Mohon tunggu...
Feby Usca Putri Airarica
Feby Usca Putri Airarica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya tertarik pada banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Self-Acceptance: Langkah Awal Mengubah Luka Jadi Makna

21 Juni 2022   17:08 Diperbarui: 21 Juni 2022   17:13 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Self-acceptance atau dikenal juga sebagai penerimaan diri merupakan kemampuan untuk dapat menerima diri sendiri tanpa syarat apapun, tidak peduli dengan kekurangan ataupun sifat yang dimiliki. Ada kalanya di mana sebuah rencana tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. 

Perubahan tersebut terkadang meninggalkan jejak trauma yang sulit untuk dilupakan. Kita selalu menyalahkan diri sendiri atas keputusan yang sudah kita buat, jangan jadikan hal tersebut menjadi sebuah penyesalan. Coba untuk berdamai dan tumbuh dengan keputusan itu. 

Kemudian, bagaimana jika trauma tersebut muncul dari penilaian orang lain? Terkadang penilaian tak diperlukan yang disampaikan orang lain meninggalkan bekas luka mendalam bagi diri kita. 

Penilaian-penilaian tidak mengenakkan yang lebih cocok untuk disebut sebagai hinaan untuk mengatur bagaimana kita harus berpenampilan, merendahkan harga diri kita karena ketidakmampuan yang kita miliki, mempertanyakan usaha kita karena tidak sesuai yang mereka inginkan, serta penilaian-penilaian lainnya membuat kita menjadi tidak percaya diri dan mempertanyakan kualitas diri kita. Hal tersebut kerap kali membuat kita susah untuk melangkah maju pada kehidupan sekarang karena pikiran kita masih terpaku pada masa lalu.

Kunci untuk move on dari kejadian tidak mengenakkan yang dialami adalah dengan menerimanya. Menerima di sini dalam artian bahwa kita harus mampu berpikir untuk tidak perlu menghiraukan penilaian orang lain sehingga tidak akan muncul rasa untuk membenci diri kita sendiri. 

Coba untuk menerima dan mengenali diri kita, jangan biarkan perasaan negatif menang atas apa yang ingin kita lakukan. Jangan membandingkan diri kita dengan orang lain, tetap jadilah diri sendiri karena semua orang memiliki cara dan proses mereka masing-masing.

Carl Rogers pernah berkata bahwa “The curious paradox is that when I accept myself just as I am, then I can change.”. Banyak pikiran negatif bermunculan tanpa henti bukan karena kebiasaan buruk kita, tetapi sejatinya karena perasaan terpendam bahwa kita membenci diri kita sendiri. Ketika kita menyembuhkan hubungan kita dengan diri kita, pikiran-pikiran tersebut akan menghilang dengan sendirinya.

Menerima dan menjadi diri kita sendiri merupakan hadiah terbaik yang bisa kita berikan pada diri kita. Ketika hal tersebut terjadi artinya kita sudah tumbuh. 

Karena belajar untuk menerima diri sendiri jauh lebih penting daripada membuat orang lain menerima kita, tentang bagaimana kita melihat dan menghargai diri kita. Pada akhirnya ketika kita sudah bisa menerima dan menghargai diri kita, hal tersebut akan mengajarkan pada orang lain untuk menerima diri kita juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun