Muhammad Prima Dzikri atau akrab dipanggil Prima, lahir di Jakarta, pada tanggal 18 Juni 2002. Prima merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang terdiri atas dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Prima lahir dari pasangan Sachrul dan Muhinah. Ayahnya merupakan keturunan dari Kalimantan, Jepang, Banten dan Jawa. Sedangkan ibunya merupakan keturunan dari Betawi China. Walaupun memiliki berbagai latar belakang yang berbeda dari kedua orang tuanya, Prima tetap menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-harinya.Â
Muhammad Prima Dzikri pernah bersekolah di SD Tadika Puri, Jakarta dan melanjutkan sekolahnya di SMP Muhammadiyah, Jakarta. Lalu, ia melanjutkan pendidikanya di SMK Multimedia Sumbangsih , Jakarta. Setelah lulus SMK, ia melanjutkan pendidikannya di Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Presiden yang kini tengah menempuh semester 4.Â
Semasa menempuh pendidikan, Prima merupakan anak yang cerdas, aktif dan ambisius. Ini dibuktikan dengan berbagai prestasi dan penghargaan yang telah ia dapatkan selama di sekolah. Sejak di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah kejuruan, Prima selalu berhasil menempati peringkat 3 besar di sekolahnya. Karena kepintarannya ini, tak jarang ia juga mengikuti berbagai perlombaan. Baik perlombaan antar sekolah maupun perlombaan berskala nasional.Â
Walau memiliki banyak teman, ia selalu memiliki pendirian yang teguh dan jauh dari kata "ikut-ikutan teman". Hal ini dibuktikan pada saat ia lulus sekolah menengah pertama, banyak teman-temannya memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas). Berbeda dari teman-temannya yang lain, Prima memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang  SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Walau memilih jalan yang berbeda, Prima membuktikan sebuah pepatah yang mengatakan bahwa "emas tetap emas, sekalipun diletakkan di dalam lumpur". Sekalipun ia memilih jalan yang berbeda, Prima tetap menjadi anak yang berprestasi dimanapun ia berada.
Siapa sangka, belum genap 6 bulan bersekolah di SMK, Prima berhasil menjadi ketua osis di sekolahnya dan menjadi ketua osis pertama di Jakarta yang masih duduk di bangku kelas 1 SMK. Walaupun saat mencalonkan diri ia mendapat banyak pro dan kontra dari orang-orang disekitarnya. Bahkan, tidak sedikit orang yang ingin menjatuhkannya. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap mencalonkan diri sebagai ketua osis.Â
Pada saat itu, ia berambisi untuk membuktikan dirinya dan kepada orang-orang yang menganggap dirinya tidak pantas untuk berada di posisi tersebut, yang pada saat itu masih berstatus sebagai junior. Namun, melalui inovasi-inovasinya yang cemerlang dan kemampuan berbicaranya yang sangat baik, ia akhirnya berhasil meyakinkan seluruh warga sekolah untuk memilihnya sebagai ketua osis. Pencapaian itu berhasil ia dapatkan, tak terlepas dari dukungan teman-temannya yang mempercayainya dan selalu mendukungnya untuk tetap melangkah maju.Â
Selama menempuh pendidikan di SMK, Prima mengambil jurusan Multimedia. Ia memilih kejuruan multimedia karena ia bercita-cita menjadi seorang Graphic Designer dan Filmmaker. Untuk menggapai cita-citanya ini, ia terus berlatih dan mengasah kemampuannya di bidang tersebut. Sejak berada di kelas 1 SMK, ia telah mengikuti lomba desain dan lomba wawasan kewarganegaraan. Berkat tekad dan kemampuannya, ia berhasil menempati posisi juara umum ataupun juara dua.Â
Menjelang di masa-masa akhir sekolahnya, dimana waktu yang seharusnya ia habiskan untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, ia putuskan untuk mengikuti Gelar Karya Film Pelajar tahun 2019. Gelar Karya Film Pelajar merupakan ajang kreativitas tahunan dan pencarian bakat baru di industri film yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Pengembangan Perfilman. Ajang kreativitas pada tahun tersebut dipimpin oleh bintang film "Habibie & Ainun", yakni Reza Rahardian, dengan mengusung tema "Semangat Kebhinekaan Generasi Milenial". Melalui tema ini, Prima dan teman-temannya berhasil menghasilkan sebuah karya film pendek yang berjudul "Bidak".Â
Film yang menceritakan tentang arti kebhinekaan Indonesia melalui bidak-bidak catur ini, berhasil meraih juara 1 kategori "Penulisan Film Pendek Fiksi GFKP 2019". Berkat prestasinya tersebut, film "Bidak" disiarkan secara langsung oleh tv nasional TVRI (Televisi Republik Indonesia) dan ditayangkan secara terbatas oleh bioskop tanah air yakni, Bioskop XXI. Pencapaian yang sangat luar biasa ini berhasil mengharumkan nama sekolahnya. Sekaligus membuktikan bahwa anak-anak bangsa Indonesia adalah anak-anak cerdas dan bertalenta.Â
Memiliki cita-cita sebagai pebisnis sukses, Prima memutuskan untuk berbisnis di bidang makanan dengan nama brand "Tahu Urban". Bisnis "Tahu Urban" miliknya menjual makanan tahu goreng yang diklaim olehnya dirinya bahwa rasanya mirip sekali dengan ayam goreng KFC (Kentucky Fried Chicken). Bisnisnya ini telah ia rintis sejak pandemi di akhir masa-masa sekolahnya dan berjalan sukses hingga kini. Berkat kesuksesannya tersebut, Prima memperluas bisnisnya dan berhasil membuka 3 cabang "Tahu Urban" baru.Â
Tak hanya membuka cabang "Tahu Urban", ia juga membuka bisnis lain, yakni bengkel modifikasi motor bersama dua orang temannya. Bisnis bengkel motor ini mereka namakan "Vatrick Garage" dengan omset puluhan juta perbulan. Meskipun sibuk mengelola bisnis, Prima tak pernah mengabaikan pendidikannya di Universitas Presiden. Walau ambisinya untuk  meraih IPK 4 di setiap semester dan aktif berorganisasi di kampus harus terhambat karena kesibukannya dalam mengelola bisnis yang ia miliki sekarang.Â