Mohon tunggu...
By
By Mohon Tunggu... Penulis - Merakit jadi cerpenis

Ini adalah aku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mencoba Bersahabat dengan Skoliosis

12 Februari 2022   16:10 Diperbarui: 12 Februari 2022   18:32 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Duh, kok sampai seperti ini, kalo ini sudah harus di operasi" kata dokter Ortopedi sambil melihat hasil rontgenku yang kuterima 1 tahun lalu. Ini adalah kali kedua aku mengunjungi rumah sakit untuk memeriksakan punggungku. Berharap akan ada solusi lain semacam "fisioterapi", namun ternyata tetap usulan "operasi" yang kudapat.

Yah, aku adalah seorang gadis dengan kelainan di tulang belakangku. Tulang punggung yang seharusnya lurus malah bengkok ke kanan, istilah medisnya "Skoliosis". Punggung bengkokku aku ketahui sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Awalnya memang kurang percaya, tapi memang seperti inilah keadaanku dan berlangsung hingga sekarang dengan umurku yang sudah mencapai dua puluh tahun. 

Aku berdiri menyamping di depan kaca dengan memperhatikan punggungku yang entah sudah berapa kurva lengkungan di tulang belakang ini. Sekelibat bayangan masa SMP menyelinap masuk dalam ingatanku, "Eh, punggung indah ada yang beda ya", kata teman SMP ku yang memergoki kondisi punggungku saat aku sedang mengikuti latihan olahraga yang mengharuskan membungkukkan punggung. Setelah perkataan itu terdengar, seketika seluruh pasang mata memperhatikanku, dan kudengar suara bisik-bisik yang sangat menganggu pendengaranku. Tanpa memperdulikan mereka, aku berlari menuju kelas menghentikan aksi latihanku. Tak berapa lama, kulihat teman-temanku yang tak kuharapkan kehadirannya mulai memasuki kelas. Tak ada obrolan yang terdengar, mereka berlalu melewati bangku yang aku duduki. Namun suara bisik-bisik di belakangku mulai terdengar lagi, kucoba kebalkan telinga dan berusaha untuk duduk setegak mungkin agar punggung bengkokku tidak kentara. Sejak kejadian itu, teman-teman sekolahku mulai mengetahui keadaan punggungku, dan kurasakan ada yang berbeda dengan sikap mereka terhadapku. Aku hanya bisa diam dan bertahan hingga masa Sekolah Menengah Pertama usai.

Keadaan punggungku yang seperti ini membuat aku harus lebih berhati-hati untuk melakukan aktivitas sehari-hari jika tidak ingin lengkungan di punggungku semakin parah. Namun, aku juga tidak mungkin hidup terus-menerus di bawah ketiak orang tua, di usia ku yang sudah menginjak dua puluh tahun ini membuat aku harus sedikit melupakan keadaan punggungku demi seonggok rupiah untuk masa depanku. "Indah, tolong angkatkan galon di depan itu ya", yah itu suara majikanku, saat ini aku sudah berada di tempat kerjaku.

Aku bekerja di salah satu warung bakso di daerah tempat tinggalku, pekerjaan ini aku lakukan agar aku bisa membayar SPP kuliahku untuk semester depan. Tanpa memperdulikan kondisi punggungku, segera kuangkat galon itu menuju singgasananya. Malam terasa sudah semakin larut, kurebahkan tubuhku diatas kasur kesayangan setelah berjam-jam berteman dengan kuah bakso.

Langkah kecilku membawaku ke ruang kelas, tempat aku menyerap ilmu pagi ini. Kulihat teman-temanku sudah duduk rapi di atas kursi kebanggaannya. "Indahhh.." panggil teman akrabku sambil menepuk-nepuk kursi disebelahnya, sudah menjadi kebiasaan dia menyiapkan tempat duduk untukku ketika dia datang lebih dulu. Kududuki kursi itu sambil melempar senyum akrab kepadanya. Dia satu-satunya teman yang sangat dekat denganku daripada teman-teman lainnya, namun kedekatan kami tak serta merta membuat dia tau mengenai kondisi punggungku. Kututupi kondisi ini dengan sebegitu rapatnya. Bukan aku tak percaya padanya, namun rasa ketakutan itu yang mendominasi.

Jam mata kuliah telah usai, kuseret langkahku keluar kelas bersamaan dengan sosok yang telah berhasil menempatkan namanya di hatiku sejak aku mengenalnya di kelas ini. Aku hanya bisa mengagguminya dalam diam, dia seakan jauh untuk aku gapai. Sikapnya yang begitu cuek terhadapku membuat aku mundur sebelum mendekat. Aku juga sadar diri dengan kondisi diriku, rasa kurang percaya diri mulai menggerogoti jiwaku saat dia terlihat begitu dekat dengan sahabat perempuannya yang memiliki postur tubuh ideal dengan wajah cantiknya. Tidak sepertiku yang hanya terlihat seperti gadis miniatur. Yah, kondisi punggungku yang melengkung memberi pengaruh terhadap postur tubuhku, Pertumbuhan tulang yang melengkung membuat tubuhku tidak bisa meninggi . Lagi, untuk apa aku membanding-bandingkan diriku dengan orang lain. Bukankah setiap manusia sudah memiliki porsi nya masing-masing, harusnya aku bisa lebih bersyukur.

Seperti biasa, selesai dari kampus aku langsung menuju ke tempat aku meraup rezeki. Kutaruh tas dan segera aku mulai berkutat dengan mangkok-mangkok kotor yang dibiarkan tergeletak diatas tempat cucian. "Indah, setelah nyuci mangkok tolong belikan gas ya, soalnya gasnya habis" terdengar perintah dari majikanku, "Iya bu" Jawabku setengah berteriak. Mangkok telah bersih dan telah kutata rapi di tempatnya, gas pun telah kubeli sesuai perintah dari majikanku. Sekarang aku sedang berada di depan gerobak bakso, Melayani pembeli yang memesan bakso 20 porsi. Satu persatu pembeli yang datang telah berhasil aku layani, aku pamit pada majikanku untuk menunaikan sholat maghrib karena adzan sudah terdengar sejak beberapa menit yang lalu. Setelah menunaikan kewajibanku, aku pun larut dengan tugasku melayani pembeli yang semakin malam semakin banyak.

Kurasakan nyeri dan kaku di punggungku juga kakiku saat baru saja terbangun dari tidurku. Memang semalam warung begitu ramai, hingga tak ada kesempatan untuk duduk barang semenit pun. Kupaksaan tubuh ini bangun untuk menunaikan kewajiban sholat shubuh sebelum sinar matahari menyapa. Untung saja hari ini hari sabtu dan kuliah libur, kujadikan kesempatan itu untuk merebahkan tubuhku kembali. Memberikan ruang nyaman untuk tulang punggungku yang seakan sedang merengek.

Senin kembali datang, rutinitas aktivitas padat kembali terulangi. Tak terasa langkah kaki ini telah sampai di depan kelas, awalnya masih terasa biasa saja. Tapi setelah ikut berbaur dengan teman-temanku, seperti ada yang berbeda. Tiba-tiba salah satu temanku bertanya, "Indah, punggung mu itu kenapa ya?, kok kayak ada yang beda gitu?", deg, seketika dadaku bergemuruh, satu pertanyaan itu berhasil membuat dadaku sesak, sekelibat bayangan masa SMP kembali muncul. Entah tau darimana ia, atau memang selama ini teman-temanku memperhatikanku?, aku merasa seperti maling yang ketahuan mencuri, rasa malu dan takut menelusup sampai ke jantung. Satu pertanyaan itu, berhasil membuat teman-temanku yang lain terdiam dan menatapku. Apa yang harus aku ucapkan?, bibir ini keluh, Mata ini pun tak mampu menatap mereka. Kelainan punggung ini bagaikan aib bagiku, tak kubiarkan teman-temanku mengetahui keadaan punggungku, baju lebar dan kerudung lebar menjadi alatku untuk menyembunyikan kelainan tulang punggungku selama ini.

6 tahun, yah, 6 tahun sejak aku mengetahui keadaan punggungku, mimpiku masih terasa terenggut, keinginan untuk memiliki postur tubuh ideal pun pupus. Sekarang aku harus bagaimana?, bisakah mereka menerima kekurangan pada diriku?, ini adalah masa yang aku takutkan, dan masa itu sepertinya telah datang. Aku takut masa-masa SMP ku terulang lagi, aku takut mereka menganggapku beda, aku takut mereka menjauhiku, aku takut mereka meremehkanku seperti yang pernah terjadi di masa SMP dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun