian. Kemudian saya tambahkan lagi, saya sudah diskusi dengan kolega saya mengenai sakit bapak, idealnya bapak kami sarankan operasi. Tetapi karena bapak berusia 70 tahun, dan sebelum bapak ke rumah sakit juga hanya tiduran saja. Agaknya operasi tidak akan mengembalikan banyak fungsional bapak.
" Sebenarnya kalau melihat CT Scan, bapak ini sudah indikasi untuk dipasang selang yang akan memby-pass pengeluaran oli bapak yang sistemnya terganggu. Hanya saja pada kondisi bapak yang sudah tidur saja, rasanya tidak akan banyak berguna untuk bapak." Kata saya diamini oleh suster cantik berseragam hijau tua yang mendampingi saya. Anaknya yang berjilbab biru bertanya " apa operasinya lama dok?" " Operasi pemasangan selang, termasuk operasi kecil, artinya tingkat kesulitan rendah dan tidak lama berlangsungnya. Hanya saja kami sudah memikirkan masak-masak, kalau itu tidak akan banyak memberikan benefit untuk bapak."
"Bagaimana dengan penumpukan cairan otaknya dok? Apakah bisa ditangani dengan obat-obatan?" Saya menjawab, membantu sedikit bisa, tetapi tetap saya tidak akan berefek seperti operasi.
"Kondisi penumpukan cairan otak akan berlangsung terus, mungkin puncaknya dalam 3 tahun. Jika kondisinya memburuk, kemungkinan besar karena infeksi paru, infeksi ginjal atau luka di punggung belakang, akibat tiduran lama. Penumpukan cairannya tidak membuat pasien meninggal tiba-tiba. " Saya menerangkan dengan perlahan, berharap keluarganya mengerti. Jadi operasi ini bisa membantu penumpukan cairan tidak terjadi, sehingga membantu tidak membuat otaknya tambah buruk, tetapi kepikunannya belum tentu bisa membaik dengan operasi.
Akhirnya perbincangan saya akhiri, mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan, bu. Sebaiknya tetap dipendengarkan alquran, karena meskipun bapak tidak bisa merespon, tetapi bapak masih bisa mendengar. Yang sabar yah bu, bapak itu adalah amanah.