Pada hari Senin tanggal 11 April 2022 adalah hari demo akbar yang diselenggarakan beberapa aliansi mahasiswa di seluruh Indonesia. Pergerakan aliansi mahasiswa ini juga menyulut semangat Mahasiswa IAIN Kendari untuk memindahkan perkuliahan di "jalan". Pagi hari, tepatnya pukul 07.30 WITA para mahasiswa dari berbagai fakultas di IAIN Kendari mulai melancarkan aksinya. Aksi demo yang diselenggarakan beberapa waktu lalu itu mengangkat beberapa isu yang sedang hangat di perbincangkan, salah satunya yaitu isu terkait kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terjadi per tanggal 1 April 2022. Pemerintah telah memutuskan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi menjadi Rp 12.500 per liter melalui PT Pertamina (Persero). Bahan bakar jenis Pertamax adalah yang dipilih oleh pemerintah mengalami kenaikan harga karena dinilai tidak terlalu mengganggu daya beli dari masyarakat. Hal itu selaras dengan BBM jenis pertamax yang target pasarnya merupakan orang-orang kelas menengah ke atas yang mengonsumsi BBM dengan kualitas bagus dan eco-friendly.Â
Kontribusi antara pemerintah dan Pertamina menetapkan kenaikan harga pertamax nonsubsidi dipertimbangkan atas dasar BBM nonsubsidi tidak berdampak signifikan kepada inflasi sebab konsumen Pertamax adalah golongan menengah ke atas dengan kendaraan mewah. Konsumsi Pertamax sendiri di pasaran sebesar 17% sedangkan BBM bersubsidi sebesar 83%. Apabila Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi mengalami kenaikan harga maka hal itu akan berdampak ke berbagai sektor. Karena itulah bukan BBM bersubsidi yang mengalami penyamarataan harga dengan kondisi pasar dunia di mana minyak mentah saat ini mengalami lonjakan harga yang sangat fantastis.
Kenaikan harga minyak mentah cukup fantastis, yang tadinya berkisar 50-60 Dollar/barrel saat ini mencapai kurang lebih 100 Dollar/barrel. Melonjaknya harga minyak mentah di pasar dunia tidak lain disebabkan oleh konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Oleh sebab itu, apabila pemerintah melalui Pertamina tidak menaikkan harga BBM menyesuaikan mekanisme pasar dunia maka akan berdampak juga kepada APBN. BBM bersubsidi sejenis Pertalite dan solar dijadikan sebagai BBM penugasan yang disubsidi dan tidak mengalami kenaikan harga. Sedangkan BBM nonsubsidi berjenis Pertamax mengalami kenaikan harga tetapi tetap disesuaikan harganya dengan melihat kepentingan ekonomi nasional.
Kenaikan harga Pertamax hanya berdampak kepada masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah ke atas. Selama bukan harga Pertalite yang merupakan BBM yang dikonsumsi banyak masyarakat tidak akan berpengaruh besar terhadap tingkat inflasi dan daya beli masyarakat. Pedagang sayur, tukang ojek, sopir mobil juga masyarakat menengah ke bawah lainnya tidak akan merasakan dampak signifikan dari kenaikan harga Pertamax. Yang diuntungkan dari demo penolakan kenaikan harga BBM kali ini adalah orang-orang kaya bermotor dan bermobil mewah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H