Mohon tunggu...
Febryanto malau
Febryanto malau Mohon Tunggu... Lainnya - Anthropologi

Humanity and justice

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mar acara ? Mandok hata ? Mari kita kupas dari perspektif historis maupun antropologi

1 Januari 2025   12:44 Diperbarui: 1 Januari 2025   12:44 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Tradisi *mar acara* pada masyarakat Batak merupakan bentuk ekspresi budaya yang mencerminkan nilai-nilai sosial, spiritual, dan solidaritas komunitas. Dalam konteks perayaan Tahun Baru, tradisi ini menjadi media untuk memahami struktur sosial masyarakat Batak, dinamika relasi sosial, dan pelestarian identitas budaya.  
 
Dalam kerangka antropologi, *mar acara* dapat dikaji melalui tiga pendekatan utama:  
1. Struktur Sosial:** Masyarakat Batak menganut sistem kekerabatan patrilineal dengan prinsip *dalihan na tolu* yang menjadi pedoman interaksi sosial.  
2. Simbolisme Ritual:** Perayaan Tahun Baru adalah ritus peralihan (*rite of passage*) yang menandai akhir dari suatu periode dan awal yang baru.  
3. Fungsi Sosial-Budaya:** *Mar acara* memperkuat kohesi sosial dengan menegaskan peran setiap individu dalam keluarga atau komunitas.  

Dalam antropologi religi, doa dalam *mar acara* mencerminkan dimensi spiritual yang kuat. Masyarakat Batak percaya bahwa keberhasilan hidup berasal dari berkat Debata (Tuhan) dan dukungan leluhur. Melalui doa bersama, tradisi ini menunjukkan penghormatan kepada kekuatan transendental dan hubungan antargenerasi.  

*Mandok hata* adalah elemen penting dalam *mar acara*, yang menjadi bentuk komunikasi ritual. Dalam perspektif antropologi komunikasi, tradisi ini:  
- Memfasilitasi ekspresi emosi (rasa syukur, penyesalan, harapan).  
- Menciptakan ruang dialog terbuka yang memperkuat relasi sosial dalam keluarga.  
 

Ada beberapa Fungsi Antropologis Mar Acara
a. Fungsi Sosial
*Mar acara* memperkuat solidaritas sosial dengan:  
- Meningkatkan interaksi antaranggota keluarga.  
- Menegaskan peran dan tanggung jawab individu dalam komunitas.  

b. Fungsi Ekspresif
Tradisi ini memungkinkan masyarakat mengekspresikan nilai-nilai inti seperti rasa syukur, harapan, dan rekonsiliasi.  

c. Fungsi Identitas Budaya
Sebagai ritus tahunan, *mar acara* menjadi sarana pelestarian identitas Batak di tengah arus modernisasi dan globalisasi.  

Dalam perspektif antropologi, *mar acara* adalah fenomena budaya yang kaya akan makna sosial, spiritual, dan historis. Tradisi ini tidak hanya mempererat relasi keluarga, tetapi juga mempertegas identitas budaya Batak di tengah tantangan modernitas. .

Secara historis, tradisi **Mar Acara** dalam masyarakat Batak telah berlangsung sejak lama. Pada masa lampau, orang Batak menggunakan momen perayaan seperti tahun baru untuk memperkuat hubungan kekeluargaan. Dalam budaya Batak, keluarga bukan hanya mencakup keluarga inti, tetapi juga mencakup *marga*, yang menjadi identitas utama seseorang.  

Perayaan tahun baru biasanya ditandai dengan berkumpulnya seluruh anggota keluarga besar untuk berbagi cerita, makanan, dan doa. Tradisi ini juga menjadi sarana untuk menghormati leluhur. Dalam konteks ini, makanan khas seperti *arsik* atau *dengke naniura* sering dihidangkan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan dan leluhur atas berkat yang diberikan sepanjang tahun.  

Pada era kolonial, tradisi ini mengalami adaptasi. Masyarakat Batak mulai memasukkan elemen-elemen modern dalam perayaan mereka, seperti penggunaan alat musik barat. Namun, esensi **Mar Acara** tetap terjaga, yaitu sebagai perayaan kebersamaan dan syukur.  

 
Dari sudut pandang antropologi, **Mar Acara** merupakan cerminan nilai sosial dan spiritual masyarakat Batak. Antropologi melihat bahwa tradisi ini tidak hanya soal makan bersama, tetapi juga tentang pembagian peran dalam masyarakat.
Hubungan sosial juga diperkuat melalui tradisi ini. Orang Batak sangat menjunjung tinggi konsep *dalihan na tolu*, yaitu hubungan antara hula-hula (keluarga pihak istri), dongan tubu (teman semarga), dan boru (keluarga pihak suami). Dalam **Mar Acara**, peran setiap pihak ini terlihat jelas, misalnya dalam pembagian tugas memasak, dekorasi, atau mempersiapkan upacara adat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun