Mohon tunggu...
Feby Siahaan
Feby Siahaan Mohon Tunggu... -

Lulus S1 Teknik Sipil UNPAR tahun 1996, dan melanjutkan S2 di Rotterdam Business School, Netherland tahun 2003 atas beasiswa dari pemerintah Belanda. Mengawali karir sebagai penulis/reporter ekbis di Majalah D&R (s/d thn 1999), TEMPO (s/d 2005). Hingga kini berkarir profesional di sebuah konsultan keuangan di jakarta sebagai Associate Manager Training&Development division. Juga aktif mengajar dikampus, korporat maupun kementrian untuk topik Media Handling, Interview Skill dan writing skill for Humas/PR. Saat ini sedang mengambil kuliah paskasarjana di UPH untuk bidang komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

4 Hal yang Harus/Jangan Anda Ajarkan ke Anak

7 Oktober 2014   16:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412648888450786204

Note: Yang saya tulis dibawah ini, adalah berdasarkan apa yang saya lihat dan hasil perbincangan saya selama kurang lebih 9 tahun menjadi pengajar. Entah itu dikampus dengan para mahasiswa yang baru saja lepas dari 'indahnya' masa masa SMA, juga saat saya mengajar (tepatnya menjadi mentor Writing Skill) beberapa waktu lalu untuk anak anak SMP disebuah SMP swasta ibukota.

------ ---------

Pertama, ajarkan anak  bagaimana bertahan hidup.

Anda bisa jadi orang kaya, sukses dikantor dengan gaji puluhan juta. Otomatis anak anak Anda menikmati, dong. Tapi jika orang sekaliber William Soerjajaya (pendiri Astra) itu saja pernah jatuh (nyaris) bangkrut, apalagi Anda.  Bukan tidak mungkin anak Anda suatu hari harus memulai dari NOL, mengirim puluhan bahkan ratusan lamaran kerja dan GAGAL. Jadi pengangguran. Dia harus jadi anak kos kosan/menyewa rumah petak atas BIAYA SENDIRI. Ada saatnya dia harus makan nasi satu kali sehari. Ajarkan dia bagaimana hidup pas pasan tanpa harus SAKIT MAAG (banyak makan buah, misalnya). Ajarkan dia bagaimaan mengenali COPET, JAMBRET. Ajarkan dia bagaimana supaya tidak jadi MANGSA orang jahat. Ajarkan dia bagaimana menjual permen. Ajarkan dia bicara....persuasif....beragumentasi dengan wajar. Ajarkan dia tentang 'kebijaksanaa' karena mungkin 30 tahun dari sekarang, saat Anda sudah tidak lagi ada didunia ini, mereka akan menghadapi hal hal tersulit didalam hidup mereka.

These are things in life, yang kesannya ecek ecek, tapi bernilai mahal.

Sebaliknya, JANGAN biarkan dia menjadi penikmat fasilitas. Saya sudah sering melihat mahasiswa/i saya yang otaknya tumpul. Mungkin karena TERLALU malas, semua serba tersedia sampe BERPIKIR pun malas. Lama2 bernapas pun dia malas juga.......

Kedua, ajarkan dia tentang alam. Bukan Mal dan shopping center.

Anda tau, suatu hari dia bisa sedang camping bersama teman2nya dan tersesat dihutan. Atau mungkin mobilnya mogok dibukit yang sepi. Atau mungkin (amit2) pesawatnya nancep dihutan rimba. Survey membuktikan orang yang terlalu 'rumahan' akan jadi pecundang saat berada dialam terbuka.  Belikan dia buku2 "how to survive in.......hutan kek, atau apa lah".  Ajari dia berenang, biarkan dia hitam legam, lecek, burem karena terbakar sinar matahari. CHILDREN are naturally love nature.  Biarkan dia menikmati segarnya mandi hujan (tapi tidak ditengah kilatan petir....ajari juga tentang bahaya petir), tiduran dirumput.  Biarkan dia menikmati aroma tanah yang habis tersiram hujan (biar jangan sinus karena kebanyakan nyium parfum).

Sebaliknya, jangan biarkan anak Anda tumbuh menjadi orang yang takut pada alam terbuka.  Itu cuma membuat dia jadi orang yang berwawasan sempit dan tidak cerdas (mungkin pintar, tapi tak cerdas apalagi cerdik).

Ketiga, ajarkan dia tentang Tuhan (apapun agama Anda).

Tentu Anda sudah pernah membaca koran tentang bagaimana ABeGe sekarang memilih mati cuma karena patah hati (ini terjadi dengan mahasiswi dikampus tempat saya dulu mengajar); melakukan hal hal bodoh termasuk rela dibully cuma karena takut tak dapat teman. Ajarkan sedari DINI bahwa dihidup ini bergantung pada manusia, mengharap pujian dan pujaan yang sementara itu adalah sebuah kebodohan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun