Mohon tunggu...
Febrylian Fahmi Chabibi
Febrylian Fahmi Chabibi Mohon Tunggu... -

Sedang belajar bagaimana menjalani dan memaknai hidup. Menyukai travelling.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Tiket Menuju Emas Sepak Bola Sea Games

21 November 2011   01:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:24 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Hari ini, Senin 21 November 2011, merupakan hari yang dinanti nanti dalam sejarah sepakbola Indonesia. Hari ini, timnas Garuda Muda akan bertanding melawan timnas muda Malaysia, negara tetangga yang serumpun sekaligus musuh bebuyutan negara kita. Dari isu tentang TKI teraniaya, batas wilayah yang rancu sehingga menimbulkan konflik, sampai permainan laser yang menyilaukan mata membumbui hubungan diplomatik kedua negara. Hari ini, hari yang diharapkan sekian banyak masyarakat Indonesia untuk melihat timnas muda memberi pelajaran kepada Malaysia di ajang Sea Games ini setelah sekian lama geregetan melihat ketidaktegasan pemerintah terhadap Malaysia. Final sepakbola Sea Games. Euforia memuncak, emosi membara, serta ekspektasi tinggi masyarakat Indonesia mengiringi perjalanan timnas Garuda Muda. Rasa nasionalisme yang tiba-tiba bergelora membuat setiap orang bergerak menuju stadion Gelora Bung Karno untuk mendukung aksi timnas di lapangan. Termasuk saya yang tidak ingin ketinggalan dalam suasana gegap gempita tersebut. Sejak tiga hari yang lalu, ketika timnas Indonesia berhasil menancapkan langkahnya di semifinal, saya berusaha mencari informasi mengenai pemesanan tiket dan posisi duduk paling startegis di Stadion GBK. Sebagai warga yang baik saya berusaha mendapatkan tiket secara fair dan bukan melalui calo. Malu rasanya ketika semangat nasionalisasi sedang tinggi-tingginya kemudian dikotori dengan jalan yang menyimpang. Ada rasa ragu ketika mengetahui bahwa tiket tidak dijual secara online dan harus datang langsung ke stadion. Pembelian dilakukan dengan sistem form pemesanan pada H-1 yang harus ditukar dengan tiket asli di hari pertandingan. Sehingga penonton diharuskan mengantri dua kali yaitu ketika membeli form pemesanan dan ketika menukar form tersebut. Artinya, dengan kapasitas stadion yang mencapai 88.000 orang, akan terjadi total 176.000 orang yang mengantri pada rentang waktu dua hari. Kekhawatiran itu terbukti ketika saya datang ke lokasi pada hari Minggu, H-1. Nampak dari kejauhan barisan orang yang sedang mengantri tiket di beberapa loket yang disediakan. Ribet, rusuh, antrian berebut seperti apa yang saya bayangkan sebelumnya, benar-benar terjadi di depan mata. Loket sebelah utara stadion menjual tiket untuk kategori 4 yang terletak di tribun paling atas dengan harga Rp 25.000. Untuk kategori 3, kategori 2, dan kategori 1 dijual dengan harga Rp 50.000, Rp 100.000, dan Rp 200.000 di loket sebelah timur stadion. Setiap orang hanya dapat membeli 2 form tiket. Setiap pembelian harus dilengkapi dengan copi kartu identitas diri.

Sejak loket dibuka pukul 10.00 WIB, antrian sudah mengular hingga sekitar 100 meter yang makin bertambah panjang seiring berjalannya waktu. Terdapat 8 loket yang dibuka pada loket di sebelah timur stadion. Empat loket dibuka untuk kategori 3, dua loket dibuka untuk kategori 2, dan dua loket dibuka untuk kategori 1. Apabila tiap meter dapat diisi 2 orang secara berdiri, dapat diasumsikan terdapat 200 orang di depan setiap loket. Saya sempat menghitung waktu yang dibutuhkan untuk melayani pembelian form pemesanan tiap orang dengan sampel 10 orang. Rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah 1 menit 20 detik dengan waktu tercepat 1 menit 5 detik dan waktu pelayanan terlama 2 menit 15 detik. Sehingga dibutuhkan waktu selama 260 menit atau 4 jam 20 menit untuk melayani pembelian tiket dengan jumlah total 1600 orang yang tersebar di 8 loket. Saya yang beruntung mendapatkan antrian yang tidak terlalu panjang membutuhkan waktu 2 jam untuk mendapatkan form pemesanan tiket kategori 2. Rusuh dan ribetnya antrian kemungkinan akan kembali terulang ketika proses penukaran tiket pada hari pertandingan. Bayangkan betapa banyak waktu dan tenaga yang terbuang dan betapa banyak masalah yang berpotensi terjadi. Saya sempat berpikir bagaimana caranya untuk mengeliminir antrian di stadion sehingga memperkecil potensi masalah. Mungkin dengan diaktifkannya pembelian secara online seperti tiket pesawat. Calon pembeli bisa memesan tiket jauh-jauh hari dengan pengisian data diri secara mandiri. Pembiayaan dapat ditransfer via ATM atau kartu kredit. Kemudian form tersebut dapat diprint untuk kemudian dibawa beserta identitas diri ketika boarding pass di stadion pada hari pertandingan seperti di bandara. Panjangnya antrian ketika boarding pass mungkin tidak dapat kita hindari, namun kita masih dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan selama antrian serta mengatur antrian tersebut. Setidaknya kita dapat membuat jalur antrian sehingga tidak saling membaur dan kacau seperti yang saya lihat ketika pembelian form di loket. Saya hanya berpikir mudah, mungkin dengan jalur dari tali rafia yang diikatkan ke tiang-tiang setinggi pinggul sepanjang antrian sehingga tidak ada yang saling serobot. Saya berusaha berprasangka baik terhadap INASOC, yang berwenang untuk mengkoodinir jalannya Sea Games 2011 ini. Mungkin INASOC sudah berpikir keras untuk membangun infrastruktur megah yang dibutuhkan sesuai dengan jadwal. Mungkin INASOC juga sudah berusaha keras untuk menyelesaikan masalah-masalah besar yang berpotensi mengganggu jalannya Sea Games 2011. Mungkin INASOC tidak memiliki waktu untuk memikirkan masalah kecil seperti tiket final sepakbola Sea Games. Bagaimana pun ribetnya sistem, semrawutnya tatanan, rendahnya moral pejabat, ini tetaplah Indonesia, ini tetap negara kita. Di sini kita hidup dan menghidupi. Ayo Indonesia Bisa !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun