Mohon tunggu...
Andy Brahmana
Andy Brahmana Mohon Tunggu... Jurnalis - OK Saja

Nada suara kadang-kadang lebih mampu mengungkapkan maksud kita, daripada kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok : Kurang Ajar dan Gila

11 Desember 2014   19:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:31 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang tidak kenal Basuki Tjahaja Purnama? Gubernur DKI Jakarta ke 17, dikenal mempunyai gaya kepemimpinan “preman’’ dan asal bunyi. Masyarakat lebih mengenal nama sebutannya, adalah Ahok. Pria berdarah Tionghoa ini sering sekali melampiaskan kekesalannya di depan umum.

Dia tidak perduli banyak sorotan kamera wartawan yang berada disekelilingnya. Bahkan terkadang mantan Bupati Bangka Belitung ini pun dengan sengaja “menghabisi” mental oknum yang berbuat salah bagi Ahok di hadapan para pengambil gambar.

Tidak jarang si wartawan pun pernah menjadi “korban” saat melakukan wawancara dengan Ahok. Namun bagi wartawanjika Ahok mencak mencak di depan kamera adalah hal yang sudah biasa.

Setelah Ahok diberi mandat menjadi orang nomor satu di Jakarta, banyak dukungan dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat khususnya di Jakarta. Sikap Ahok yang tegas dan mampu merubah birokrasi di Indonesia menjadi sedikit lebih baik dibanding masa kepemimpinan Gubernur yang pernah menjabat sebelumnya. Sehingga mendorong langkah Ahok untuk terus berkelakuan lantang di depan kamera semakin “gila dan kurang ajar”.

Kali ini siapa lagi yang mendapat giliran disemprot Ahok? Siapa lagi yang disebut gila dan kurang ajar?

Sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD), Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah, Dinas Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi (Dinas UKMKM), Dinas Sosial, serta Dinas Komunikasi, Informasi, dan Kehumasan, Disebut kurang ajar dan gila oleh Ahok, pasalanya beberapa SKPD terlihat telah memasang iklannya di televisi dan dianggap membuang-buang anggaran yang nominal nya besar.

Sebelumnya diberitakan, Ahok menduga tujuan SKPD-SKPD beriklan di TV adalah untuk menghabiskan anggaran yang ada. Sebab, kata dia, serapan anggaran tahun ini sangat rendah, hanya mencapai 36 persen dari total anggaran Rp 72,9 triliun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun