Aku duduk dengan manis di kursi taman kota setelah mengiyakan ajakan si pengirim pesan tadi.
"Mau es krim nggak?" tawarnya
"Boleh."
"Oke, tunggu ya"
Aku perhatikan ia yang terlihat asyik berbincang dengan abang penjual es krim itu. Hubungan yang telah berjalan hampir satu tahun ini, membuatku bersyukur bisa mengenal laki-laki itu. Vino namanya, dengan caranya ia membuat aku merasa dicintai. Meski tak banyak keluh kesah yang aku bagikan dengannya, karena takut membuat ia semakin merasa tak nyaman.
Di atas meja belajarku, buku bersampul biru muda itu bertengger dengan manisnya. Bibirku tak henti menyunggingkan senyum saat mengingat perkataan si pemberi buku ini siang tadi,
"Ini buat kamu, kamu bisa menulis apapun yang memenuhi isi kepalamu di buku ini, jangan dibiarin penuh, nanti berat, bisa bikin kamu sakit kepala,"
"Tapi lebih bagus lagi, kamu bisa ceritain hal-hal yang mengganggu pikiranmu ke aku, aku pendengar sejati tau."
Sejak kapan Vino belajar jadi cenayang? Apakah ia setau itu tentang isi kepalaku? atau hanya menerka-nerka?!
Dengan hati-hati aku membuka lembaran pertama, mengambil pena, tapi apa yang harus aku tulis dahulu?
Selasa, 7 Oktober 2022