[caption id="attachment_157101" align="aligncenter" width="296" caption="Ilustrasi Tawuran Mahasiswa"][/caption] Ini merupakan replikasi dari artikel saya 1 tahun yang lalu dan sebenarnya saya tidak ingin mengangkatnya kembali. Karena melihat perkembangan ilmu pendidikan dan intelektualitas kaum mahasiswa yang semakin menunjukkan kualitasnya. Tetapi, ketika saya membaca berita online (4/10/2011), terkait tawuran antar mahasiswa yang terjadi kembali di Gorontalo dan Lampung.
Setelah diusut, ternyata masalahnya hanyalah masalah sepele. Hal ini memperkuat kembali pernyataan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Jusuf Kalla, yang saya kutip 1 tahun yang lalu dari kompas.com. Beliau yang juga merupakan mantan aktivis mahasiswa. Beliau mengatakan, seringnya kerusuhan dan tawuran yang terjadi antara aktivis ataupun mahasiswa, merupakan cerminan suatu aktivitas dan tindakan primitif.
Pernyataan tersebut memang tampak menghakimi para mahasiswa khususnya kaum aktivis mahasiswa, tetapi saat ini realitas tersebut memang benar adanya, seperti kejadian 1 tahun yang lalu. Dimana bentrokan besar antara aktivis HMI dengan polisi di Makassar, karena persoalan kecil yaitu senggolan motor, kemudian berlanjut pada kerusuhan massal yang seharusnya dapat diselesaikan dengan kepala dingin. Tindakan tersebut tidak hanya terjadi di Makassar saja, tetapi diseluruh Indonesia, sampai-sampai karena persoalan sepele atau karena tidak ditemuinya kesepakatan tentang sebuah kebijakan di kampus, mahasiswa antar fakultas yang secara lembaga masih satu universitas bisa terlibat saling bentrok dan merusak kampusnya sendiri. Inikah gambaran lingkungan kampus, khususnya kaum mahasiswa yang kadang mengatasnamakan aktivis mahasiswa sebagai dasar aktivitas dan tindakannya saat ini?
Apa yang sebenarnya terjadi dengan mahasiswa saat ini, sehingga pada setiap perselisihan antar mahasiswa ataupun institusi kadang berakhir dengan ricuh dan bahkan sampai jatuhnya korban baik luka hingga meninggal dunia. Benarkah mahasiwa dalam bertindak, saat ini lebih sering terlibat keributan atau bentrokan? Seperti perihal yang terjadi di Makassar, Gorontalo, Lampung, dan daerah lainnya. Mungkinkah kita memperoleh gambaran, bahwa mahasiswa merupakan kaum intelektual yang ramah serta sebagai pelaku perubahan dan pemimpin masa depan bangsa, ataupun dalam bertindak lebih mengedepankan akal dan logika.
Guna untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan mahasiswa saat ini dan apakah benar seorang mahasiswa dalam setiap aksinya sering terlibat keributan ataupun kericuhan. Mari kita cermati proses seorang mahasiswa berproeses dalam dunia kampus. Mahasiswa, tidak hanya belajar dalam konteks kuliah semata tetapi mereka juga belajar banyak tentang solidaritas, pola pikir, kebersamaan, keorganisasian pada organisasi kampus.
Dalam hal ini, jika mahasiswa memperoleh proses pembelajaran berupa pengetahuan dan pengalaman sehingga terbentuk karakter kepemimpinan yang kuat bagi para mahasiswa yang aktif dalam dunia kampus. Disamping itu, seorang mahasiswa yang terlibat dalam berbagai aktivitas sosial dan ilmiah, juga sering terlibat dalam aksi demo dan diskusi. Biarpun mereka berbeda pandangan dan sering terjadi debat argumen yang panas ataupun berdemonstrasi. Seorang mahasiswa lebih mengedepankan penyelesaian diplomatis dan sistematis berdasarkan intelektual dalam setiap tindakannya, sehingga tetap berada dalam koridor etis dan ilmiah.
Sehingga jika kericuhan dan perselisihan yang sering melibatkan mahasiwa khususnya mengatasnamakan mahasiswa ataupun aktivis mahasiswa, dihubungkan dengan fungsi dan karakter seorang mahasiswa di atas ialah sangat berbeda dengan fakta sebenarnya. Karena seorang mahasiswa kususnya yang mengikuti proses, baik di bangku kuliah dan organisasi kampus, dalam bertindak lebih mengedepankan akal dan pikiran dalam setiap aksi dan tindakannya, serta tetap memperhatikan aspek kepentingan umum dan asas kebersamaan.
Hal di atas dibuktikan dengan banyaknya pemimpin dan tokoh bangsa Indonesia yang terlahir dari aktivis mahasiswa seperti : Sutan Sjahrir, Hatta, Budiman Soejamitko, Soekarno, Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, dan banyak lagi tokoh nasional lainnya. Sehinga kalimat Aku Seorang Mahasiswa, Bukan Seorang Perusuh merupakan hal yang pantas dan seharusnya disandang oleh para mahasiswa yang akan menjadi pemimpin masa depan dan agen perubahan.
Purwokerto, 4 Oktober 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H