Wabah COVID-19 yang masih menjadi permasalahan kompleks di Indonesia serta pemberlakuan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sampai PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) telah membawa masyarakat pada tatanan kehidupan baru, yang sejak 2020 dikenal dengan istilah "new normal". PSBB sendiri merupakan peraturan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 agar bisa segera dilaksanakan di berbagai daerah. Aturan PSBB tercatat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020, yang mana jadi pertimbangan juga untuk menyusun aturan-aturan yang terdapat dalam PPKM.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mencegah meluasnya wabah ini otomatis membawa tatanan kehidupan baru di berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Adapun kegiatan-kegiatan yang menyangkut tatanan kehidupan baru ini antara lain seperti memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, bekerja serta sekolah dari rumah, dan rajin mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer.
 Tatanan kehidupan baru atau new normal masih terus berlangsung sampai hari ini, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan dan kegiatan ekonomi. Mengingat vaksinasi COVID-19 baru mencapai 24,49 persen di Indonesia, maka masih cukup jauh harapan untuk bisa kembali menjalani kehidupan seperti sebelum pandemi melanda. Maka dari itu, pihak pemerintah selaku stakeholder (pemangku kepentingan) wajib mencari cara untuk memanfaatkan segala potensi yang dimiliki negara dalam bertahan menghadapi pandemi dan bangkit dari keterpurukan, mengingat tantangan serta dampak pandemi COVID-19 cukup berat. Banyak UMKM yang tutup, kemiskinan meningkat dan pengangguran bertambah. Karenanya perlu inovasi dan kreativitas mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang potensial.
Pemerintah Indonesia dalam fase new normal membuka secara bertahap beberapa kegiatan produktif, tetapi dianggap cukup aman dari penyebaran wabah, dengan ketentuan kegiatan-kegiatannya mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah menetapkan sembilan sektor ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak untuk dibuka kembali, seperti pertanian serta peternakan, perkebunan, perikanan, industri, konstruksi, logistik, transportasi barang, pertambangan dan perminyakan. Penilaian terhadap sektor-sektor ekonomi yang dibuka berdasarkan pada risiko terhadap ancaman COVID-19 yang tidak tinggi, namun memiliki dampak ekonomi yang besar seperti penciptaan lapangan pekerjaan yang luas.
Perubahan gaya hidup selama pandemi COVID-19 yang cenderung membatasi kontak secara langsung akan mentransformasi struktur perekonomian pada era new normal menuju less contact economy. Kegiatan ekonomi yang berkembang pada masa new normal ditandai oleh adanya hyperconnectivity antar manusia melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Sebagai contoh, perkantoran kemungkinan akan melanjutkan kebijakan kerja dari rumah atau Work from Home (WFH) pada masa new normal sehingga akan berpengaruh pada pola kerja yang lebih mengandalkan alat digital. Masyarakat juga akan cenderung melakukan aktivitas jual beli dan transaksi secara online. Perubahan gaya hidup akibat pandemi COVID-19 tersebut memberikan peluang untuk berkembangnya beberapa industri yang bergerak dibidang e-commerce, financial technology, jasa telekomunikasi, dan logistik. Dari peluang ini, pemerintah kiranya bisa melihat dan memaksimalkan potensi yang diberikan oleh masyarakat Indonesia. Adapun peluang yang sangat nyata di depan mata, yaitu potensi berkembangnya ekonomi digital dan ekonomi kreatif.
Saya sebagai seorang mahasiswi di salah satu universitas negeri di Indonesia yaitu Universitas Airlangga, ikut memperhatikan kondisi ini. Pemerintah, pelaku usaha hingga akademisi memberi perhatian pada potensi ekonomi digital menjadi salah satu penyelamat perekonomian nasional saat menghadapi pandemi COVID-19. Ekonomi digital terbukti tetap tumbuh di tengah lesunya banyak bidang pada masa pandemi ini (salah satu contoh bidang yang terpuruk oleh pandemi, ialah bisnis transportasi dan pariwisata).
Contoh pemanfaatan potensi ekonomi digital di Indonesia, terdapat pada berita di Mei 2021, tentang perusahaan digital terintegrasi PT Sinergi Solusi Digital Tbk atau Surge mempersiapkan sejumlah konsep berbasis solusi wirausaha untuk mengoptimalkan percepatan adopsi penggunaan internet sekaligus mendukung transformasi digital Indonesia. Menurut CEO Surge, Hermansjah Haryono, suatu ekosistem digital terintegrasi akan mampu mempercepat transformasi digital dan mendorong potensi ekonomi di tengah pandemi, sehingga diharapkan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat.
Sebagai solusi-preneur atau enabler dari transformasi digital di Indonesia, Surge memiliki tiga pilar ekosistem digital, yakni periklanan digital, pengembangan aplikasi, serta infrastruktur jaringan internet. Surge fokus mendorong digitalisasi lingkungan publik melakui konsep offline-to-online aset media, serta pengembangan aplikasi smartphone yang didukung jaringan infrastruktur internet yang dijalankan secara terpadu dan mandiri. Melalui anak usahanya, Surge telah menghadirkan aplikasi lewat integrasi ekosistem yang dibangun, di antaranya LiniPoin, aplikasi loyalty bagi para pengguna commuter line Jabodetabek, digitalisasi pasar melalui akses wifi gratis dan fasilitas periklanan digital bagi para pedagang di 13 pasar tradisional PD Pasar Jaya. Ada pula aplikasi KAI Access yang memudahkan memesan tiket kereta api jarak jauh, aplikasi Jak Lingko sistem transportasi terpadu Jakarta, aplikasi Laper Nih (aplikasi pengantaran makanan), MuslimApp (aplikasi muslim), dan SobatTani (aplikasi yang membantu pemasaran hasil panen). Surge sendiri, secara berkelanjutan akan terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong percepatan transformasi digital layanan publik, karena Surge melihat bahwa potensi akan transformasi digital masih sangat besar di Indonesia.
Selanjutnya soal ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif secara perlahan menjadi tulang punggung perekonomian. Potensinya kian membesar karena sektor inilah yang terbukti bertahan dalam menghadapi segala dinamika, termasuk kala pandemi COVID-19 yang melanda dunia.
Perhatian serius terhadap ekonomi kreatif bukan main-main. Seperti diungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno di beberapa kesempatan. Berdasarkan data Focus Economy Outlook 2020, ekonomi kreatif menyumbang sebesar Rp1.100 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sepanjang tahun 2020.
Sedangkan dukungan dari pemerintah terhadap ekonomi kreatif di Indonesia kala pandemi ialah penuturan dari Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian, yaitu banyak fasilitas yang diberikan kepada para pelaku usaha kreatif konvensional dari Kemenkop UKM, Perindustrian, Kemenko Perekonomian yang mengeluarkan kartu prakerja juga mendorong masyarakat menjadi entrepreneur. Kemenpora juga punya  program yang mendorong kreasi dan inovasi wirausaha melalui perguruan tinggi.
Hetifah juga menyatakan, Kemenparekraf juga meluncurkan Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) berupa peralatan, modal tetap atau kerja, sewa atau beli software dan hardware, sewa ruang kerja dan pembayaran jasa untuk usaha kreatif yang sedang berkembang. Diharapkan BIP dapat bermanfaat merata ke banyak jenis usaha kreatif. Karena tidak terlalu banyak yang digelontorkan, sebab anggaran terbaru Kemenparekraf tahun mendatang di potong Rp1 Triliun yang dicanangkan untuk tahun 2022. Tapi ada hibah Rp3,7 Triliun untuk membantu usaha di destinasi tertentu yang terdampak pandemi, seperti tempat wisata yang menghidupi ratusan orang perajin oleh-oleh. Hibah ini lebih meluas sampai ke pengusaha travel wisata. Hefifah berharap, pelaku usaha yang terlibat dapat hidup lagi.
Industri kreatif memang berbeda dari industri biasa. Ada sentuhan nilai yang berada di dalamnya. Membuat produk biasa namun karena dikemas lebih menarik membuat nilai jual lebih tinggi. Dibutuhkan terobosan untuk hal tersebut yang digunakan sebagai peluang usaha baru seperti makanan yang dibentuk seperti parcel. Pandemi membuat silaturahmi hanya diwakilkan oleh bingkisan, diharapkan pelaku usaha kreatif jeli melihat kebutuhan dan peluang ini.
Di era digital yang kian meluas ini, sudah seharusnya UMKM naik kelas dengan masuk platform e-commerce. Diketahui sepanjang tahun 2020 data Google mengungkap trending urutan pertama yang dari mesin pencari adalah cara daftar UMKM, lalu di urutan kedua bagaimana menjadi YouTuber pemula, dan ada di urutan ketiga yaitu cara menjadi reseller.
Sementara itu, berdasarkan survei di Amerika lebih dari 50% orang yang membeli saat ini mencari barang tidak lagi di google, tapi langsung di marketplace. Penduduk di sana diketahui sudah sangat terbiasa dengan ruang digital dan para pedagang UMKM pun merasa harus mencari ceruk pasar juga di marketplace.